Senin, 20 Mei 2024

Tahun Depan, Jatim Optimistis Penuhi Angka Penurunan Stunting Hingga 14%

Diunggah pada : 11 Juli 2023 21:17:25 579

Jatim Newsroom - Dinas Kesehatan Provinsi Jatim berusaha memenuhi target penurunan hingga 14% ditahun 2024. Salah satu upaya yang dilakukan melakukan koordinasi dengan menyamakan persepsi dengan pemerintah kabupaten dan kota se- Jatim. 

Agar evaluasi penurunan stunting tidak hanya dilakukan saat akhir tahun, Dinkes Jatim tengah melakukan Pertemuan Penurunan Stunting dengan Intervensi Spesifik di Jatim pada, Selasa (11/7/2023) di Hotel Sharingla Surabaya. 

Selain diikuti 38 Dinas Kesehatan kabupaten dan kota, juga melibatkan lima perwakilan Bakorwil serta sejumlah OPD di lingkungan Pemprov Jatim.

Kepala Dinas Kesehatan Jatim,  Erwin Astha Triyono mengatakan, permasalahan stunting tidak bisa hanya diselesaikan melalui program gizi saja, tapi harus terintegrasi dengan program lainnya. Kompleksnya masalah stunting dan banyaknya stakeholder yang terkait dalam intervensi gizi spesifik dan sensitif memerlukan pelaksanaan yang dilakukan secara terkoordinir dan terpadu kepada sasaran prioritas.

Penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif secara konvergen dilakukan dengan mengintegrasikan dan menyelaraskan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan pencegahan stunting. Dalam pelaksanaannya, upaya konvergensi percepatan pencegahan stunting dilakukan mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. 

Dikatakannya, ada delapan tahapan aksi konvergensi percepatan pencegahan stunting : Pertama, melakukan identifikasi sebaran stunting, ketersediaan program, dan kendala dalam pelaksanaan integrasi intervensi gizi. Kedua, menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi. Ketiga, menyelenggarakan rembuk stunting tingkat kabupaten/kota. Keempat, memberikan kepastian hukum bagi desa untuk menjalankan peran dan kewenangan desa dalam intervensi gizi terintegrasi.

Kelima, memastikan tersedianya dan berfungsinya kader yang membantu pemerintah desa dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di tingkat desa. Keenam, meningkatkan sistem pengelolaan data stunting dan cakupan intervensi di tingkat kabupaten/kota. Ketujuh, melakukan pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan publikasi angka stunting kabupaten/kota. Kedelapan, melakukan review kinerja pelaksanaan program dan kegiatan terkait penurunan stunting selama satu tahun terakhir.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6%, sedangkan prevalensi stunting di Jawa Timur sebesar 19,2 %. Mengingat di Jawa Timur, jumlah balitanya cukup banyak, maka jumlah balita yang mengalami stuntingpun juga cukup tinggi. 

Menyikapi masih tingginya masalah stunting ini, pemerintah  memutuskan bahwa pencegehan stunting penting dilakukan dengan pendekatan multi sektor melalui sinkronisasi program-program nasional, lokal dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah. 

Selain itu, juga ditetapkan lima pilar pencegahan stunting yang tercantum dalam strategi nasional percepatan penurunan  stunting, meliputi :  1) komitmen dan visi kepemimpinan  2) kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku 3) konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program pusat, daerah dan desa. 4) Gizi dan Ketahanan Pangan ; dan 5) Pemantauan dan Evaluasi.

Implementasi percepatan penurunan stunting dilakukan melalui pendekatan intervensi spesfik oleh sektior kesehatan dan intervensi sensitif oleh sektor nan kesehatan. Agar Intervensi spesifik yang dilakukan sektor kesehatan di tingkat kabupaten/ kota sampai dengan tingkat desa/ lelurahan harus mendapat dukungan anggaran dan kebijakan dari sektor terkait sebagai pemangku kepentingan. 

Indikator program intervensi spesifik yang membutuhkan dukungan kebijakan dan anggran dari sektor lain meliputi : Remaja Putri Minum Tablet Tambah Darah, Ibu hamil dan Balita kurang gizi mendapat makanan tambahan, dan lain-lain. 

Intervesi stunting pada balita harus dilaksanakan pada sasaran di hulu, yaitu sejak mengalami weight faltering dan berat badannya rendah (underweight) agar tidak menjadi akut maupun kronis melalui pemantuan tumbuh kembang balita dari bulan ke bulan di Posyandu. (jal)

#Dinkes Prov Jatim