Jumat, 3 Mei 2024

Sekum Bridge Jatim : Meski Pakai Kartu Remi, Bridge Bukan Olahraga Judi

Diunggah pada : 24 November 2023 17:29:46 212
Tangkapan layar gambar Sekum Bridge Jatim, Raf Radian Agung (tengah) saat menjadi pembicara dalam dialog interaktif program siaran Surabaya Pagi Ini, di RRI Surabaya, Jumat (24/11/2023).

Jatim Newsroom - Sekretaris Umum (Sekum) Bridge Jatim, Raf Radian Agung, mengatakan, meski media olahraga bridge itu memakai kartu remi, namun bridge bukan judi. Demikian disampaikannya saat berkesempatan hadir sebagai pembicara dalam dialog interaktif program Surabaya Pagi Ini, bertajuk 'Bridge Jatim Siap Hadapi PON 2024' di Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya, Jumat (24/11/2023). 

"Bridge itu media permainannya memang kartu remi, sehingga banyak orang berpikir melihat bridge seperti main judi padahal tidak. Di dalam permainan Bridge itu justru penuh dengan menghitung atau mengkalkulasikan matematika besaran angka pada nilai kartu," tutur Radian. 

Radian menjelaskan, olahraga bridge itu sebenarnya adalah permainan kartu yang membutuhkan pemikiran karena bermain bridge itu, butuh strategi yang menggunakan kalkulasi. 

"Kalau bisa dibilang olahraga otak, di situ diajarkan berhitung, probability, persentase dan harus menentukan keputusan yang tepat. Kalau sudah di tingkat advance bisa merambah ke psikologi," jelasnya. 

Untuk cara bermain bridge, Radian menerangkan, yakni dengan bermain mengeluarkan kartu kemudian besar-besaran angka. Jumlah kartu 52 buah, dari 2 sampai AS itu 12 dengan 4 gambar. 

"Untuk simbol waru kami menyebutnya speed, simbol hati disebut heart, simbol wajik itu diamond, dan simbol kriting itu disebut club. Jadi ada 4 gambar, satu gambar 13, totalnya 52 kartu. Kalau dikocok secara rata itu kurang lebih yang bermain empat orang, setiap pemain mendapat 13 kartu yang acak," terang Radian.

"Setiap pemain mengeluarkan kartunya satu per satu, sehingga rondenya ada 13 putaran. Satu putaran besar-besaran angka kartunya, misalnya ada 4 pemain, yang A mengeluarkan 2 kriting, B 3 kriting, C 4 kriting, berarti angka 5 kriting itu menang. Kemudian yang menang melanjutkan permainan dengan mengeluarkan kartunya lebih dahulu," sambung Radian.

Radian menyampaikan, cara menjadi atlet bridge itu tergantung dari talentanya saat bermain dan dari intensitas latihan. "Cuma dalam permainan kita tidak boleh superior sendirian, harus ada kekompakan dengan partner," ujarnya. 

Dalam kejuaran nasional, Radian menyebutkan, olahraga bridge sudah dikelompokkan pemainnya sesuai usianya. Yakni, junior Kelompok Umur (KU) 12 tahun, 15 tahun, 18 tahun, 21 tahun, 25 tahun, dan 31 tahun.  

"Di Jawa Timur kita fokusnya lebih ke pengembangan atlet-atlet muda. Kemarin di Kejurprov, cukup banyak UK 12 tahun, 15 tahun, dan 18 tahun," sebut Radian.

Radian mengatakan, pemerintah Kabupaten/Kota ingin mengadakan Kejurprov untuk olahraga bridge setiap tahunnya. "Karena mereka ingin setiap ada Kejurprov, juga ada sertifikat ataupun medali yang bisa digunakan para atlet muda yang masih sekolah sebagai pendukung di jenjang pendidikan," tuturnya. 

Untuk ajang PON 2024, Radian mengungkapkan, pengurus povinsi sudah menunjuk manajer untuk memimpin tim dalam persiapan dari awal sampai PON 2024 nanti.

"Saya optimis cabang olahraga bridge akan mendapatkan dua emas. Bermain bridge ini tidak seperti olahraga fisik yang hanya beberapa jam, kalau bridge bisa main dari pagi sampai sore dan itu butuh manajemen tim yang bagus. Sehingga butuh kesiapan yang prima bagi para atlet," ungkap Radian. 

Bila berbicara olahraga khususnya bridge, Radian menilai, pasti ada hubungannya dengan pembinaan kemudian baru ada prestasi. Dengan pembinaan tersebut selain dibutuhkan pelatih yang baik, pasti juga butuh atlet yang prima. 

"Kami berharap, kepada pemirsa RRI bapak atau ibu yang punya anak sekolah, bisa menjadikan bridge salah satu pilihan olahraga untuk mencapai prestasi anak. Sehingga bisa jadi salah satu pilihan di jenjang pendidikan anak, dan kami dari bridge itu menjanjikan banyak prestasi yang dapat diberikan kepada anak. Apalagi bridge itu bukan olahraga populer dan kesempatannya lebih besar, kalau berprestasi bisa mendapatkan pendidikan lebih baik. Karena semakin banyak atlet kami semakin senang, dan pembinaan pun berjalan sehingga prestasi akan otomatis datang dengan sendirinya," pungkas Radian. 

Diketahui, selain Sekum Bridge Jatim Radian yang hadir sebagai pembicara, turut pula hadir pembicara lain dalam dialog interaktif di RRI Surabaya ini, yakni Pelatih Bridge Jatim, Sentot Brahmantyo Darmo. (vin/s) 

#PON #bridge #RRI #RRI Surabaya