Jumat, 20 September 2024

Mahasiswa UK Petra Surabaya Manfaatkan Limbah Kain Perca Jadi Pakaian

Diunggah pada : 5 September 2024 15:30:31 58
Mahasiswa Program Textile and Fashion Design Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya atau Petra Christian University (PCU), Fiona Jeannice Sutedja dengan produk pakaian berbahan kain perca buatannya. Foto : Vivin

Jatim Newsroom - Seorang mahasiswa semester akhir Program Textile and Fashion Design Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya atau Petra Christian University (PCU) bernama Fiona Jeannice Sutedja memanfaatkan limbah pakaian berupa sisa kain perca, menjadi pakaian kembali yang lebih indah dan nyaman dipakai. Koleksi karya Fiona ini diberi nama FIOJEANS dengan memadukan sentuhan kain sisa dengan denim.



Dalam keterangannya kepada Jatim Newsroom, Kamis (5/9/2024), Fiona menyampaikan, pihaknya mengangkat tema pakaian ready to wear dengan menggunakan teknik up cycling dan menerapkan konsep gender love fashion sehingga bisa dikenakan laki-laki maupun perempuan.



"Saya mengangkat tema up cycling ini karena waktu saya magang internship di Jakarta di salah satu brand lokal di Indonesia namanya Danjyo Hyoji, waktu pulang dari magang, saya melihat tumpukan sampah kain. Saya lihat sisa kain hampir satu karung besar di tempat sampah. Karena kebetulan saya juga waktu itu buat tugas akhir, saya memiliki ide mengambil saja sampah itu untuk diolah menjadi produk yang baru," jelas Fiona.



Apalagi setelah melalui proses riset, Fiona menemukan, ternyata salah satu limbah yang berpengaruh di Indonesia merupakan limbah fesyen. Pengaruh limbah fesyen tersebut menurut Fiona, cukup besar terhadap lingkungan. Sehingga, Ia pun memutuskan untuk mengangkat tema upcycling untuk limbah-limbah ini.



"Limbah-limbah ini juga dapat dari limbah sisa kain atau deadstock. Dead stock itu baju-baju yang sudah tidak layak dijual, tidak layak pakai, sudah kotor, warnanya mungkin yang warna putih jadi kuning, dan usang. Jadi aku angkat, lalu ambil semuanya. Karena ini limbah dari perusahaan aku ambillah cukup banyak sekitar dua kardus gede untuk saya jadikan koleksi ini," terang Fiona.



Fiona memaparkan, teknik pembuatan produk baju koleksinya berada pada proses menggabungkan setiap kain perca untuk mengikuti pola desain pakaiannya. Apabila ada yang salah pada proses jahitnya, maka diulang lagi dari awal atau mengubah desain.



"Kesulitannya sih, karena ini anggapannya saya kan ambil bahan-bahan sisa ya, kalau aku ambil Deadstock satu baju ini, saya mau jadikan satu baju kan udah nggak ada yang lain lagi gitu. Misal prosesnya salah produksinya juga udah salah gitu. Jadi saya harus hati-hati di setiap pembuatan desainnya juga," paparnya.

Mahasiswa Program Textile and Fashion Design Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya atau Petra Christian University (PCU), Fiona Jeannice Sutedja dengan produk pakaian berbahan kain perca buatannya. Foto : Vivin



"Terus juga mengatur warna, saya dibantu dengan roda warna itu. Jadi cukup rumit pada pengaturan warnanya ini, proses jahitnya kan harus satu-satu kan. Jadi kesulitannya itu sih, sempat ada, bukan salah produksi, ternyata ada satu baju Deadstock itu, saya produksi jadiin baju atasan, ternyata di bajunya ini ada satu cacat lah, dan nggak bisa diproduksi sesuai apa yang aku inginkan. Maka saya harus memutar otak, menghasilkan satu produk yang lain, tapi tetap menarik, tetap pakai bahannya itu," sambung Fiona.



Fiona menjelaskan, untuk mengantisipasi kegagalan dalam proses pembuatan pakaian, Ia lebih memperhatikan setiap detail saat membuat bajunya.  "Untuk membantu kenyamanan pemakai baju saya dari hasil proses jahitan karena ini kain perca ya, sisa-sisa kain itu triknya saya balik, ini kan jadi yang sisi baiknya yang di dalam, dan sisi kotornya yang di luar. Karena saya juga menerapkan konsep unfinished fabric juga, pakaiannya kayak seperti tanpa finishing yang memang berasal dari sisa kain," jelasnya.



Karya Fiona ini, memiliki enam model busana ready to wear dilengkapi aksesoris seperti tas, topi, dan pouch. Jntuk aksesoris, Fiona menjualnya seharga 200 hingga 450 ribu rupiah. Sedangkan bajunya ia hargai satu hingga dua setengah juta rupiah. “Industri fashion menghadapi masalah serius terkait limbah akibat produksi yang mengikuti trend mode. Jika tidak diolah, dapat mengancam lingkungan, terutama bahan seperti nylon dan polyester yang sulit terurai,” jelas Fiona.

 

Fiona berhasil menyelesaikan karya ini hingga meraih predikat cumlaude. Berjudul “Perancangan Busana Ready-To-Wear Genderless Menggunakan Denim dengan Pemanfaatan Upcycling Sisa Produksi dan Sentuhan Unfinished Fabric”, koleksi Fiona ini dapat digunakan oleh laki-laki dan perempuan.



“Targetnya adalah mereka yang berusia 20-35 tahun dan memiliki minat pada fashion modern nan unik. Konsepnya memadukan teknik patchwork dan unfinished fabric untuk menciptakan produk fashion yang berkelanjutan dan estetik,” lanjut Fiona. Hingga kini, sudah ada lima aksesoris berupa tas dan tiga pouch yang terjual.



Melalui produknya ini, Fiona berpesan, dengan banyaknya model fesyen baru yang keluar pastikan untuk melakukan, dengan rework, atau upcycling baju. "Jangan sampai limbah pakaian di Indonesia ini mempengaruhi lingkungan. Kalau ada pakaian yang sudah tidak terpakai lagi bisa kita jual lagi atau berikan kepada yang lebih membutuhkan dari pada dibuang, atau kita bisa rombak menjadi pakaian yang bisa dipakai lagi," pesannya. (vin/hjr)

#mahasiswa #UK Petra Surabaya #Petra Christian University