Kamis, 2 Mei 2024

RSUD Haji Jatim dan Yayasan Rekat Peduli Indonesia Sosialisasikan Aplikasi Laportbc.id

Diunggah pada : 10 Agustus 2023 16:33:50 238
Para pasien TB RO usai mengikuti sosialisasi aplikasi berbasis website laportbc.id di RSUD Haji Jawa Timur, Surabaya, Kamis (10/8/2023). Foto : Vivin

Jatim Newsroom – Sejumlah 15 pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) mengikuti sosialisasi aplikasi layanan pengaduan TBC berbasis website laportbc.id di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Provinsi Jawa Timur, Surabaya, pada Kamis (10/8/2023). Sosialisasi yang digelar oleh Yayasan Rekat Peduli Indonesia ini, bertujuan agar masyarakat dapat mengakses informasi terkini tentang TBC dan aktif melakukan pengaduan terkait layanan maupun konseling bagi pasien TBC. 

Aplikasi yang berupa website laportbc.id ini merupakan website yang bertujuan sebagai media kampanye ‘ketahui hakmu’ para pasien dan penyintas TBC, agar dapat mengakses pengetahuan seputar TBC dan melayani pengaduan bagi pasien TBC maupun masyarakat umum. 

Adapun layanan aduan yang dapat disampaikan dalam website laportbc.id ini adalah keluhan terhadap layanan, keluhan terhadap enabler (layanan bantuan uang bagi pasien TB RO), konseling pasien TB RO, serta stigma dan diskriminasi terhadap pasien TBC. 

Sosialisasi dibuka oleh Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) dokter spesialis paru RSUD Haji Jawa Timur dr. Nur Indah Sawitri, dan dihadiri oleh perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, serta bagian Media dan Proposal Yayasan Rekat Peduli Indonesia Firman Adriyansyah beserta timnya. Sosialisasi ini juga turut menghadirkan narasumber atau pembicara dokter spesialis paru sebagai Tenaga Ahli Kesehatan RSUD Haji Jawa Timur, dr. Afrita Amalia Laitupa. 

Ditemui usai memberikan sambutan, Ketua KSM dokter spesialis paru RSUD Haji Jawa Timur, dr. Nur Indah Sawitri, menyampaikan, adanya aplikasi berbasis website laportbc.id ini sangat positif, karena aplikasi ini merupakan layanan untuk menangani aduan pada pasien TB agar proses pelayanan penyakit TBC lebih berkualitas.

“Pengobatan pasien TBC dengan kategori TB RO itu membutuhkan jangka waktu lama, dan efek samping pengobatannya juga banyak, untuk itu mereka (pasien TB RO) banyak yang putus meminum obat. Maka menurut saya, hadirnya aplikasi berupa website laportbc.id yang memfasilitasi layanan aduan bagi pasien TBC ini sangat positif, karena mereka dapat melakukan pengaduan terhadap layanan penyembuhan, maupun terkait hal lain untuk mempermudah proses penyembuhannya,” terang dr. Nur Indah. 

Dengan hadirnya aplikasi laportbc.id ini, dr. Nur Indah berharap para pasien maupun masyarakat umum dapat sadar dan makin tahu bahayanya penyakit TBC. “Semoga aplikasi laportbc.id dapat semakin berkembang lebih maju ke depannya. Jika ada masyarakat yang mengira dirinya memiliki gejala penyakit TBC supaya segera melakukan pengaduan dan lapor melalui aplikasi ini,” harap dr. Nur Indah. 

Sementara itu, Bagian Media dan Proposal Development Yayasan Rekat Peduli Indonesia, Firman Adriyansyah mengatakan, Yayasan Rekat Rekat Peduli Indonesia adalah yayasan yang didirikan oleh sekelompok penyintas pasien TB RO dan hampir semua beranggotakan pasien TB RO.  

“Induk organisasi kami itu adalah Perhimpunan Organisasi Pasien Tuberkulosis Indonesia atau disingkat POP TB Indonesia. POP TB merupakan induk dari organisasi penyintas TB yang ada di Indonesia, termasuk organisasi kami Yayasan Rekat Peduli Indonesia ini. Jadi kami mengadakan sosialisasi aplikasi laportbc.id ini supaya apabila para pasien TB maupun masyarakat memiliki aduan terkait pelayanan TBC, bisa dilakukan melalui aplikasi tersebut, kita mempermudah akses masyarakat terkait pelayanan TBC,” kata Firman. 

Hadirnya aplikasi yang diketahui dikembangkan oleh POP TB Indonesia ini, menurut Firman, adalah sebagai solusi bagi masyarakat khususnya pasien TB. “Aplikasi ini ada untuk mengakomodir keluhan-keluhan pasien TBC tersebut. Karena diketahui enabler atau bantuan keuangan bagi pasien TB yang seharusnya diterima per bulan ada yang molor sampai enam bulan, maka otomatis pasien bertanya-tanya dan mereka bingung mau komplain kemana terkait enabler, sehingga aplikasi bisa memfasilitasi aduan mereka terkait hal itu,” ungkap Firman. 

Terkait layanan aduan tentang stigma dan diskriminasi, Firman menerangkan, proses aduan akan ditindak lanjuti oleh Tim POP TB Indonesia dengan cara mengadakan pertemuan khusus bersama pihak berwenang dan terkait untuk menengahi dan mengatasi aduan tersebut. 

“Nah, apabila teman-teman punya pengaduan stigma dan diskriminasi dan itu prioritasnya sudah skala tinggi sehingga harus diselesaikan. Nanti tim dari POP TB akan menurunkan dana untuk mengadakan kegiatan supaya diselesaikan bersama. Tim yang mengatasi aduan tersebut tidak hanya dari POP TB saja, mereka juga mengundang para legal, dokter, tokoh masyarakat, maupun kepolisian,” terang Firman. 

Firman membeberkan, alasan Yayasan Rekat Peduli Indonesia mengadakan sosialisasi di RSUD Haji Jawa Timur adalah karena diketahui pasien TB RO di RSUD Haji Jawa Timur itu lumayan banyak. 

“Peserta sosialisasi yang mengikuti hari ini kurang lebih 15 pasien TBC yang ada di RSUD Haji dan empat orang pendamping pasien TB. Kita memilih mengadakan sosialisasi di RSUD Haji karena pasien TBC lumayan banyak sekitar 20-an orang. Selain itu, pendamping pasien TB dari Yayasan Rekat juga ada yang mendampingi pasien RSUD Haji ini,” jelasnya. 

Melalui sosialisasi ini, Firman berharap, peserta yang mengikuti tidak sungkan ataupun ragu mengakses website laportbc.id. “Supaya mereka aktif dan tidak sungkan untuk mengadu terkait TB melalui aplikasi ini. Untuk masyarakat umum juga diharapkan semoga menjadi tahu dan mengerti tentang website ini dan tidak ragu menghubungi apabila ada kendala atau permasalahan di lapangan terkait TBC,” harap Firman. 

Sedangkan, hadir sebagai pembicara dalam sosialisasi, Tenaga Kesehatan dokter spesialis paru RSUD Haji Provinsi Jawa Timur, dr. Afrita Amalia Laitupa mengatakan, pasien TB RO itu harus diterapi secara menyeluruh, “Sebagai tenaga kesehatan kita mempunyai peran penting dalam melayani pasien TB RO. Layanan tersebut yakni, skrining pasien, menjalankan program Pengawasan Minum Obat atau PMO, jalur fast track khusus bagi pasien TB, serta pendampingan pasien TB karena efek samping selama pengobatan,” papar dr. Afrita. 

Dr. Afrita menilai, aplikasi laportbc.id ini sangat baik, karena selama ini terkadang ada pasien yang malu untuk melaporkan apa yang mereka keluhkan. “Saya berharap dengan adanya aplikasi laportbc.id ini, pasien akan lebih bisa aktif untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya, sehingga kita semua bisa mengawal pasien menjalani pengobatan dengan lebih baik sampai tuntas dan dinyatakan sembuh,” tukasnya. (vin/s). 

#TBC #RSUD #RSUD Haji #Sosialisasi #aplikasi