Kamis, 9 Mei 2024

Dosen ISTTS Surabaya Kembangkan Dua Aplikasi AI Bernama ‘AIKAN’ dan ‘TolaTole'

Diunggah pada : 2 Februari 2024 18:41:20 201
Dosen S2 Teknologi Informasi Social Network Analysis di ISTTS Surabaya, Esther Irawati Irawan, Jumat (2/2/2024). Foto : Dok. Humas ISTTS Surabaya

Jatim Newsroom – Dosen Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS), Esther Irawati Setiawan, menciptakan inovasi baru dengan mengembangkan dua aplikasi Artificial Intelligence (AI) bernama ‘AIKAN’ dan ‘TolaTole’. Dua aplikasi ini, memudahkan masyarakat dalam berkreasi membuat gambar dan cerita dengan mengakses melalui situs https://aikan.id untuk aplikasi AIKAN, dan situs https://tolatole.my.id untuk aplikasi TolaTole.

Saat ditemui di kampus ISTTS Surabaya, pada Jumat (2/2/2024), Esther menjelaskan, dengan aplikasi berbasis AI yang bernama AIKAN ini, masyarakat bisa membuat gambar yang bagus hanya dalam hitungan detik saja. 

“Keberadaan teknologi aplikasi AIKAN ini tidak semua masyarakat umum tahu, kalau lewat Chat Bot masih harus pengenalan. Nah, ini saya mempermudah dengan membuat tampilan yang lebih sederhana, masyarakat tinggal langsung memasukkan, mengetik kata gambar yang diinginkan, lalu generate image, dan keluar gambarannya,” jelas Esther yang merupakan Dosen S2 Teknologi Informasi Social Network Analysis di ISTTS Surabaya itu. 

Sedangkan untuk aplikasi TolaTole, Esther menerangkan, aplikasi ini memudahkan masyarakat ketika membuat cerita dari gambar. “Cara menggunakan aplikasi TolaTole, kita bisa memasukkan topik apa yang diinginkan terus keluar ceritanya dibantu dengan AI. Setelah itu, AI membuatkan gambarnya, dari setiap kalimat dalam ceritanya, itu dilempar untuk dibuat gambar. Dan gambar itu kita rangkai ditambah dengan narasinya yang langsung dibacakan AI menjadi kreasi video yang bisa diunggah ke Youtube,” terang Esther. 

Makna nama aplikasi AIKAN, kata Esther, dengan aplikasi ini agar semua gambar bisa dikembangkan dengan mudah melalui AI. “Jadi maksudnya melalui aplikasi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan semua bisa dibuat. Nah, semua kita ‘AI kan aja’ begitu,” tutur Esther. 

“Untuk nama aplikasi Tola Tole, itu Tolah Toleh maksudnya. Jadi daripada kita tolah toleh lebih baik kita buat aja karya cerita, terus bisa jadi content creator kan, cerita yang dihasilkan kita bisa publish di Youtube, terus menambah kekayaan video kisah-kisah rakyat Indonesia di Youtube,” sambung Esther. 

Esther mengungkapkan, ia membuat aplikasi TolaTole ini untuk tujuan edukasi, karena generasi muda saat ini rata-rata lebih banyak belajar dengan menggunakan video atau gambar untuk mengetahui cerita daripada membaca. 

Generate story tujuannya menghasilkan sesuatu yang baru dan belum ada sebelumnya, bisa memadu padankan dengan cerita rakyat atau dongeng sebelumnya supaya menjadi cerita baru dan menghasilkan karya-karya baru,” ungkapnya. 

Sasaran masyarakat yang dapat menggunakan aplikasi ini, yaitu lebih kepada kalangan muda, karena jikalau anak-anak yang menggunakan, belum ada filter atau penyaring yang terlalu kuat supaya aman dipakai mereka. 

“Apalagi saat ini diketahui banyak anak-anak muda yang ingin menjadi content creator dan Youtuber. Maka, dengan adanya aplikasi AI yang saya buat ini, akan lebih mempermudah bagi mereka saat membuat konten. AI ini sumber datanya dari internet memang masih perlu etika dan filter jadi kalau anak-anak khawatirnya belum bisa menyaring hasil gambar,” kata Esther. 

Maka, Esther menganjurkan perlu pendampingan dari orang tua maupun guru bagi anak-anak saat menggunakan aplikasi berbasis AI. Apalagi untuk mengantisipasi para guru saat pemberian tugas anak-anak sekolah supaya tidak terjadi kecurangan dan sewajarnya menggunakan AI, Esther mengatakan, terpenting anak-anak mengakui kalau mereka mengerjakan tugas dengan bersumber menggunakan AI.

“Yang ditonjolkan saat memberikan tugas adalah eksplorasi dan pengembangan AI itu sendiri, dan hasil dari AI pun harus dianalisa jadi harus paham, jangan asal comot hasil AI. Karena kadang kalau menggunakan AI itu bisa halusinasi supaya dia pinter AI itu harus bisa menjawab,” ujarnya. 

Esther mengungkapkan, saat ini dan ke depan akan dilakukan pengembangan aplikasi berbasis AI yang Ia ciptakan. “Akan terus dilakukan pengembangan optimatisasinya, itu semakin ideal, selain itu juga saya terus melakukan sosialisasi. Saya bikin tutorial dan artikel tentang cara mengoperasikan AI dengan baik,” ucapnya. 

“Selain itu, mungkin ke depan akan dikembangkan lebih banyak penyesuaian terhadap budaya Indonesia. Jadi ini kan gambar-gambarnya masih umum, untuk pengetahuan yang ada itu bisa ditambahi sendiri. Nah, saya ingin menambah hasil-hasil gambar khas dari Indonesia itu sendiri supaya lebih dikenal dan hasil-hasilnya itu yang memang khas dengan budaya kita,” sambung Esther. 

Karena teknologi AI ini masih baru, kepada pemerintah Esther berharap, ke depan ada regulasi yang mengatur penggunaan AI. Karena menurutnya, perlu ada batasan-batasan supaya masyarakat tidak menyalah gunakannya. “Maksudnya regulasi yang membuat masyarakat hidup berdampingan dan berkolaborasi dengan AI, bukan melarang AI. Tapi aturan ketika AI dimanfaatkan untuk kejahatan,” kata Esther. 

Esther berpesan, kepada seluruh masyarakat agar tidak waspada dengan kemunculan dan perkembangan teknologi AI. “Sama-sama coba terus bestie- an sama AI, berkarya dengan AI, supaya makin banyak karya AI dari orang-orang Indonesia. Dukunglah pengembangan karya-karya Indonesia ini juga supaya semakin cepat maju, dan manfaatkan secara maksimal kemampuan AI supaya Indonesia lebih dikenal dunia,” pungkasnya. 

Diketahui, kedua aplikasi ini menjadi delegasi Indonesia dalam ajang dunia yakni, Google Developer Content Creator Summit di Singapura, pada 24-26 Januari 2024 lalu. Selain itu, Esther sendiri merupakan seorang Google Developer Expert in Machine Learning wanita pertama di Indonesia. Banyak penghargaan yang Ia raih, diantaranya, Associate Professor and Head of Department of the Diploma of Information Systems, dan Bachelor of Professional Informatics Program at ISTTS Surabaya. (vin/s)

#aplikasi #iSTTS #AI #Artificial Intelligence #Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya