Sabtu, 4 Mei 2024

Kadinkes Jatim Minta Seluruh Stakeholder Berkolaborasi Sukseskan Program Eliminasi TBC 2030

Diunggah pada : 2 April 2024 14:36:41 47
Tangkapan layar Kadinkes Jatim, dr. Erwin (pojok kiri atas) saat sesi foto bersama dalam Webinar Peringatan Hari Tuberkulosis Dunia Provinsi Jawa Timur Tahun 2024 yang digelar Dinkes Jatim secara daring, melalui platform Zoom dan YouTube, Selasa, (2/4/2024).

Jatim Newsroom – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr. Erwin Astha Triyono meminta seluruh stakeholder ikut bersinergi dalam menyukseskan program eliminasi Tuberkulosis (TBC) 2030. Hal itu disampaikannya, saat membuka kegiatan Webinar Peringatan Hari Tuberkulosis Dunia Provinsi Jawa Timur Tahun 2024 bertajuk ‘Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Deteksi Dini dan Terapi Pencegahan TBC’ yang digelar Dinkes Jatim secara daring, melalui platform Zoom dan YouTube, Selasa, (2/4/2024). 

“Isu TBC merupakan isu kolaborasi, bahwa penyakit TBC bisa mengenai paru-paru ataupun organ yang lain. Maka semua komponen kompetensi, baik itu dokter spesialis paru-paru, penyakit dalam, dokter bedah, dan lainnya, punya kontribusi terhadap penanganan TBC,” ujar dr. Erwin dalam sambutannya.

Dr. Erwin menegaskan, bahwa isu TBC bukan hanya sekadar isu penyakit, namun juga sebagai strategi nasional untuk meningkatkan Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM). Pasalnya, di tahun 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi sehingga dibutuhkan kualitas masyarakat yang sehat dan produktif. Menurutnya, pendekatan penanganan TBC selama ini dirasa masih kurang efektif. 

“Dan kita juga menyampaikan bahwa isu TBC kalau pendekatannya selalu pendekatan kuratif, pasti frustasi. Karena kalau pencegahannya tidak maksimal, maka kita akan membuang banyak uang,” tutur dr. Erwin.

Sehingga Ia mengharapkan, seluruh pihak yang menjalankan program eliminasi tuberkulosis (TBC) 2030 baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota di Jawa Timur, dapat melakukan pergeseran isu, yang mana metode preventive promotive dapat menjadi isu utama. 

“Penemuan kasus secara dini menjadi isu utama supaya kita bisa meyakinkan masyarakat bahwa TBC itu dapat ditangani dengan cara yang terbaik melalui preventive promotive, deteksi dini, sehingga nanti kita bisa mendapatkan manfaatnya. Kalau bisa eliminasi kita targetkan sebelum 2030 di Jawa Timur sudah kita tuntaskan,” harap dr. Erwin.

Jika program eliminasi TBC ini berhasil, dr. Erwin memprediksi, ke depannya akan ada peningkatan angka temuan kasus TBC. Oleh karena itu, diperlukan adanya kesepakatan dalam membangun narasi media kepada publik dan masyarakat luas terkait misi program eliminasi TBC ini, bahwa tidak hanya berhenti pada peringkat daerah tertinggi yang menemukan kasus TBC. 

“Itu artinya dalam hal penemuan kasus TBC, kinerja dari kawan-kawan Dinas Kesehatan di Jawa Timur sudah mengupayakan yang terbaik. Jadi, filosofi ‘ketemu’ itu baik, karena kita bisa mengintervensi perilaku pasien dalam bentuk edukasi ketika batuk,” tukas dr. Erwin. 

“Supaya tidak menularkan ke orang lain. Selain itu, kita juga berikan intervensi dalam bentuk pengobatan sehingga keberhasilannya jauh lebih baik dibanding ketika menjumpai yang sudah stadium lanjut,” sambungnya. 

Di akhir sambutannya, dr. Erwin pun menegaskan kembali supaya kolaborasi dalam penanganan TBC di Jawa Timur dimaksimalkan secara kondusif, guna meningkatkan penemuan kasus TBC dan deteksi dini serta menurunkan angka kematian. 

Incident rate bisa kita turunkan sehingga sebelum 2030 diharapkan kita bisa menuntaskan TBC dengan cara yang sebaik-baiknya. Dan yang terakhir, kita stop stigma diskriminasi karena pada prinsipnya TBC itu bisa dicegah dan bisa diobati,” pungkasnya. (zky-div-vin/s) 

#TBC #Dinkes Jatim #Kadinkes Jatim #Hari Tuberkulosis Dunia #Tuberkulosis