Jumat, 17 Mei 2024

Intistut STTS Miliki Sistem Pembelajaran Kimia Berbasis VR untuk Siswa SMA

Diunggah pada : 23 Februari 2024 21:04:31 66
Dosen Institut STTS, Esther Irawati Setiawan (baju merah) dan Head of Developer Daniel Gamaliel Saputra (empat dari kanan) saat foto bersama memperkenalkan sistem pembelajaran kimia berbasis VR. Foto : Dok. Humas Institut STTS

Jatim Newsroom – Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (STTS) memiliki sistem pembelajaran inovasi baru terkait ilmu kimia, berbasis teknologi Virtual Reality (VR) bagi para siswa SMA. Sistem pembelajaran tersebut, merupakan proyek riset hasil kerja sama dengan Universitas Negeri Semarang (UNS).

Associate Professor Institut STTS, yang juga sebagai Head of Project sistem pembelajaran, Esther Irawati Setiawan pada Jumat (23/2/2024) mengatakan, nama sistem pembelajaan kimia berbasis VR bagi para siswa SMA tersebut diberi nama ‘Chemiquest’. Melalui sistem pembelajaran kimia dengan menggunakan VR ini, siswa SMA bisa bermain merangkai senyawa kimia dengan penggambaran wujudnya melalui aplikasi sesuai dengan level tingkat kemampuannya.

“Sistem pembelajaran ini sebenarnya adalah research group atau kelompok riset yang ada di kampus kita. Konsepnya merupakan hasil kerja sama dengan Samuel Budi Kusuma Wardhana, dari Universitas Negeri Semarang yang ada program studi Kimianya. Selain itu juga, ada kerja sama dengan berbagai prodi lainnya di Institut STTS serta guru SMAK St. Agnes Surabaya, yang memberikan pelajaran kimianya melalui aplikasi VR ini,”  jelas Esther.

Tujuan pembuatan sistem pembelajaran kimia ini, Esther menerangkan, supaya para siswa SMA bisa lebih paham, dan dapat belajar kimia sesuai dengan kemampiuannya masing-masing.

“Jadi kalau di kelas kan cuma guru saja biasanya yang menerangkan. Dengan aplikasi VR ini, siswa bisa bermain sambil belajar sesuai dengan kemampuan tanpa membayangkan senyawa rangkaian kimianya,” terang Esther, yang diketahui juga merupakan Kaprodi Program Profesional S1 Informatika dan Cloud Champion Innovator AI ML di Institut STTS tersebut.

Esther menuturkan, untuk mendapatkan sistem pembelajaran kimia berbasis teknologi VR ini, setiap sekolah SMA bisa mengundang Institut STTS untuk berkunjung dan memberikan pelajarannya secara langsung untuk didemsonstrasikan dengan alat VR.

“Sekolah tinggal mengundang kami, dan kami demokan. Siswa kalau cocok dengan aplikasinya, bisa didistribukan lalu dipraktekkan di sekolahnya masing-masing dengan alat VR. Setelah dikunjungi para siswa SMA akan di monitoring perkembangannya, setelah melalui pembelajaran ini,” tuturnya. 

Ke depannya, Esther berharap, ada kolaborasi dengan lebih banyak sekolah supaya sistem pembelajaran kimia yang dikembangkannya ini lebih diketahui dan dimanfaatkan oleh masyrakat luar. “Selain itu saya berharap, aplikasi dalam sistem pembelajaran ini lebih berkembang dengan isi materi ilmu kimia yang lebih lengkap,” harap Esther.

Sebagai pengembang aplikasi, Head of Developer, Daniel Gamaliel Saputra, menyampaikan, Aplikasi ini memakai game engine unity, yang permainannya memakai  alat Virtual Reality atau VR. “Di awal alur game -nya siswa memakai peralatan VR dan menuliskan namanya, yang akan tersambung dengan akun,” ujar Daniel.

Karena aplikasi ini juga menggunakan teknologi adaptive learning, Daniel menjelaskan, aplikasi bisa menyesuaikan tahap permainan sesuai dengan kemampuan siswa. Maka, siswa diberi contoh soal terlebih dahulu untuk dikerjakan supaya bisa menentukan akan mengerjakan level permainan sesuai dengan kemampuannya. 

“Misalnya ada siswa yang masih kurang paham dengan materi kimia pada game -nya, dia akan dikasih permainan yang sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuannya. Kalau Ia sudah menguasai hal itu, baru soal yang berupa permainan akan dilanjutkan ke level atau tahapan selanjutnya yang lebih sulit,” jelas Daniel yang juga merupakan mahasiswa jurusan informatika Institut STTS angkatan tahun 2020 ini.

Setelah siswa mengerjakan soal uji coba tersebut, Daniel memaparkan, sistem akan merekomendasikan siswa lebih cocok memainkan soal kimia di level yang mana. “Game -nya itu nanti dikasih beberapa soal dan empat perwujudan molekul senyawa, dan siswanya disuruh merangkai senyawa tersebut sesuai dengan soal permainan,” ujar Daniel.

“Contoh, senyawa air itu kan H2O, itu supaya anak-anak bisa merangkai senyawa kimia H2O tersebut sesuai dengan wujud visualisasi perikatan zatnya Kalau sudah selesai, siswa mendapat poin atau nilai. Setelah siswa menyelesaikan satu  level, siswa dilihat performanya bagaimana. Kemudian, sistem mengkalkulasi nilainya, dan siswa direkomendasikan lagi untuk mengulang level tersebut atau naik level,” sambung Daniel.

Daniel mengungkapkan, aplikasi dengan menggunakan VR ini merupakan teknologi baru, sehingga masih banyak yang perlu dikembangkan.

“Jadi waktu untuk mengembangkannya itu pun juga butuh waktu khusus, tidak segampang seperti membuat game biasa pada umumnya. Saat ini hanya tiga level, karena senyawa kan pada dasarnya banyak. Untuk sekarang ini, yang ada hanya senyawa ionic level paling gampang, kemudian senyawa kovalen, serta senyawa hidrokarbon. Ke depan mungkin akan lebih banyak berkembang lagi materi senyawa kimia lainnya,” pungkasnya. (vin/s)

#iSTTS #Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya #Intitut STTS #VR #Virtual Reality