Selasa, 21 Mei 2024

Gali Sejarah Basyariyah, HDMI Gelar Sarasehan Nasional di UPT Museum Mpu Tantular

Diunggah pada : 9 September 2023 17:11:08 144
Kadisperpusip Jatim, Tiat. S. Suwardi (jilbab coklat) saat sesi foto bersama dengan Ketua Himpunan Desa Mandiri Indonesia (HDMI), Mohammad Badrih Tholchah (tengah) usai pembukaan Sarasehan Nasional dan Bedah Sejarah Kyai Ageng Basyariyah Sewulan, di UPT Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, Sabtu (9/9/2023). Foto : Vivin

Jatim Newsroom – Sebagai wujud dari upaya menggali sejarah Basyariyah sesuai dengan pakemnya yang ada di Sewulan, Himpunan Desa Mandiri Indonesia (HDMI), berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur (Disbudpar Jatim) menggelar acara ‘Sarasehan Nasional dan Bedah Sejarah Kyai Ageng Basyariyah Sewulan’ di UPT Museum Mpu Tantular, Sidoarjo, Sabtu (9/9/2023). 

HDMI adalah sebuah Asosiasi yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dengan visi dan misinya yakni ‘Merajut Desa Membangun Negeri’. Karena beberapa pengurus HDMI ada yang berasal dari keturunan Kyai Ageng Basyariyah, maka acara sarasehan ini juga diadakan untuk merekatkan tali silaturahim keturunan atau dzuriyah Kyai Ageng Basyariyah yang tersebar di segenap penjuru Indonesia. 

Maka, melalui bedah sejarah yang dibahas dalam sarasehan ini diharapkan bisa menjadi ibrah maupun bisa memberi edukasi sejarah kepada anak cucu tauladan Kiai Basyariyah.  

Acara ini dihadiri Keluarga Besar Basyariyah, dan turut menghadirkan beberapa narasumber atau pembicara. Yakni, Penulis Buku ‘Kanjeng Kyai Ageng Basyariyah Pendiri Perdikan Sewulan Madiun’ Muh. Baidhowi atau Gus Mamak Sewulan, Penulis Buku ‘Babad Sewulan’ Gus Mukhlisina Lahudin, Akademisi UINSA dr. Afifudin Dimyati atau Gus Awis, Rektor INAIFAS Jember Gus Rijal Mumazziq, dan Gus Ary Sopia. 

Mewakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, acara ini dibuka  Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Kadisperpusip) Tiat S Suwardi. Dalam sambutannya, Tiat menyampaikan, Ia sangat mengapresiasi upaya HDMI, Dewan Pengurus wilayah Jawa Timur dalam upayanya melestarikan potensi cagar budaya dan sejarah lokal Jawa Timur melalui penyelenggaraan sarasehan dan bedah sejarah ini.

“Event sarasehan ini, diharapkan mampu mempresentasikan sekaligus mengangkat seluruh nilai penting berbagai tinggalan cagar budaya dan keteladanan dari para tokoh sejarah lokal khususnya Kyai Ageng Basyariyah Sewulan, sehingga mampu memberikan manfaat bagi masyarakat Jawa Timur,” tutur Tiat. 

Lebih lanjut, Tiat menerangkan, upaya untuk terus melestarikan berbagai warisan budaya, baik warisan tak benda, seperti warisan nilai-nilai luhur, dan warisan nilai-nilai estetika dari peninggalan-peninggalan sejarah dari tokoh-tokoh sejarah, telah menjadi bukti kebesaran budaya sekaligus menjadi inspirasi bagi budaya bangsa Indonesia hingga saat ini.

“Oleh karena itu, acara yang mengangkat peranan salah satu tokoh penting dalam perkembangan sejarah lokal Jawa Timur ini, merupakan wujud peran serta masyarakat dalam upaya pemajuan kebudayaan di masa mendatang,” terangnya. 

Dengan kegiatan semacam ini, Tiat berharap semoga dapat dijadikan sarana para penerus bangsa dalam mengenal dan mempelajari sejarah. “Selain itu semoga dari pembelajaran sarasehan ini dapat mengimplementasikan nilai-nilai filosofis dari peninggalan-peninggalan sejarah di masa lalu,” harap Tiat. 

Sementara itu, saat ditemui, Ketua HDMI, Mohammad Badrin Tholchah mengatakan, sarasehan nasional ini diadakan untuk menggali sejarah, dan yang terpenting bagus bagi dzuriyat Basyariyah yang tersebar di seluruh Indonesia. 

“Pusatnya Basyrariyah itu ada di Sewulan yang merupakan suatu desa di Madiun. Sarasehan ini, menurut saya lebih efektif dilakukan di Surabaya, karena lebih strategis dan gampang dijangkau bagi seluruh dzuriyat Basyariyah dari pada Madiun. Fungsi sarasehan ini agar dapat merekatkan saudara-saudara basyariyah yang jauh dan kita memberi edukasi sejarah kepada anak cucu kita tauladan bagi Kyai Basyariyah itu. Karena Kyai Basyariyah, sebenarnya adalah punjer segala ilmu pesantren, pondok pesantren di Jawa ini dimulai dari Basyariyah,” kata Badrin. 

Badrin mengungkapkan, Kyai Ageng Basyariyah ini merupakan punjer lahirnya pesantren-pesantren daerah yang mana masih keturunan darinya. Dikatakannya, setelah dipelajari silsilah para pendiri pondok pesantren di Indonesia, itu ternyata tergabung dan berasal dari keturunan atau dzuriyat Basyariyah tersebut. 

“Jadi dari sarasehan ini akan dihasilkan sejarah yang terbukti berdasarkan manuskrip-manuskrip maupun catatan sejarah. Bukan dari katanya si mbah atau orang yang tidak berdasar bukti, sejarah boleh berdasarkan dari katanya-katanya, tetapi harus berdasarkan bukti manuskrip dan catatan sejarah. Nah, dengan sarasehan ini, kita bisa belajar sejarah yang tidak tertulis di dalam pelajaran sejarah. Padahal sebenarnya tertulis di manuskrip bukan hanya sekedar omongan. Sehingga ke depan dapat bermanfaat bagi generasi muda bukan hanya bagi dzuriyah Basyariyah sendiri,” ungkapnya. 

Menurut Badrin, antara Basyariyah, NU dan Muhammadiyah itu sangat berhubungan. Karena Muhammadiyah dan NU itu didirikan oleh dua tokoh besar nusantara, yang mana meraka adalah keturunan-keturunan dari Basyariyah juga. Dikatakan Badrin, Kyai Ageng Basyariyah sendiri, nama aslinya adalah Raden Mas Bagus Harun bin Adipati Nolojoyo. 

“Bagi HDMI sendiri, dengan melakukan sarasehan ini, kami bisa berkolaborasi, dan menunjukkan eksistensi kami. Organisasi itu harus melakukan kegiatan nyata yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat dan berperan serta dalam mencerdaskan bangsa,” pungkasnya. (vin/hjr) 

#sejarah #Museum Mpu Tantular #UPT Museum Mpu Tantular #HDMI #Himpunan Desa Mandiri Indonesia #Basyariyah