Minggu, 19 Mei 2024

Strategi Komunikasi Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 Dibahas Pusat dan Daerah

Diunggah pada : 2 Mei 2023 13:02:46 113
Sumber Foto: Tangkapan Layar dari Youtube Ditjen IKP Kominfo

Jatim Newsroom – Strategi tidak bisa berjalan dengan baik tanpa implementasi atau eksekusi, begitupun sebaliknya. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan. Termasuk dalam keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 juga memerlukan strategi komunikasi yang perlu dirumuskan dengan baik. 

Hal tersebut disampaikan Akademisi Ilmu Komunikasi, Dorien Kartikawangi ketika menjadi narasumber dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Strategi Komunikasi dan Konten Tematik Keketuaan ASEAN 2023. 

Bimtek yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI ini dihadiri oleh para pengelola media sosial pemerintah baik pusat maupun daerah.  Kegiatan yang dilaksanakan selama 2 (dua) hari pada tanggal 2-3 Mei 2023 ini berlangsung secara daring dan luring di Kabupaten Manggarai Barat, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Komunikasi memang mengalir, tapi menjadi berbeda karena dalam konteks ini adalah komunikasi publik pemerintah. Kalau tidak ada perencanaan bisa terjadi miskomunikasi dalam menyampaikan satu komunikasi publik, termasuk terkait keketuaan Indonesia di ASEAN,” ujar Dorien, Selasa (2/5/2023). 

Dorien menjelaskan 4 (empat) proses yang diperlukan dalam merumuskan strategi komunikasi, yaitu research, planning, action, dan evaluation. “Riset menjadi penting supaya kita bisa membuat materi-materi komunikasi dengan tepat. Kemudian ada 4 hal yang juga perlu digarisbawahi dalam membuat strategi, yaitu establishing goals, proactive strategy, reactive strategy, dan message strategy,” terangnya. 

Hal pertama yang dilakukan, kata Dorien, adalah menetapkan tujuan, dari kognisi, afeksi, hingga perilaku. Kemudian Proactive Strategy yaitu strategi untuk program-program komunikasi yang disiapkan. 

“Misal dalam rangka ASEAN Summit, Anda mengunggah bagaimana Labuan Bajo dan Manggarai Barat ini mempersiapkan infrastruktur, SDM, transportasi, internet dan lain sebagainya. Kemudian bagaimana kondisi keamanan, makanan, dan kesehatan saat pelaksanaan, bahkan setelah selesai kegiatan nanti, apa yang dilakukan masyarakat, dan lain-lain,” lanjut Dorien.

“Kalau reactive strategy itu diperlukan untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu, ini merupakan upaya preventif ketika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Selanjutnya, message strategy atau strategi pesan adalah bagaimana mengonstruksikan agar pesan ini bisa diterima seperti yang kita harapkan, tidak diterima secara berbeda atau negatif,” tambahnya. 

Dorien juga menerangkan tentang communication tactic antara lain interpersonal communication, organizational communication, news media, dan advertising promotional media. Bentuk publikasi dan diseminasi informasi bisa melalui earned media, paid media, shared media, dan owned media. 

“Hal yang tak kalah penting adalah evaluasi. Kalau tidak ada monitoring dan evaluasi kita tidak tahu dampak komunikasi kita, yaitu awareness, acceptance, dan action,” paparnya. 

Ia pun menerangkan tren strategi komunikasi di era saat ini dan masa depan, misalnya untuk bisa menggaungkan tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth” di media sosial. 

“Kenapa sih harus ada hashtag #makintahuASEAN #ASEANmatters #epicentrumofgrowth, karena ini membuat AI bekerja. Begitu tertangkap oleh AI itu menjadi satu kumpulan di big data yang kemudian ketika kita analisis bisa kita tahu klaster dari AI kita. Ini yang harus terus menerus digaungkan kalau kita mau membumikan ASEAN ini,” jelasnya. (idc/n)

#ASEAN #Kementerian Kominfo RI #ASEAN Matters: Epicentrum of Growth