Sabtu, 4 Mei 2024

Pecel Tumpang Jalan Dhoho Kediri, Sajikan Konsep Lesehan Murah Meriah

Diunggah pada : 17 Februari 2024 15:21:01 342

Jatim Newsroom- Berkunjung ke Kota Kediri kurang rasanya jika tidak menikmati wisata kuliner yang ada di sana. Selain terkenal dengan lokasi pabrik rokok terbesar di dunia, Kediri juga punya kuliner khas salah satunya nasi pecel.

Sebagai salah satu kota terbesar di Jawa Timur, Kediri menyimpan banyak kuliner khas satu diantaranya adalah Pecel. Ingin tahu dimana rekomendasi tempat nasi pecel favorit di Kediri? Simak ulasannya disini.

Nasi pecel adalah makanan khas yang ada di Jawa Timur. Hampir setiap kabupaten atau kota kita akan melihat banyak penjual nasi pecel terutama di wilayah Mataraman yang meliputi eks karesidenan Madiun, dan Karesidenan Kediri. Pecel tumpang merupakan maskot kuliner di Jalan Dhoho, Kota Kediri, Jawa Timur. Karena di sepanjang jalan tersebut banyak dijumpai penjual nasi pecel tumpang.

Biasanya Penjual nasi pecel tumpang “menghiasi” sepanjang trotoar Jalan Dhoho pada malam hari. Kuliner pecel tumpang ini bisa dijumpai setelah maghrib. Sebagian besar penjual menjajakan dagangannya dengan cara lesehan.

Harga pecel tumpang di Jalan Dhoho relatif sangat terjangkau, yakni hanya Rp 9.000 per porsi. Jika ditambah dengan lauk, pembeli akan dikenakan tambahan sesuai lauk yang diambil. Beberapa jenis lauk yang dijajakan sebagai tambahan untuk menyantap pecel tumpang maupun tanpa tumpang adalah sate usus, sate telur, telur dadar, babat, paru goreng dan lainnya.

Menurut para penjual nasi pecel tumpang, jumlah pembeli pada Senin-Jumat normal, tapi pada akhir pekan cukup membludak. Pada Senin – Jumat mereka menjual sekitar 10-100 porsi, sedangkan di akhir pekan bisa mencapai 400 porsi.

Suasana Jalan Dhoho semakin larut malam semakin ramai pengunjung, utamanya pada saat akhir pekan. Jadi, menikmati pecel tumpang di Jalan Dhoho tidak sekadar menikmati kuliner, tetapi juga menikmati suasana malam Kota Kediri.

Dengan variasi lauk yang banyak dan harga per porsinya yang terjangkau sebesar Rp 9 ribu menjadikan pecel ini salah satu langganan pembeli yang ada di Jalan Dhoho. "Per porsi dijual Rp9 ribu, tapi tergantung juga ada yang beli Rp7 ribu ya kita layani, kalau untuk lauknya itu mulai Rp4.000 sampai Rp10 ribu, biasanya yang Rp10 ribu itu serundeng empal," ungkap salah seorang penjual.

Seorang pembeli asal Trenggalek, Bagas mengaku jika ke Kediri kerap kali mampir untuk menyempatkan membeli pecel tumpang yang ada di sekitar kawasan Jalan Dhoho. "Khasnya Kediri sini kan nasi pecel tumpangnya yang khas rasanya. Jadi kalau ke Kediri dari rumah saudara ya biasanya mampir sini," tuturnya.

Sementara itu seorang warga Sidoarjo, Yanti juga menyatakan, setiap pulang kampung ke Kediri selalu menyempatkan membeli pecel tumpang di kawasan Jalan Dhoho. Menurutnya jika ke Kediri belum mencicipi nasi tumpang dianggap kurang afdol.

"Kalau waktu pulang ke Kediri ini pasti mampir ke sini. Apalagi keluarga besar rumahnya dekat sini. Kalau ke Kediri belum makan nasi pecel tumpang, kayak belum pulang ke Kediri, makanan khasnya kan ini," ucap perempuan yang datang bersama keluarganya ini.

Sebenarnya nasi pecel tumpang ini hampir sama dgn nasi pecel pada umumnya hanya saja nasi pecel tumpang ini diberi tambahan sambal dari tempe yang hampir busuk dgn aroma kencur yang sedap sekali yg biasa disebut sambal tumpang.

Sembari makan pecel tumpang kita bisa menikmati lalu lalang kendaraan yang berjalan lambat di sepanjang Jalan Dhoho. Walaupun di sajikan di depan toko, tapi jangan salah kalo para penikmat Nasi Tumpang ini berasal dari semua golongan.

Bahkan tidak jarang ada mobil mewah parkir yang sengaja ingin menikmati Nasi Tumpang Pecel ini walaupun rela lesehan di depan toko. Tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menikmati makanannya hanya mengeluarkan Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu.

Ada satu warung yang cukup ramai. ‘Lesehan Kuliner Jl Dhoho Mbak Lastri’, begitu nama spanduk yang tertulis di belakang seorang perempuan 40 tahunan. Sambil bersila, ia cekatan melayani para pelanggannya. Sesekali ia berucap, “Sabar, nggih.” Guna merespon para pembeli yang saling adu keras melantangkan suaranya saat memesan.

Tiba giliran saya, Mbak Anik bertanya, “Sekul pecel nopo tumpang, mas?” (nasi pecel apa tumpang, mas?) “Bedane nopo, bu?” (Bedanya apa, bu?)

Mbak Lastri sepertinya tahu saya bukan orang Kediri. Dengan tenang ia menjelaskan, jika pecel berbahan dasar sambal kacang. Sementara tumpang, adalah sambal tempe yang sudah difermentasikan. Sementara untuk sayurannya sama. Sama-sama menggunakan kubis, kacang panjang, taoge, sawi, kembang turi yang sudah dikukus sebelumnya. “Angsal dicampur nopo mboten, bu?” (Boleh dicampur apa tidak, bu?)

“Angsal. Namung mangke rasane campur mboten karuan. Kulo salap pinggir-pinggir ngoten mawon nggih?” (Bisa. Tapi nanti rasanya campur aduk. Saya letakkan bumbunya di bagian pinggir saja, ya?)

“Oh, inggih, ngoten mawon, bu, kulo pengin ngincip kale-kalene soale, he-he.” (Oh, iya, begitu saja, bu, saya ingin mencoba kedunya soalnya, he-he.)

Mbak Lastri kemudian menyiram satu sisi nasi yang sudah dikasih sayuran dengan sambal pecel. Sementara bagian sisi lainnya dengan sambal tumpang. “Lauke nopo? Monggo dipendet piyambek.” (Lauknya apa? Silakan diambil sendiri.)

Hasrat lapar yang bergejolak sempat membuat saya ingin memungut semua lauk. Ada dendeng ragi, sate telur puyuh, sate usus, sate hati dan ampela ayam, telur ceplok, babat goreng, paru goreng, telur asin, ayam goreng. Rasanya semua begitu menggugah selera. Tapi, saya tahan dengan hanya mengambil paru dan babat goreng, plus telur ceplok.

Saya lantas duduk bersila di tikar plastik yang digelar di atas trotoar Jalan Dhoho. Kemudian, terlihat serombongan satpol PP berpatroli di hadapan saya. Agak waswas, apakah nanti akan ada penggerebekan oleh Satpol PP? Namun, melihat Satuan Polisi Pamong Praja itu berlalu, juga pembeli lain yang begitu tenang dan menikmati pecel serta tumpangnya dengan lahap, sepertinya Jalan Dhoho memang dikhususkan sebagai sentra kuliner malam di Kediri.

Barulah, saya mulai melahap perlahan nasi tumpang, nasi pecel, kemudian mencoba menikmati campuran keduanya. Senyum saya langsung mengembang. Begitu pas di lidah. Gurihnya, pedasnya, juga harganya yang tak lebih Rp20.000,-. Rasanya, capek dalam perjalanan tergantikan dengan nikmatnya pecel tumpang khas Kediri di Jalan Dhoho. (hjr)

 

 

#Kota Kediri