Rabu, 18 September 2024

Lestarikan Lingkungan, UWKS dan Kampung Sayur Ondomohen Surabaya Budidayakan Ikan Zebra Fish

Diunggah pada : 13 Agustus 2024 23:27:27 62
Kegiatan PKM UWKS di Kampung Sayur Ondomohen Magersari Gang V, Ketabang, Kec. Genteng, Kota Surabaya, Selasa (13/8/2024). Foto : Vivin

Jatim Newsroom - Guna mewujudkan kolaborasi ekonomi masyarakat pada kelompok tani urban farming dengan pelestarian lingkungan dan upaya ketahanan pangan, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) atau Abdimas mengadakan kegiatan pelatihan budidaya Ikan Zebra Fish, di Kampung Sayur Ondomohen Magersari Gang V, Ketabang, Kec. Genteng, Kota Surabaya.

Kegiatan PKM UWKS yang berlangsung selama enam bulan dari Juli hingga Desember 2024 tersebut, berjudul 'Penerapan Pakan Ikan Penguat Imunitas (PI) dan Tata Kelola Sampah Organik pada Budidaya Fish Zebra dan Budidaya Magot Sebagai Kolaborasi Ekonomi pada Kelompok Petani Urban Farming Kampung Sayur Ondomohen Surabaya'. Artinya, selain budidaya ikan zebra fish, di kampung ini juga diadakan pelatihan pembuatan pelet pakan ikan dari magot, dan budidaya tanaman herbal. 

Pembukaan kegiatan, ditandai dengan serah terima mesin pembuat pelet ikan dari magot oleh Ketua Tim Abdimas UWKS, Dr Rondius Solfaine, kepada Kader Kampung Sayur Ondomohen Surabaya, Mus Mulyono, pada Selasa (13/8/2024) di Balai Pertemuan Kampung Oase Ondomohen Surabaya. 

Saat ditemui, Ketua Tim Abdimas UWKS, Dr Rondius Solfaine menyampaikan, PKM di Kampung Sayur Ondomohen Surabaya ini didukung oleh Kemendikbudristek RI melalui para dosen di UWKS.

"Kami salah satu tim yang ditugaskan untuk melakukan pengabdian di kampung ini. Jadi, program ini memiliki tiga titik fokus, yang utama adalah budidaya ikan zebrafish, kedua pembuatan pelet pakan menggunakan bahan baku magot, dan ketiga tata laksana budidaya tanaman obat herbal dan tata keolah sampah organik. Memang programnya memiliki ketebatasan waktu, hanya sampai bulan Desember kami harus melaporkan ke Kemendikbudristek RI," jelas Rondius.

Meski hanya sampai Desember, Rondius mengatakan, pihaknya berharap penerapan program PKM di Kampung Sayur Ondomohen Surabaya ini akan terus berlanjut. "Karena akan banyak tim-tim lain yang akan meneruskan ataupun mahasiswa-mahasiswa yang akan terus belajar di sini dan sebetulnya yang belajar itu kami. Di kampung-kampung percontohan yang sudah banyak menyerap ilmu dari praktisi maupun dari program tinggi, kami hanya meneruskan saja. Program-program yang sesuai dengan kondisi di lapangan terutama yang dibutuhkan oleh masyarakat," terang Rondius.

Latar belakang dipilihnya Kampung Ondomohen ini, diungkapkan Rondius, karena sejauh ini Kampung Ondomohen adalah salah satu kampung terbaik di Surabaya dari sisi tata kelola lingkungan, dan dari kegiatan UMKM. 

"Sehingga Kampung Ondomohen ini dapat menjadi kampung percontohan Surabaya, ketika ada program baru diharapkan akan terserap dengan baik dan bisa ada keberlanjutannya, tidak selesai di tengah jalan," ungkap Rondius.

Sedangkan, dipilihnya Ikan Zebra Fish untuk dibudidayakan di Kampung Ondomohen Surabaya ini, Rondius menjelaskan, karena ikan tersebut bisa dibilang cukup unik yang memiliki potensi tinggi. Apalagi menurutnya, Ikan Zebra Fish ini mempunyai penampilan fisik yang menarik sebagai ikan hias, kedua ikan ini berpotensi menjadi hewan uji coba di perguruan tinggi, maka ikan zebrafish ini manfaatnya cukup potensial. 

"Untuk budidaya tanaman herbal yang dipakai sebagai anti diabetes, kami memilih itu karena diabetes itu sendiri kan sebagai penyakit yang menduduki mungkin 10 besar penyakit yang mematikan lah di masyarakat. Sehingga perlu alternatif obat-obatan yang istilahnya itu alamiah. Dan untuk yang berkaitan dengan pelet ikan dari magot, kami memilih itu karena kelebihan dari kampung Ondomohen ini merupakan kampung yang sudah memproduksi magot secara baik, kualitas magotnya sangat bagus dan diharapkan magot yang sudah diproduksi itu mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi," papar Rondius.

Output dari kegiatan ini, diterangkan Rondius terdapat dua sisi, pertama dari sisi perguruan tinggi yakni dengan program ini UWKS jadi bisa menerapkan teologi tempat guna istilahnya berupa produk yang mungkin masih dalam bentuk prototype (seperti pelet ikan), budidaya ikan termasuk juga tata kelola sampah organik dan tanaman organiknya. 

"Sedangkan kalau dari sisi masyarakat itu akan menghasilkan produk-produk yang paling tidak nanti menjadi andalan untuk dikomersialisasikan. Sehingga masyarakat juga berdaya secara ekonomi melalui program ini," terangnya.

Sementara itu, terkait pelatihan budidaya tanaman herbal, Tim Abdimas lainnya Dwi Haryanta yang juga merupakan dosen di UWKS menyampaikan, tanaman herbal ini dibudidayakan untuk dibuat kapsul anti diabetes. 

Uji coba mesin pembuat pelet pakan ikan daei magot dalam kegiatan PKM UWKS di Kampung Sayur Ondomohen Magersari Gang V, Ketabang, Kec. Genteng, Kota Surabaya, Selasa (13/8/2024). Foto : Vivin

"Tanaman yang dipakai adalah jenis kipahit ada yang namanya pahitan ada yang namanya sentek itu tergantung dari daerahnya masing-masing," ucap Dwi.

Lebih lanjut, Dwi menuturkan, proses pembuatan kapsul dari tanaman herbal yang dibudidayakan diawali dengan daun yang dikeringkan, setelah kering, dihaluskan hingga seperti tepung.

"Nah tepung itulah yang dimasukkan di dalam kapsul-kapsul, setelah produksi nanti akan lebih intens dihitung. Sehingga nanti satu kapsul itu bisa dikonsumsi dosis berapa untuk penderita diabetes maupun yang baru pre-diabetes," tutur Dwi.

Melalui program PKM UWKS ini, Dwi berharap, ke depan ada sinergisme antara kampus dengan masyarakat real. "Karena di kampus itu biasanya kan bicara teori-teori ya, di dalam kelas tapi dengan kerjasama seperti ini, saling mengisi sinergis, kita juga bisa belajar langsung di lapangan di satu sisi, yang di lapangan, bisa belajar dapat ilmu dari kampus," harap Dwi.

Di sisi lain, Kader Kampung Sayur Ondomohen Surabaya, Mus Mulyono menyampaikan, dengan adanya pelatihan ini sebagai perwakilan kampung pihaknya merasa senang dan sangat luar biasa, karena masih dan terus dipercaya oleh pihak universitas, khususnya UWKS. 

"Apalagi pelatihan di kampung ini terdiri dari tiga fokus utama yakni budidaya ikan zebra fish, budidaya tanaman herbal, dan pembuatan pelet ikan dari magot yang ternyata ketiga fokus tersebut sangat berkesinambungan. Jadi kami sebagai orang kampung merasa sangat bangga, karena kami sebagai orang kampung yang ada di Surabaya ini masih diberi kepercayaan oleh pihak kampus Wijaya Kusuma, kami sangat merasa kebahagiaan yang sangat luar biasa," tutur Mus. 

Melalui program PKM UWKS ini, Mus berharap, semoga programnya dapat berkelanjutan terutama dengan pihak Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. 

Dalam kesempatan yang sama, pembina Kampung Sayur Ondomohen Surabaya, Ir. Adi Candra menyebutkan kampung Ondomohen ini juga bisa disebut dengan Kampung Berseri Astra. 

"Kami sangat bersyukur dengan adanya program ini, yang merupakan sebuah tonggak baru. Artinya kami Wong Kampung ini bisa dirawuhi teman-teman dari perguruan tinggi khususnya dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan lintas stakeholder kepada kami di kampung itu sudah ada dan itu selalu tumbuh," ucap Adi.

Adi pun mengaku, sebagai pembina kampung pihaknya siap diajak berkolaborasi program pengabdian masyarakat apapun pelaksanaannya, apalagi kegiatan kali ini diprakarsai oleh Kemendikbudristek RI sehingga ini menjadi sebuah tolak ukur bahwa ternyata orang kampung itu bisa berkontribusi aktif terhadap perguruan tinggi yaitu sebagai mitra pengabdian masyarakat yang mana kampung kami siap sebagai laboratorium hidupnya lintas perguruan tinggi, program studi, dan disiplin keilmuan. 

"Harapan kami adalah program ini tidak hanya berhenti nanti pada saat di akhir Desember sesuai dengan pendanaannya bisa dicarikan cantolan-cantolan program yang baru, produk-produk atau program-program turunan dari program yang sudah ada karena sekali lagi isu terkait dengan keberlanjutan,"pungkas Adi.

Sebagai informasi, kegiatan PKM UWKS ini diikuti oleh para Tim Abdimas yang tediri dari dosen maupun mahasiswa. Untuk dosen meliputi, Dr Rondius Solfaine, Dr Ir Dwi haryanta, dan Marina Revitri. Sedangkan para mahasiswa yang mengikuti kegiatan, ialah Intan Nurdiana Faramudita, Maria Millenia, Hanifah Syahidah, Paskalia Donamendez, Michael Beltho, Thalia Zarah Tabitha, dan Mohammad Abel Junjunan Hidayat. (vin/s)

#Universitas Wijaya Kusuma #UWKS #Kampung Ondomohen #PKM