Jumat, 10 Mei 2024

Jumlah Mahasiswa Disabilitas Universitas Brawijaya Terbesar di Jawa Timur

Diunggah pada : 8 Desember 2022 16:00:17 312
Koordinator Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana UB, Zulfaidah Penata Gama (kanan, jilbab kuning) saat melakukan kunjungan kerja di kantor Diskominfo Jatim Surabaya, pada Kamis (8/12/2022). Foto : Ryanda/ JNR

Jatim Newsroom  Universitas Brawijaya (UB) memiliki mahasiswa penyandang disabilitas sekitar 112 orang, yang mana jumlah ini merupakan angka terbesar di Jawa Timur sebagai universitas yang menerima mahasiswa penyandang disabilitas.

Hal itu disampaikan oleh Koordinator Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pelaksana UB, Zulfaidah, Penata Gama saat melakukan kunjungan kerja di kantor Diskominfo Jatim Surabaya, Kamis (8/12/2022).

“Berdasarkan data, ternyata ada sekitar 112 an mahasiswa difabel dari berbagai macam jenis disabilitas yang bisa kuliah di UB. Dan itu merupakan angka terbesar kalau di Jawa Timur atau di Indonesia bahkan, dan jenis disabilitasnya yang paling banyak,”ungkap Zulfaidah, yang biasanya dipanggil Ida itu.

Ida juga mengungkapkan, besar jumlah mahasiswa difabel ini merupakan wujud usaha UB agar para disabilitas memiliki kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi. “Jadi semua jenis disabilitas itu kita mengusahakan bisa diterima di Universitas Brawijaya. Untuk jurusan tertentu atau kompetensi – kompetensi yang masih bisa menerima,”jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan Ida, para mahasiswa difabel yang berkuliah di UB itu bahkan sudah ada yang lulus dan bekerja di lembaga pemerintahan. “Alhamdulilah selama ini sudah banyak alumni atau graduate dari UB itu yang disabilitas, jadi mahasiswa difabel lulus empat tahun mereka sekarang bahkan sudah ada yang bekerja di pemerintahan, meskipun dalam kondisi tuna netra,” kata Ida.

Untuk jenis difabel yang berkuliah di UB, Ida menjelaskan, mayoritasnya adalah jenis disabilitas yang tuna rungu. Selain itu di UB, juga ada pusat layanan membina volunteer mahasiswa yang ingin belajar menjadi Juru Bahasa Isyarat (JBI).

“Jadi mayoritas yang disabilitas di UB itu tuna rungu, tetapi karena kami punya pusat layanan sehingga mereka tetap ada pendamping. Jadi ada volunteer yang menjadi juru bahasa isyaratnya mereka. Ada pusat yang membina siapa saja volunteer mahasiswa yang ingin belajar bagaimana menjadi JBI itu bisa ditampung di Brawijaya semua,”tutur Ida.

Ida pun menuturkan, mahasiswa disabilitas yang berkuliah di UB ini semakin lama jumlahnya semakin bertambah. “Dan Alhamdulillah semakin lama semakin bertambah tiap tahun karena mungkin mereka mendengar dari teman – temannya sesama disabilitas di UB di terima begitu. Mulai dosennya, ruangannya, semua fasilitas disiapkan memang untuk mengarah kesana,” terangnya.

Berkat program penerimaan dan layanan mahasiswa disabilitas ini, Ida menyampaikan UB meraih penghargaan dari Kemendikbud dalam lomba inovasi. “Makanya di UB tahun 2021 itu kan sempat menerima penghargaan dari Kemendikbud karena kita menjadi perwakilan Kemendikbud untuk lomba inovasi. Nah, disitu kami menampilkan program ‘Kami Setara’ dari Pusat Layanan Mahasiswa Disabilitas,” ucapnya.

Tak hanya itu, Ida juga menjelaskan, di UB juga punya duta keterbukaan informasi publik yang salah satunya ada penyandang disabilitas. “Di UB kami juga punya duta keterbukaan informasi publik yang salah satu diantara sekian banyak duta itu ada yang tuna netra maupun tuna rungu,”paparnya.

Kaitannya dengan keterbukaan informasi publik, Ida pun meyampaikan bahwa Ia memiliki rencana agar Media Sosial (Medsos) itu juga bisa diakses oleh para penyandang disabilitas. Jadi bagaimana membuat website yang ramah untuk mahasiswa difabel kalau itu misalnya bisa dilakukan, agar bisa juga diakses oleh seluruh masyarakat difabel di Jawa Timur.

“Tahun depan kami merencanakan  ada yang mengisi dari pihak Pusat Layanan Disabilitas atau PLD bagaimana membuat website itu bisa dibaca oleh mahasiswa yang difabel tadi, nanti kita combine narasumbernya dari Diskominfo Jawa Timur dan PLD,"bebernya.

Ida berharap agar ke depan jangka panjangnya masyarakat difabel itu tidak akan tertutup aksesnya karena mereka punya hak untuk tahu. “Jadi ya kita harus pelan – pelan mengarah kesana tahun depan itu kita merencanakannya dalam bentuk entah webinar atau pelatihan membuat website yang ramah difabel itu, salah satu narasumbernya nanti kita bisa minta dari Diskominfo Jawa Timur menyampaikan update informasi yang terbaru mungkin tahun 2023 apa sih yang perlu disiapkan oleh programmer – programmer pengelola konten website itu supaya aman dari hacker,” pungkasnya. (vin/s)

#disabilitas #universitas brawijaya