Minggu, 28 April 2024

Gandeng CEHP, Unusa Sediakan Akses Air Bersih di Empat Lokasi

Diunggah pada : 26 Maret 2024 17:46:25 18
Kerjasama ini, CEHP Unusa dan ZISWAF CT ARSA menghadirkan teknologi canggih dari UNU-Water untuk empat lokasi strategis di Indonesia yakni; Sukabumi, Bekasi, Jakarta Barat, dan Karawang.

Jatim Newsroom - Kolaborasi antara Center For Environmental Health of Pesantren (CEHP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan Lembaga Amil Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) CT ARSA Foundation menandai langkah progresif dalam penyediaan akses air bersih.

Melalui kerjasama ini, CEHP Unusa dan ZISWAF CT ARSA menghadirkan teknologi canggih dari UNU-Water untuk empat lokasi strategis di Indonesia yakni; Sukabumi, Bekasi, Jakarta Barat, dan Karawang.

Ketua Center For Environmental Health of Pesantren (CEHP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Achmad Syafiuddin, Ph.D., menyatakan komitmennya untuk memastikan keberhasilan proyek ini. Timnya telah melakukan evaluasi menyeluruh untuk memilih desain UNU-Water yang paling optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat di setiap lokasi.

“Lokasi yang terpilih untuk pemasangan sistem filtrasi ini meliputi Kampung Ciroyom, Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung di Sukabumi; Kampung Beting, Muara Gembong di Bekasi; Kelurahan Kamal, Kalideres di Jakarta Barat; dan Pondok Pesantren Assyidiqiyah, Desa Pasirukem, Cilamaya Kulon di Karawang. Kami memilih lokasi-lokasi ini berdasarkan evaluasi kebutuhan akan akses air bersih yang mendesak," ungkapnya, di Surabaya, Selasa(26/3/2024).

Selain pemasangan sistem filtrasi, kolaborasi ini juga meliputi pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat setempat. Pria yang juga sebagai dosen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kesehatan (F.Kes) Unusa, menambahkan, pelatihan akan difokuskan pada pemantauan kualitas air secara berkala dan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Pendampingan dan edukasi akan diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar," ungkapnya.

Syafiuddin menambahkan, sebelum pemasangan sistem filtrasi, dilakukan pengukuran kualitas air dari sumber yang ada di masing-masing lokasi untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Pengukuran ini mencakup aspek fisik air dan biologi, termasuk keberadaan mikrobiologi berbahaya.

“Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya memberikan akses air bersih yang lebih baik bagi masyarakat di empat lokasi tersebut, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Dengan adanya dukungan dari CT ARSA dan Unusa, diharapkan tercipta dampak positif yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat setempat,” ungkapnya.

Direktur ZISWAF CT ARSA, M Wahib MH, mengungkapkan dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ZISWAF CTARSA berkolaborasi dengan Unusa yang memiliki pengalaman dan model teknologi tepat guna dengan pendekatan 3 M (murah, mudah, manfaat) dalam mewujudkan penyediaan air bersih bagi komunitas sasaran program.

“Melalui kolaborasi ini, Unusa bersedia melaksanakan kegiatan sosialisasi, pelatihan dan juga pendampingan di komunitas yang akan terpasang instalasi UNU-Water. Desain UNU-Water yang paling optimal akan dipasang di lokasi terpilih. Sosialisai tata cara pembersihan dan perawatan pada teknologi ini akan dipaparkan,” ungkapnya.

Wahib menambahkan, selain pemasangan instalasi UNU-Water, terdapat juga pelatihan terfokus pada tata cara pemantauan kualitas air secara berkala untuk memastikan sistem tersebut selalu dalam kondisi dan performansi yang optimal.

Pelatihan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) akan dilaksanakan untuk memberikan pendampingan dan edukasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat untuk dilaksanakan di Masyarakat,” tambahnya.

Wahib mengungkapkan, dari hasil assessment dan pendampingan program kampung ARSA, dan beberapa lokasi kebanyakan warga binaan menggunakan air baku yang terkontaminasi bakteri (berubah warna, bau dan rasa), sehingga tidak layak pakai, apalagi untuk dikonsumsi.

“Guna memenuhi standar kesehatan, air baku yang digunakan oleh warga harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan. Kolaborasi ini bukan hanya tentang menyediakan teknologi, tetapi juga tentang memberdayakan masyarakat setempat untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat,” pungkasnya. (mad/hjr)

 

#unusa