Senin, 6 Mei 2024

DWP Kominfo Jatim Kunjungi Sentra Kain Tenun Ikat ‘Kurniawan’ Kediri

Diunggah pada : 14 Juli 2023 18:27:17 150
Ketua DWP Kominfo Jatim, Afina (jilbab biru tua tengah) dan Pemilik Sentra Kain Batik Tenun Ikat 'Kurniawan' (jilbab pink salem) saat melihat proses pembuatan kain batik tenun ikat di Sentra Kain Batik Tenun Ikat 'Kurniawan' Bandar Kidul, Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (14/7/2023). Foto : Ghufron / JNR

Jatim Newsroom – Guna menumbuhkan rasa cinta kepada produk Indonesia atau dalam negeri, Dharma Wanita Persatuan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur (DWP Kominfo Jatim) melakukan kunjungan ke sentra Kain Batik Tenun Ikat ‘Kurniawan’ Bandar Kidul, Kota Kediri, Jawa Timur, pada Jumat (14/7/2023). 

Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah 32 orang anggota dan pengurus DWP Kominfo Jatim ini, dipimpin oleh Ketua DWP Kominfo Jatim, Afina, dan Sekretaris Dinas Kominfo Jatim, Suharlina Kusumawardani. 

Saat ditemui, Ketua DWP Kominfo Jatim, Afina mengatakan, tak hanya untuk menumbuhkan rasa cinta produksi dalam negeri, namun kunjungan ini juga supaya bisa tahu proses pembuatan tenun khas Kediri secara langsung.

"Mengenalkan produksi dalam negeri yang harus kita banggakan yakni produk Batik Kain Tenun Ikat dari Kediri, Jawa Timur,” jelas Afina. 

Lebih lanjut, Afina menilai, Kain Batik Tenun Ikat 'Kurniawan' dari Kediri ini sangat bagus. Dikatakannya, kain batik tersebut memiliki potensi untuk lebih diperkenalkan lagi kepada masyarakat melalui banyak pihak. 

“Produksi kain batik tenun ikat ini bagus ya. Oleh karena itu, untuk pemasarannya saya rasa perlu ada dukungan dari banyak pihak termasuk pemerintah. Agar dapat menumbuhkan rasa cinta kepada masyarakat, terhadap produk dalam negeri. Apalagi kalau misal produk kain tenun batik ini bisa  dipromosikan di luar negeri kenapa tidak, karena menurut saya produk ini mempunyai potensi untuk diperkenalkan lebih luas lagi di pasaran Indonesia bahkan luar negeri,” tutur Afina. 

Melalui kunjungan ini, Afina berharap masyarakat jadi banyak yang mengenal kain batik tenun ikat dari Kediri dan mencintai produk dalam negeri. Terlebih, apabila ada yang tergerak untuk melestarikan dan mempromosikannya. 

“Setelah kami tahu secara langsung bagaimana produksi kain batik tenun ikat Kediri ini, mungkin ke depan DWP Kominfo Jatim, bisa lebih memperkenalkan produk dari Jawa Timur khususnya Kain Batik Tenun Ikat dari Kediri. Kami mungkin secara pribadi akan mempromosikan produk kain ini, supaya pemasarannya lebih luas dan masyarakat jadi banyak yang tahu,” ungkap Afina. 

Sementara itu, Pemilik Sentra Kain Batik Tenun Ikat 'Kurniawan', Wulan, mengatakan, pihaknya sangat bersyukur atas kunjungan DWP Kominfo Jatim ke Kediri ini. "Terima kasih banyak atas kunjungannya ibu-ibu DWP Kominfo Jatim ke sini. Semoga dengan kunjungan ini, bisnis kami semakin dikenal luas oleh masyarakat,” ucap Wulan. 

Diproduksi Turun Temurun

Produksi kain batik tenun ikat yang dikelola generasi ketiga ini turun temurun dari keluarga sejak sekitar tahun 1950-an. Dikatakan Wulan, dulu awalnya produk utama yang dibuat justru bukan kain, melainkan Sarung Goyor.

“Karena sarung itu adem kan, goyor-goyor gitu maka namanya Sarung Goyor. Dari Sarung Goyor, berkembang lagi kami memproduksi kain batik tenun ikat ini. Soalnya dari produksi kain, bisa dijadikan baju. Selain itu, ada juga pihak lain yang menjadikan kami sebagai pemasok produksi mereka untuk diolah menjadi produk lain, seperti tas dan sepatu. Sehingga pemasarannya lebih luas lagi, nanti kainnya bisa dipakai oleh semua kalangan masyarakat,” terang Wulan. 

Untuk proses pembuatan kain batik tenun ikat sendiri, Wulan memaparkan, mulai dari Pemintalan Benang atau Goben, menata benang pada Bidangan (Proses Reek), pemberian motif atau desain gambar, pengikatan dengan tali pada motif sesuai desain, pemberian warna kombinasi atau Proses Pencoletan, pencelupan warna kain, pelepasan tali (Proses Oncek), mengurai benang untuk dijadikan umpan atau pakan (mindah), hingga pemintalan pakan pada palet, untuk selanjutnya menuju proses tenun. 

"Semakin banyak warna motif pada kain, maka tahapan proses pembuatannya semakin banyak. Setelah diwarna, ikatan talinya dilepas, dijemur, dipintal, lalu diulangi apabila ada lebih dari dua warna, dipintal lagi, ditata, kemudian ditenun. Kita kan semuanya home made ya, jadi memerlukan cuaca cerah juga untuk proses penjemuran. Jadi kalau pas musim hujan, proses pembuatannya bisa lebih lama. Kalau pas musim panas ini kan bisa cepat kering sehingga bisa langsung dipintal ulang," papar Wulan.

Usaha kain batik tenun ikat yang sudah memiliki karyawan sekitar 30 orang warga lokal sekitar ini, Wulan mengungkapkan, untuk desain pola pada batik dilakukan dari pihak keluarga sendiri. “Kemudian untuk proses pengikatan biasanya langsung diambil warga sekitar sini, setelah diikat baru dikembalikan ke kami untuk proses selanjutnya," ungkap Wulan.  

Wulan menyebutkan, untuk motif batik pada kain tenun ikatnya khas dari Kediri itu bernama ‘Motif Tirto’ yang tergambar dengan motif gelombang naik turun. “Motif ini bermakna air, dan memang khas dari Kediri Jawa Timur. Kita menggambar motifnya langsung dibenangnya setelah ditata di bidangan,” terangnya. 

Untuk harga yang dibandrol, Wulan menyebut harga dibedakan dari jenis produk yang dibuat, bukan dari motif. "Per Kain Batik Tenun Ikatnya dengan luas kain sekitar 2,5 kali 9,5 meter, kami bandrol dengan harga Rp. 225.000. Khusus untuk sarung kami bedakan sesuai motif, karena kalau sarung ada yang polos dan motif, kalau polos harganya Rp. 230.000, kalau sarung yang bermotif harganya Rp. 260.000," katanya. 

Wulan menjelaskan, untuk jangkauan pemasaran sejauh ini, kalau ke luar negeri pernah ada pesanan dari Malaysia. "Kalau di Indonesia atau area dalam negeri, pernah ada pesanan dari Sulawesi. Kami juga pernah menerima pesanan kain dari Jakarta, yakni desainer Didit Maulana, untuk dijadikan baju. Dan baju itu dipakai oleh artis Korea Song Kang. Kemarin juga pernah ada pesanan dari Pak Wali Kota Kediri," beber Wulan. 

Proses produksi kain batik tenun ikat ini, Wulan menilai, memang memiliki proses yang sangat panjang dan rumit dalam pembuatannya, apalagi diketahui masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang tradisional. Namun dikatakannya, produksi kain batik tenun ikat tersebut memiliki potensi untuk lebih memperkenalkan dan melestarikan produksi dalam negeri. 

“Kita kan punya ‘Motif Tirto’ yang bermakna air, yang membedakan kain batik tenun dari Kediri ini dengan tenun dari daerah lain di Indonesia adalah warna dan motifnya itu yang paling kelihatan. Bisnis kami ini merupakan wujud dalam melestarikan produk asli lokal dalam negeri. Maka, harapannya semoga bisnis ini tetap berkembang terus, kalau bisa go internasional,” pungkasnya. (vin/s) 

#produk dalam negeri #Tenun #DWP #DWP Kominfo #Kain #Kediri