Rabu, 18 September 2024

Program Sapa, Ajak Masyarakat Hindari Cedera Otak

Diunggah pada : 11 September 2024 20:32:31 18
Program Selamat Pagi (Sapa), masyarakat untuk menghindari cedera otak. Foto : Pemkab Bojonegoro

Jatim Newsroom – Melalui Program Selamat Pagi (Sapa), Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bojonegoro bersama RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo, edisi Rabu (11/9), mengajak masyarakat untuk menghindari cedera otak, termasuk mengetahui penyebab dan pencegahannya karena organ otak memiliki fungsi vital bagi kesadaran manusia. 

Narasumber dr. Achmad Zamroni, Sp.BS, spesialis bedah saraf RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo menjelaskan struktur otak terdiri dari tiga bagian utama, yaitu otak kanan, otak kiri, dan otak kecil. Semuanya dihubungkan oleh batang otak. Batang otak memainkan peran penting sebagai penghubung antara otak dan sistem saraf tubuh lainnya. Otak dapat diibaratkan seperti pusat kontrol listrik tubuh. Jika terjadi gangguan di salah satu bagian otak, hal tersebut dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya.

dr. Zamroni menjelaskan cedera kepala belum tentu mengganggu fungsi neurologis, sementara cedera otak terjadi ketika fungsi neurologis otak terganggu. Penyebab cedera otak bisa bervariasi, mulai dari trauma benturan, pendarahan spontan seperti stroke, tekanan akibat tumor otak, hingga hidrosefalus pada bayi.

Diagnosis cedera otak, lanjut dr. Zamroni, dapat dilakukan secara subjektif melalui wawancara pasien dan juga diagnosis objektif melalui CT scan, alat wajib dalam bidang bedah saraf. Selanjutnya, dr. Zamroni menjelaskan klasifikasi cedera otak berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS). Skala ini menilai tiga parameter utama, yaitu respon mata, verbal, dan motorik. Cedera otak dikategorikan menjadi ringan, sedang, atau berat.

"Cedera otak ringan mungkin hanya menimbulkan gejala seperti pusing atau vertigo, sedangkan cedera otak berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran yang signifikan," katanya.

Dr. Zamroni juga menggarisbawahi pentingnya pencegahan cedera otak. Ia merekomendasikan penggunaan helm saat berkendara sepeda motor dan sabuk pengaman saat mengemudikan mobil. "Pencegahan adalah langkah terbaik untuk mengurangi risiko cedera otak yang serius. Hal ini sangat penting mengingat banyaknya kasus cedera otak akibat kecelakaan lalu lintas," tambahnya.

Dalam hal penanganan cedera otak, tidak semua kasus memerlukan tindakan operasi. "Keputusan untuk melakukan operasi tergantung pada volume pendarahan dan ketebalan pendarahan di otak. Jika pendarahan mencapai 30 cc atau lebih, maka operasi mungkin diperlukan," jelas dr. Zamroni. Bagi kasus yang tidak memerlukan operasi, pasien biasanya memerlukan observasi intensif di ICU atau HCU karena pendarahan merupakan proses berkelanjutan yang sewaktu-waktu dapat semakin parah. (yan/hjr)

 

#Kabupaten Bojonegoro