Sabtu, 27 April 2024

Konsumsi Susu Masyarakat Indonesia Relatif Rendah

Diunggah pada : 13 Juni 2022 13:33:06 1454

Jatim Newsroom- Masyarakat Indonesia termasuk negara paling rendah dalam mengkonsumsi susu. Sehingga diperlukan strategi pemberdayaan konsumsi susu dengan membiasakan minum susu sejak usia dini, memperkenalkan ragam produk olahan susu yang bermanfaat, dan edukasi tentang batasan konsumsi susu sesuai usia.

Menurut Guru Besar Fakul Peternakan Universitas Brawijaya (UB) Malang,  Prof.Dr.Ir. Hendrawan Soetanto., M. Rur. Sc, Ph.D, dalam keterangannya, Senin (13/06/2022) mengatakan, komposisi dalam susu antara lain protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Serta memberikan nutrisi alami seimbang.

Sementara itu drh. Widi menyampaikan produksi susu nasional belakangan ini menurun akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit ternak sapi. Namun susu dari sapi perah yang terkena PMK masih aman dikonsumsi pedet (anak sapi) atau manusia jika dilakukan teknik perebusan dulu.

“Resiko pedet terinfeksi PMK dari induk yang terkontaminasi sebesar 30-50%. Sedangkan virus PMK tidak akan menularkan pada manusia yang mengkonsumsi susu terkontaminasi. Oleh karenanya diperlukan penginaktifkan virus dengan merebus susu.” kata Widi.

Upaya penanganan kasus PMK dilakukan dengan penerapan biosecurity seperti yang telah dilakukan di daerah Jabung. Seperti yang dipaparkan Eva, langkah ini untuk mencegah penyebaran penularan PMK yang semakin meluas. Disisi lain peternak perlu pendampingan untuk upgrade pengetahuan dan peralatan sehingga skill dan manajemen perkandangan menjadi lebih baik.

Menyikapi kondisi PMK yang terus menyebar dikalangan ternak sapi, Tim Satgas PMK Universitas Brawijaya (UB) menerjunkan relawan mahasiswa untuk edukasi PMK ke peternak di Malang Raya. Tim satgas merupakan kolaborasi antara Fakultas Peternakan (FAPET) dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) sebagai Ketua PIC drh. Widi Nugroho, Ph.D dengan anggota Dr. Kuswati, Dr. Tri Eko Susilorini, Dr. Mashudi, drh. Viski Fitri Hendrawan, M. Vet, dan drh. Sruti Listra Andrenalin.

Tim relawan akan dikirim ke titik-titik lokasi yang terdampak PMK. Dipaparkan drh. Widi Nugroho bahwa tingkat kerugian akibat PMK karena penurunan produksi susu hingga tidak keluar susu, penurunan bobot badan, kematian pedet dapat mencapai 50%, kemajiran, kerugian pemberian pakan  akibat tingginya S/C, mastitis. Total kerugian dapat mencapai 5,48 juta per ekor induk laktasi.

Untul diketahui, setiap tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Peringatan Hari Susu Nasional (HSN) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.2182/KPTS/PD.420/5/2009, sebagai partisipasi Indonesia yang turut merayakan Hari Susu Sedunia.

Sebelumnya, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) menyemarakan Hari Susu Nusantara (HSN) dengan menggelar seminar online, Sabtu (11/6/2022). Tema yang diangkat adalah pentingnya mengkonsumsi susu dan dampak penyakit mulut kuku (PMK) terhadap produktivitas susu.

Sejumlah pemateri yang berasal dari akademisi dan praktisi peternakan. Seperti Prof.Dr.Ir. Hendrawan Soetanto., M. Rur. Sc, Ph.D. (Dosen Fapet UB), drh. Widi Nugroho Ph. D. (Dosen FKH UB), Eva Marliyanti, SP, MM (Presiden Direktur Koperasi Agro Niaga Syariah Jabung), dan Tino Nurhadiyanto (DDP Extension Manager PT. Frisian Flag Indonesia). (jal/hjr)

#PMK