Sabtu, 18 Mei 2024

Ini Pendapat Warga Tentang Pendidikan Vokasi

Diunggah pada : 23 Mei 2022 9:57:07 255
Sumber Foto: Tangkapan Layar Kemendikbud RI - Silaturahmi Merdeka Belajar "Ciptakan Tenaga Kerja Terampil Melalui Competitive Fund Vokasi”

Jatim Newsroom – Dampak program Competitive Fund Vokasi yang diinisiasi Pemerintah untuk menciptakan tenaga kerja terampil mulai terasa. Direktur Politeknik Negeri Madiun, Muhammad Fajar Subkhan, menuturkan Politeknik Madiun menjadi salah satu penerima program Competitive Fund Vokasi untuk program D-2 jalur cepat.

“Alhamdulillah kita bertemu dengan mitra SMK yang betul-betul mendukung, yaitu SMK PGRI 1 Mejayan. Kami juga bertemu industri yang punya komitmen yang kuat, yaitu PT INKA. Jadi kami sudah melaksanakan perjanjian kerja sama yang didukung dan dinaungi industri,” terang Fajar seperti diberitakan infopublik.id pada tanggal 22 Mei 2022.

Diakui Fajar, tidak banyak perguruan tinggi vokasi yang menghasilkan lulusan diploma 2. “Jumlah lulusan sarjana terapan dengan lulusan sarjana belum seimbang. Hanya sekitar 0,5 % dari seluruh lulusan diploma-1 sampai sarjana, maupun sarjana terapan di perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang lulus dari D-2. Jadi, jumlahnya sangat kecil sekali, kurang dari 1%, Maka perlu akselerasi untuk menyiapkan sumber daya yang lulus dari diploma 2,” tuturnya.

Ia menerangkan bahwa pada Politeknik Madiun terdapat Prodi D3 Pembentukan Logam. “Pembentukan logam itu adalah core business, proses produksinya di INKA. Kami melibatkan pengajar-pengajar dari PT INKA. Harapannya, ketika lulus nanti, mahasiswa tidak hanya bisa melakukan pembentukan logam untuk kereta api saja, tetapi juga untuk manufaktur lain, seperti mobil. Dengan demikian, apabila bekerja di tempat lain, tetapi butuh keahlian pembentukan logam, bisa mencari di tempat lain,” tutur Fajar.

Di kesempatan yang sama, Direktur Pengembang PT. INKA, Agung Sedaju, menilai D-2 jalur cepat dapat membantu lulusan cepat lulus dan industri pun tidak perlu menunggu tiga tahun untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil.

“Program ini dapat menyelesaikan kebutuhan kecepatan tenaga kerja, kualitas yang lebih baik, serta biaya efisien bagi industri,” terang Agung.

Menurut Agung, industri harus siap membuka diri. “Industri harus rela mengambil sebagian karyawannya untuk mendidik para mahasiswa. Walaupun dirasa cukup berat, ini wajib untuk mendukung program ini. Industri juga harus siap menyiapkan fasilitas produksinya untuk digunakan mahasiswa praktik, agar mahasiswa memahami proses manufaktur,” terangnya.

Sementara itu, Kepala SMK PGRI 1 Mejayan, Sampun Hadam, mengaku menghadapi beragam tantangan. “Pertama adalah mengubah cara berpikir. Saya terus memotivasi anak-anak dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Ini bukan pekerjaan ringan,” ucapnya. Selain itu, umumnya, anak-anak yang dididik di SMK-nya rata-rata berasal dari keluarga ekonomi lemah.

Oleh karenanya, Sampun menilai program ini sangat baik karena menjawab persoalan masa depan anak-anak bangsa. 

“Program ini akan meningkatkan kompetensi lulusan SMK karena anak-anak punya bayangan bahwa SMK bukan akhir dari proses pembelajaran, atau tetapi mereka bisa melanjutkan D-2 dan D-4. Skema Competitive Fund berusaha mengisi kekosongan karena di lulusan di jenjang D-3 dan D-2 ini sangat banyak dibutuhkan. Semoga program ini dapat terus dilakukan, sehingga kita terus bisa melakukan inovasi-inovasi di dalam pengembangan pendidikan vokasi yang lebih baik,” tutur Sampun. (idc/s)

#pendidikan #vokasi #Competitive Fund Vokasi