Ikuti Capacity Building, TPID Jatim Belajar Kisah Sukses TPID DKI Jakarta

Jatim Newsroom - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur mengikuti Capacity Building tahap II dengan studi banding untuk mempelajari faktor kunci sukses serta praktik terbaik dari TPID Provinsi DKI Jakarta. Pada kegiatan Capacity Building ini, peserta menimba wawasan terkait bagaimana Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pendukung kegiatan pengendalian harga pangan hulu-hilir di DKI Jakarta ikut bekerja mengendalikan inflasi, yaitu PT Food Station Tjipinang dan Perumda Pasar Jaya. 

"Kegiatan Capacity Building ini sebagai langkah akselerasi dan pengembangan inovasi program pengendalian inflasi daerah se-Jawa Timur," ujar Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Yayat Cadarajat, saat kegiatan capacity building yang berlangsung di Jakarta, Selasa-Rabu (21-22/11/2023).

Dikatakan Yayat, saat ini, tepatnya Oktober 2023, telah diumumkan bahwa perkembangan inflasi di 8 kabupaten/kota di Jatim sudah memasuki rentan sasaran 3,0+-1. Di sini, Jatim masih lebih tinggi dari nasional maupun rata-rata di Pulau Jawa, termasuk DKI Jakarta.

"Penyumbang utamanya, yaitu kelompok mamin dan tembakau yang juga inflasinya lebih tinggi dari nasional dan Jawa atau DKI. Misalnya, untuk inflasi secara tahunan 3,25 (Oktober 2023), nasional tercatat 2,56 persen, DKI sebesar 2,08 persen," kata Yayat.

Pada periode Oktober 2023 juga kelompok mamin dan tembakau di Jatim juga masih pada angka 7 persen. Sementara nasional sebesar 4%, dan DKI Jakarta sebesar 4 persen. 

Sepanjang tahun 2019-2022 sebagian besar komoditas inflasi Jatim dipengaruhi oleh komoditas pangan, cabai, minyak goreng, daging sapi dan beras. Menurut Yayat, ini adalah tantangan untuk pengendalian inflasi Jatim karena dianggap sebagai inflasi yg presisten. Dengan demikian penyumbang inflasi pangan ini bisa dilihat secara struktural baik dari sisi on farm maupun off faam.

Dari sisi on farm,  kata Yayat, fluktuasi harga komoditas pangan tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan. Stok pasokan inilah yang akan menentukan terjadinya inflasi atau deflasi, atau menentukan inflasi bisa meningkat tinggi atau cukup rendah.

"Ini artinya faktor aktivitas yg sebagian besar diakibatkan karena belum terjadwalnya kalender tanam bisa menjadi faktor utama yang mempengaruhi inflasi, sehingga pada saat panen pasokan cenderung berlimpah, tetapi sebeum panen justru pasokannya tidak ada," terang Yayat.

Sementara dari sisi off farm, pasokan tentu dipengaruhi dari cara menyimpan, mengolah dan mengemas yang memiliki nikai tambah, dan ini masih perlu dapat perhatian."Ini juga yang menyebabkan tantangan bagi tim pengendalian inflasi Jatim dari sisi off farm," katanya.

Dijelaskannya, penetapan tahun kota inflasi di Jatim nantinya mejadi 11 kota/kabupaten. Terdapat tambahan tiga kota yang akan diukur tingkat inflasinya, yaitu Bojonegoro, Gresik dan Jombang. Dengan tambahan itu, nantinya bisa dilihat bagaimana dampak inflasi sebuah kota dengan lebih terukur. 

Pada kesempatan ini, Yayat memberi apresiasi pada seluruh TPID Jatim yang telah sangat baik dalam melakukan monitor dan pelaksanaan di wilayah masing-masing.

Untuk beberapa upaya yang perlu terus didorong, antara lain pelaksanaan pasar murah yang semakin intensif, monitoring kebutuhan dan ketersediaan pasokan di masing-masing daerah."Selain itu juga memastikan kelancaran distribusi komoditas pangan, serta mengkomunikasikan belanja bijak kepada masyarakat," tuturnya.

Sebagai informasi, Capacity Building merupakan salah satu langkah memperkuat koordinasi dan kapasitas TPID di Jawa Timur, khususnya dalam menghadapi periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kegiatan ini diikuti sebanyak 65 orang anggota tim TPID dari kabupaten/kota di Jawa Timur. Pada kegiatan ini, tim TPID diajak untuk mempelajari langsung proses perputaran pasokan bahan pokok beras di BUMD PT Food Station Tjipinang  dan PD Pasar Jaya Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. (MC Jatim/ida)

#inflasi #Tim Pengendali Inflasi