Jatim Newsroom – Jumlah perempuan setengah pengangguran (tuna karya) mencapai 465.989 orang pada tahun 2022. Artinya, selain terdapat 481.018 perempuan berusia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan, terdapat juga sekitar 465.989 perempuan yang meskipun sudah bekerja namun masih mencari pekerjaan. Hal ini berarti masih diperlukan sekitar 947 ribu lebih lapangan pekerjaan untuk menyerap perempuan penganggur dan setengah penganggur tersebut.
Mengutip laman BPS Jatim (4/1/2024), selain kelompok pengangguran, dikenal juga kelompok setengah penganggur. “Mereka yang bekerja dengan jam kerja di bawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam dalam seminggu dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan,” ujar Kepala BPS Jatim, Zulkipli melalui Laporan Profil Angkatan Kerja Perempuan Provinsi Jawa Timur 2022.
Dalam laporan ini diterangkan, kelompok penganggur yang pernah bekerja dan penganggur yang belum pernah bekerja memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Akan tetapi secara umum, kelompok penganggur yang pernah bekerja biasanya lebih rasional dalam memilih pekerjaan dan mempertimbangkan pendapatan yang akan diterimanya.
Penganggur yang pernah bekerja juga biasanya memiliki jaringan informasi yang lebih luas dan lebih memiliki gambaran dan informasi tentang lapangan pekerjaan yang diinginkan. Kondisi ini biasanya akan menyebabkan kelompok ini biasanya memiliki waktu tunggu yang lebih singkat dalam mendapat pekerjaan dibanding kelompok yang belum pernah bekerja.
Penganggur yang belum pernah bekerja biasanya cenderung lebih idealis dengan pilihan pekerjaannya sehingga akan lebih selektif dalam memilih pekerjaan. Kelompok ini biasanya juga memiliki keterbatasan informasi mengenai suatu pekerjaan termasuk pendapatan yang layak diterima. Keterbatasan pemahaman dan informasi ini biasanya akan mempengaruhi waktu tunggu untuk memperoleh pekerjaan.
Sementara di sisi lain, pekerjaan formal membutuhkan tenaga kerja yang sudah pernah mempunyai pengalaman pekerjaan sebelumnya. Kondisi ini yang membuat pengangguran yang tidak pernah bekerja cenderung lebih lama mendapatkan pekerjaan dibanding pengangguran yang belum pernah bekerja, sehingga jumlah pengangguran yang tidak pernah bekerja lebih banyak dibanding pengangguran yang pernah bekerja. Kondisi ini terjadi di perkotaan maupun di perdesaan, perempuan yang mengganggur didominasi oleh pengangguran yang tidak pernah bekerja
Selain dari faktor internal pencari kerja, faktor lainnya yang mempengaruhi waktu tunggu untuk memperoleh pekerjaan adalah faktor ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pencari pekerjaan. Karakterisik lapangan pekerjaan yang tersedia di perkotaan tentunya berbeda dengan lapangan pekerjaan di perdesaan.
Lapangan pekerjaan di perdesaan biasanya didominasi oleh jenis pekerjaan yang cenderung tidak memerlukan kualifikasi keterampilan tertentu sehingga cenderung lebih mudah menyerap tenaga kerja. Sedangkan lapangan pekerjaan yang ditawarkan di perkotaan biasanya cenderung membutuhkan skill tertentu, seperti sektor industri maupun perdagangan.
Dengan kualifikasi tenaga kerja yang sama, biasanya tenaga kerja di perkotaan cenderung membutuhkan waktu tunggu yang lebih lama dalam mendapat pekerjaan dibanding tenaga kerja di perdesaan. (idc/s)