Sabtu, 27 April 2024

Achmad Subagio, Professor Singkong dari Jember

Diunggah pada : 10 Agustus 2021 19:14:19 1199

Jatim Newsrom- Tak banyak peneliti muda yang memiliki ketertarikan pada singkong. Satu diantaranya adalah Prof Achmad Subagio dari Universitas Jember (Unej). Dengan kemampuannya, Prof Achmad Subagio tergugah untuk lebih mendayagunakan dan memuliakan tanaman singkong. Bahkan dirinya merupakan salah satu penemu tepung mocaf.

Singkong dan Prof Achmad Subagio memang menjadi teman masa kecil. Ayahnya bertani singkong, sedangkan Subagio saat duduk di bangku sekolah membantu keluarganya berjualan gethuk lindri yang berbahan dasar singkong.

Pengajar di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember ini mengejar ilmu teknologi pangan ke negeri sakura, Jepang tepatnya di Universitas Perfektur Osaka. Setelah itu, ia memperdalam teknologi pangan dan pertanian dengan mengikuti program jejaring kerja sama antar Universitas Asia-Eropa di Belanda dan Inggris.

Subagio sempat mengunjungi Avebe Corp di kota Veendam, Belanda. Di sanalah, ia mengunjungi pabrik pengolahan kentang untuk menjadi pati atau tepung yang memberinya inspirasi. Tahun 2004, Subagio menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dan pengalaman yang dimiliki selama ini. Dia menggagas pembuatan Mocaf (Modified Cassava Flour) sebuah olahan tepung dengan bahan dasar singkong.

Pria kelahiran 17 Mei 1969 itu lantas berupaya membawa singkong naik kelas dengan mengolahnya menjadi bentuk tepung dengan cita rasa dan aroma singkong yang tidak terlalu kuat, sehingga lebih mudah diterima pasar dan fleksibel untuk diolah menjadi bentuk apa pun.

Teknologi untuk menghasilkan tepung Mocaf sendiri ialah dengan memodifikasinya dengan cara fermentasi sehingga dapat menghasilkan karakter dan kualitas menyerupai tepung terigu. Dengan modifikasinya tersebut, tepung Mocaf dapat menjadi substitusi tepung terigu, beras, ketan, dan tapioka. Bahkan tepung Mocaf dapat menjadi opsi alternatif yang lebih sehat ketimbang terigu karena tidak mengandung gluten dan kandungan mineral kalsium yang lebih tinggi.

Di samping memproduksi tepung Mocaf multiguna, pria kelahiran Kediri ini juga menciptakan beras cerdas yakni beras analog berbahan dasar tepung Mocaf, dan berbagai olahan turunan Tepung Mocaf lainnya. Meski demikian, Subagio tak mematenkan hak cipta dari hasil penelitian tepung Mocafnya agar masyarakat luas dapat mengadaptasi dan mengembangkannya.

Pada tahun 2006, Guru Besar Universitas Jember ini mulai membuat pabrik Mocaf di Trenggalek. Pabrik itu sudah mampu memproduksi ratusan ton tepung Mocaf setiap bulannya. Sayangnya, pabrik itu sempat tersendat. Kemudian, dia mendirikan pabrik di Solo yang kemudian berkembang pesat.

Di tahun 2012, pria kelahiran Kediri itu dikukuhkan menjadi Guru Besar di Universitas Jember dengan pidato ilmiah berjudul Nasionalisme Pangan Untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan Indonesia. Menurutnya, tantangan yang dihadapi saat ini adalah mengedukasi konsumen, supaya bisa menikmati singkong dan modifikasinya. Tetapi, tantangan yang paling besar yang terus diperjuangkan: kebijakan pemerintah agar mendukung pangan alternatif.

Seiring kian populernya tepung Mocaf dan meningkatnya permintaan pasar, harga jual singkong pun meningkat berkali-kali lipat yang membawa angin segar bagi para petani singkong. Tak hanya bertujuan mengangkat derajat singkong, Subagio yang mendapat julukan sebagai ‘profesor singkong’ itu juga berupaya memberdayakan lahan kritis atau lahan yang cenderung kurang subur menjadi hidup kembali dengan ditanami singkong sebagai pasokan bahan baku untuk tepung Mocaf.

Atas inovasinya tersebut, Subagio pun memperoleh penghargaan Kehati Award VIII dari Yayasan Keanekaragaman hayati (Kehati) pada 2015 dan masuk ke dalam buku berjudul Who’s Who in the World 2010 bersama 63 ribu orang lainnya dari berbagai belahan dunia dan latar belakang profesi. Teknologi pengolahan tepung Mocafnya juga masuk dalam 19 Karya Unggulan Teknologi Anak Bangsa oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada 2014. (jal)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait