Senin, 13 Mei 2024

PER JANUARI, EKSPOR HORTIKULTURA NAIK 19 PERSEN

Diunggah pada : 9 Maret 2015 14:09:46 10
thumb

Ekspor komoditas hortikultura per Januari 2015, mengalami kenaikan sebesar 19 persen. Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat kenaikan ekspor hortikultura mencapai 31.005 ton dari 25.913 ton pada Januari 2014. Sementara nilainya juga naik 8,2% dari 39,1 juta Dolar AS naik 8,26% dibandingkan Januari 2014 sebesar 3,61 juta Dolar AS.
“Secara volume, ekspor hortikultura mengalami kenaikan hingga 19%. Komoditas unggulan ekspor hortikultura yakni nanas, manggis, dan kubis mengalami kenaikan signifikan. Sedangkan ekspor sayuran dan pisang alami sedikit penurunan volume,” kata Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Hasanuddin Ibrahim, Senin (9/3).
Meskipun ekspor mengalami kenaikan namun beberapa negara masih menolak produk hortikultura asal Indonesia. Penyebabnya, buah lokal dikategorikan mengandung penyakit lalat buah. Ia memisalkan buah mangga Indonesia sulit menembus pasar Jepang dan Tiongkok. Alasannya, buah Indonesia dianggap tidak higienis dan terkena hama lalat buah yang membuat buah menjadi hitam dan mengeras.
“Kami sedang dorong untuk industri masuk ke pasar buah olahan agar meminimalisir resiko terjangkit lalat buah. Plus kami juga perluas pasar Timur Tengah dan Singapura untuk volume ekspor. Keduanya tidak terlalu mempersoalkan masalah lalat buah,” ungkpanya.
Seperti diketahui, potensi hortikultura Indonesia semakin menarik minat masyarakat dunia. Dari data Kementerian Pertanian, beberapa komoditas seperti buah markisa, terong, cabai merah, dan kacang hijau pada semester kedua ini semakin diminati enam negara, yakni Singapura, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Unit Emirat Arab.
Dari enam negara tujuan ekspor, Jepang menjadi negara paling gemar impor hortikultura dari Indonesia berupa produk terong, kacang hijau, dan juga produk jamu herbal. Di sisi lain, produk jamu herbal seperti kunyit asam, jahe, temulawak, kumis kucing dan tanaman purwaceng juga merambah pasar ekspor di AS, Tiongkok, dan Jepang.
Tingginya konsumsi masyarakat akan produk herbal membuat produk jamu herbal semakin digemari masyarakat dunia. Namun di tanah air produksi jamu herbal masih belum mendapat tempat di dunia kesehatan. Kondisi ini terjadi karena belum adanya sinkronisasi antara industri dengan petani. Kalaupun ada jumlahnya masih sedikit dan dikuasai industri-industri besar. (afr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait