Kamis, 19 September 2024

Tim Dokter RSUD dr Soetomo Beri Edukasi Kusta di UPT Rahabilitasi dan Bina Lara Kronis Tuban

Diunggah pada : 5 Maret 2024 18:52:38 93
dokter spesialis kulit RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Regitta Indira bersama tim dokter RSUD dr Soetomo saat memberikan edukasi tentang penyakit kusta pada warga mantan penderita kusta dan pegawai UPT Unit Pelayanan Teknis (UPT) Rahabilitasi dan Bina Lara Kronis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur di Tuban, Selasa(5/4/2024).

Jatim Newsroom-Kusta sebagai salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas hingga masalah sosial, ekonomi, dan budaya karena Kusta sampai saat ini masih merupakan stigma di masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya.

Hal inilah yang disampaikan oleh dokter kulit RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Regitta Indira saat memberikan edukasi tentang penyakit kusta pada warga mantan penderita kusta dan pegawai UPT Unit Pelayanan Teknis (UPT) Rahabilitasi dan Bina Lara Kronis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur di Tuban, Selasa (5/4/2024). 

Ia menjelaskan Kusta adalah penyakit menular kronis yang sudah ada sejak lama, yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernapasan bagian atas, dan mata. Kusta dapat disembuhkan dan pengobatan pada tahap awal dan dapat mencegah kecacatan.

Gejala kusta terutama mempengaruhi kulit dan saraf. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala kulit seperti bercak kulit yang berubah warna, biasanya rata, yang mungkin mati rasa dan terlihat pudar (lebih terang dari kulit sekitar) mati rasa pada area kulit yang terkena. Gejala tersebut apabila tidak diobati akan menyebabkan kecacatan, diantaranya adalah kelumpuhan tangan dan kaki dan pemendekan jari kaki dan jari serta kebutaan.

Namun, menurut dr Regitta, masyarakat tidak perlu cemas, sebab upaya pencegahan cacat kusta dapat dilakukan dengan menjaga daya tahan tubuh.  "Ini langkah awal yang harus dilakukan. mulai dari mengatur pola makan dan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, menjaga tubuh agar tetap sehat,"ujarnya. Selain itu, Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan rutin melalukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan fungsi saraf.

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis kejiwaan RSUD dr Soetomo, dr Azimatul Karimah menjelaskan salah satu masalah dalam penanggulangan kusta yaitu stigma yang melekat pada masyarakat sehingga berdampak pada orang dengan kusta dan keluarganya.  "Stigma mengganggu kualitas hidup orang yang mengalami kusta dalam kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, berjalan dan lainnya. Adapun dampak dalam kehidupan sosial seperti dikuncilkan dalam masyarakat,"ujarnya.

Oleh karena ini, orang yang mengalami kusta menjadi cemas dan takut keadaannya diketahui oleh orang lain dan enggan untuk memeriksakan diri, berobat serta merawat diri. Perlakuan negatif dapat pula membuat penderita kusta mengalami gangguan psikis seperti menjadi sedih, putus asa, cemas, depresi dan kurang percaya diri sehingga stigma lebih berat dari penyakit kusta itu sendiri. 

dr Azimatul juga memberikan praktek dalam mengatasi kecemasan salah satunya relaksasi. "Saat menarik napas dalam-dalam, tubuh menjadi lebih rileks dan aktivitas saraf penyebab kecemasan di otak dapat berkurang. Ada pula teknik pernapasan yang bisa Anda lakukan sebagai cara mengatasi gangguan kecemasan caranya, tarik napas selama 4 detik, kemudian tahan selama 7 detik, lalu lepaskan kembali perlahan-lahan dalam 8 detik. Lakukan beberapa kali hingga pikiran lebih tenang,"ujarnya. (mad/hjr)

 

#rsud dr soetomo