Selasa, 30 April 2024

MENKOMINFO BERHARAP PILEG DAN PILPRES 2014 GUNAKAN SIN

Diunggah pada : 10 April 2009 5:52:22 8
thumb

Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Muhammad Nuh berharap pada pileg dan pilpres 2014 mendatang dapat menggunakan Single Identity Number (SIN) sebagai identitas perseorangan yang dimiliki masyarakat. Karena dengan SIN akan mengetahui cirri-ciri indentitas berdasarkan sidik jari, sehingga tidak terjadi kesalahan data pemilih. Jika orang tersebut cacat atau tidak mempunyai tangan, maka dapat dikenali melaui retina matanya. Karena Sidik jari dan retina merupakan dua sumber identitas seseorang yang unik dan tidak mungkin sama. Nantinya, setelah didata sidik jarinya baru kemudian diberi nama orang tersebut. Data ini akan digunakan secara universal untuk KTP, paspor, dan administrasi perbankan. "Ini untuk mengantisipasi kesalahan data pemilih dalam DPT, seperti meliputi nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan NIK. Kalau sidik jari seseorang dengan orang yang lain tidak mungkin sama, karena memiliki kekhasan," terangnya. Ia berharap pemerintah dapat merampungkan data berdasar SIN ini pada 2012 mendatang berdasar UU tentang Kependudukan, sehingga bisa digunakan pada pemilu 2014. Sehingga menjadi program unggulan dari Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (Detiknas). Ia menambahkan, bahwa pemilu 2009 ada yang mengkondisikan seolah-olah terjadi kecurangan, padahal menurutnya sumber DPT memang berasal dari Daftar Penduduk Potensial dan Pemilih Pilkada (DP4) dari dispenduk yang diberikan pada KPU. Namun, setelah di KPU, pemerintah tidak bisa mencampurinya lagi karena ada peraturan 10/2008 yang melarang interverensi pemerintah terhadap semua tugas KPU. Karena KPU sudah melakukan pemutakhiran dari Daftar Pemilih Sementara (DPS) menjadi DPS final lalu diperbaiki lagi menjadi DPT. “Sekarang kita lihat dari jumlah pemilih 171 juta orang perkiraan DPT yang bermasalah sekitar 5%, secara teori statistik 95% yang benar ini bisa diterima. Namun, bukan berarti kita mensederhanakan ke-error an yang 8 juta atau 5 % itu. Yang penting kita berusaha meminimalkan kesalahan tersebut dengan perbaikan,” paparnya.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait