Sabtu, 18 Mei 2024

Ngawi Suguhkan Wisata Kebun Teh Jamus

Diunggah pada : 21 Oktober 2009 15:10:30 421

Kabupaten Ngawi banyak menyimpan tempat wisata yang dapat dinikmati keluarga. Satu di antaranya Kebun Teh Jamus di lereng Gunung Lawu. Selain berhawa sejuk, juga ada beberapa tempat unik dan bersejarah.Sebelum memasuki kawasan kebun teh Jamus, sepanjang jalan ditumbuhi pohon-pohon besar yang amat rindang, dan kemudian hamparan hijau tanaman teh. Selain pemandangannya sangat indah, tempat ini juga menawarkan agrowisata.Pemda Ngawi terus melakukan pembenahan jalan masuk kawasan wisata. Lokasi yang sudah dikenal sejak masa penjajahan Belanda ini kurang promosi sehingga banyak yang belum mengenalnya. Apabila para wisatawan sudah melintasi dua Pohon Kantil yang usianya ratusan tahun berarti wisatawan sudah berada di lokasi kebun teh Jamus. Di dekat Pohon Kantil ini juga disediakan tempat perkemahan dengan nama Bumi Perkemahan "KANTIL IDAMAN".Lahan perkemahan ini seluas 0,7 Ha diperkirakan mampu menampung 1000 peserta kemah, dijamin nyaman dan fasilitas yang tersedia yakni Masjid, MCK dan tempat api unggun di bawah tiga pohon kantil. “Keindahan di lokasi semakin terasa ketika terlihat pohon pinus dan hamparan persawahan yang tertata indah bak permadani,” kata Direktur PT Candi Loka, Ir Purwanto saat menerima kunjugan peserta Pres Tour Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim. Kebun Teh Jamus merupakan unit perkebunan terbesar di Ngawi. Mempunyai andil dalam upaya mendukung tercapainya sasaran kebijakan Pemda guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Di antaranya memberikan lapangan kerja, penghasil produk ekspor serta pemeliharaan sumber daya alam dan kelestarian Lingkungan Hidup. Pengelolaannya diserahkan PT Candi Loka serta dikerjakan dengan mengedepankan kelestarian lingkungan hidup.Agrowisata berwawasan lingkungan hidup ini sudah diawali tahun 1993 dengan membangun kawasan kebun dan lingkungannya tetap alami dan lestari. Langkah yang ditempuh selain pemadatan populasi teh dengan berbagai koleksi klon juga program sejuta pohon pelindung yang akhirnya mampu meraih penghargaan tingkat nasional nominasi Kalpataru tahun 2004 kategori Pembina Lingkungan Hidup pada peringatan hari Lingkungan Hidup sedunia pada tanggal 5 Juni 2004 di Istana Negara Jakarta. ”Mengingat semakin padatnya kunjungan wisata ke Jamus, saat ini pengembangan sektor Agrowisata Jamus dengan berbagai fasilitas penunjang sedang dilaksanakan pembangunannya termasuk akses jalan yang menuju kawasan Agrowisata Jamus” kata Purwanto.Di Jamus ada tempat yang dinamakan ”Grojokan Songo Tuk Pakel”tempat ini menyajikan pemandangan air yang mengalir sepanjang hampir 25 meter dengan lebar 3 meter lewat bebatuan yang tertata alami bentuk seperti tangga tidak beraturan dan berlekuk sangat bagus dan indah.”Ada pula makam tua pendiri Kebun Teh Jamus Van Der Rappart (1826-1910) asal Belanda. Beliaulah yang membuka kawasan ini sehingga menjadi perkebunan teh,” tutur Purwanto.Yang membedakan, kawasan ini dengan tempat wisaa lain adalah, soal penerangan tempat ini tidak mengandalkan penerangan dari perusahaan listrik milik PLN, melainkan memanfaatkan volume air yang melimpah dengan membangun Kincir Air Pembangkit Tenaga Listrik yang bisa menghasilkan energi listrik hingga 90 ribu watt.Hingga saat ini kincir air ini masih berfungsi menghasilkan energi listrik untuk penerangan jalan dan perumahan kapasitas terpasang 50 KVA, dengan diameter 150 cm berat ± 2 ton yang beroperasi tahun 1930 didatangkan dari negeri Belanda.Daya tarik lain adalah Jamus Borobudur’s Hill (bukit Borobudur). Bukit setinggi 35,4 meter ini terlihat seperti lahan teh biasa, namun jika dipandang dari kejauhan, nampak sebuah bukit mirip berbentuk candi borobudur.”Tanaman teh ini berumur hampir 100 tahun, sedangkan jumlah tanaman teh sekitar 35.400 pohon,” terang Humas Agrowiata Jamus, Drs Bambang Sudriono.Jika lelah berjalan di kebun teh bisa beristirahat sekaligus melihat-lihat Goa Jepang. Goa ini cukup unik, peninggalan tentara Jepang tahun 1942 dengan panjang + 14 meter membelah dua lorong. Konon digunakan untuk menyimpan bahan makanan, persenjataan dan harta karun.”Tempat wisata yang kami kelola ini juga ada grojokan dari Sumber Mata Air Sawahan dengan suara gemuruh air dan pesona air yang sangat bagus,” ungkapnya.Agrowisata di Jamus diharapkan dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat dan Pemda. Bidang usaha yang dapat dikembangkan adalah produk pertanian, kerajinan tangan, jasa transportasi dan lainnya. Agar terjadi pemerataan, Pemda mengatur tempat penginapan. Para wisatawan bila ingin menginap akan diarahkan di Desa Girikerto, Ngrendeng atau Sambirejo. HotelPenduduk disekitar wisata kebun teh Jamus tetap menjunjung nilai religi. Mereka tetap membiarkan wilayahnya tetap hijau dan asri, seperti ratusan tahun lalu. Tempat hiburan seperti karaoke keluarga, sebagai sarana pelengkap di penginapan atau hotel tidak terlihat.”Kawasan wisata di sini sengaja tidak membangun hotel karena warga dan pengelola mempunyai konsep wisata alam yang asri. Itulah keunggulannya dibanding tempat wisata lainnya,” kata Dirut PT Candi Loka Jamus, Ir Purwanto. Meski tidak tersedia hotel, menurut Purwanto wisatawan masih bisa menginap dengan menyewa rumah penduduk di sekitar kebun. Ketinggian kebun teh ini sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Dari Ngawi, kira-kira 42 kilometer di sebelah Barat Daya. Bekunjung ke kebun teh Jamus, memang tidak begitu sulit. Lokasi ini bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda empat maupun rodaSetelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam, pengunjung akan tiba dikawasan lereng gunung di Kecamatan Ngrambe. Ketika cuaca cerah, puncak Gunung Lawu terasa kelihatan di depan mata. Namun, pada musim penghujan, jangan berharap bisa melihat pemandangan seperti itu karena selalu diliputi kabut tebal. Setelah tiba di Ngrambe, lanjutkan perjalanan ke Desa Giri Kerto, sebuah desa wilayah Kecamatan Sine yang berbatasan dengan Kecamatan Ngrambe. Perjalanan dari kota Ngrambe ke kebun teh Jamus ditempuh kira-kira tujuh kilometer. Dari kota kecil itu, hanya sesekali ada angkutan perdesaan. Namun pengunjung bisa menggunakan ojek dengan tarif Rp10 ribu. Ketika pengunjung sampai di desa Giri Kerto perlu berhati-hati karena kondisi jalan mulai terjal dan berkelok-kelok. Namun, di balik tantangan itu, pengunjung akan mendapat pemandangan yang masih alami. Di tengah-tengah perkebunan terdapat sebuah pabrik tempat memproses daun teh yang dipetik para pekerja. Sebelum memasuki kawasan pabrik, terdapat sebuah pos penjaga. Karcis Rp1.000 per orang untuk memasuki kawasan itu.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait