Senin, 20 Mei 2024

Bondowoso Pintar Undang Wisatawan

Diunggah pada : 20 Desember 2011 7:54:19 67
thumb

Air Terjun Blawan di BondowosoObjek wisata di Kabupaten Bondowoso layak diagendakan untuk dikunjungi. Daerah ini disebut oleh sebagian orang sebagai Kota Bandung-nya Jawa Timur. Karena letak kotanya berada di bawah dan dikelilingi gunung. Untuk mencapai kota yang berbatasan dengan Banyuwangi ini, harus melewati jalanan pegunungan yang berkelok-kelok.

Setelah menempuh 5 jam perjalanan dari kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim di jalan Wisata Menanggal Surabaya, saya dan rombongan tiba di Bondowoso. Rombongan sholat Jumat di Masjid Agung At -Taqwa di sebelah alun-alun kota.

Benar kelakar orang yang menyebut daerah ini pulau “Madura Swasta”. Karena  warganya rata-rata berbahasa Madura. Meski demikian kondisi alam di kota ini lebih indah  dan tidak panas seperti “Madura Negeri” sebutan untuk empat kabupaten di pulau Madura.

Bupati Bondowoso, Drs H Amin Said Husni menjelaskan kondisi alam maupun potensi wisata yang perlu dieksplorasi. Ada sekitar 4 objek wisata, salah satunya wisata unggulan minat khusus pendakian kawah ijen di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi.

Sempat muncul pertanyaan adakah posisi Kawah Ijen mirip dengan wisata Gunung Kelud yang disengketakan antara Kabupaten Kediri dan Blitar? Bukan tanpa alasan, sebab kunjungan ke Banyuwangi, bupati juga mempromosikan Kawah Ijen.

suasana penimbangan belerang di PaltudingBupati Bondowowoso, Amin Said Husni yang disodori pertanyaan ini meyakinkan bahwa untuk wisata Kawah Ijen tidak pernah ada sengketa. Pengelolaannya pun tidak berada di bawah Banyuwangi maupun Bondowoso, tetapi langsung di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jember di bawah Kementerian Hutan. Kondisi Kawah Ijen tidak boleh dipugar, sehingga tetap dijaga keasliannya.

Keindahan kawah ijen memang luar biasa. Tidak heran jika saat ini sudah masuk dalam 10 besar kejaiban dunia. Sudah banyak literatur maupun cerita yang dibuat oleh para wisatawan, baik tentang kawah hijaunya maupun cerita tentang para penambang belerang yang kuat dan perkasa. 

 

Kopi Arabica

Untuk perjalanan wisata kali ini, saya hanya ingin menceritakan perjalanan ke kawasan wisata terpadu di sekitar Kawah Ijen yang tak kalah indah dengan  kecantikan Kawah Ijen sendiri.  Kawasan itu meliputi perkebunan kopi Arabica  milik PTPN XII, Pemandian Air panas, Air Terjun Blawan dan pengelolaan desa wisata di sekitar perkebunan kopi maupun di desa tamanan.

Sebenarnya masih banyak lagi lokasi wisata di daerah yang terletak 200 km dari kota Surabaya ini. Menurut Bupati, Bondowoso telah memetakan 14 lokasi yang berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata. Setelah menempuh perjalanan 64 KM dalam 2 jam perjalanan dari pusat kota, sampailah di perkebunan kopi PTPN XII di Kecamatan Sempol Desa Kalisat Jampit.

Meski matahari sudah condong ke barat dan kabut pegunungan sudah mulai turun, keindahan daerah perkebunan kopi arabika ini tidak berkurang. Jeritan serangga menambah harmoni dan memecah keheningan alam pegunungan. Di perkebunan ini, fasilitasnya lengkap. Selain penginapan, pengunjung juga bisa menikmati pesona wisata petik strawberry, kebun bunga mawar dan bunga lily, serta menyaksikan proses pembuatan kopi Arabika baik dengan produksi biasa maupun pengolahan dengan model fermentasi dengan luwak.

Menurut Administratur PTPN XII, Ardi Irianto, perkebunan ini mempunyai luas 3.105.4056 Ha. Dengan kelembaban udara rata-rata 82 persen, maksimum 95,7 persen dan kelembaban minimal 57,40 persen. Dengan pembagian 5 Afdeling (wilayah administratif di masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang diperintah seorang asisten residen), yakni Kampong Baru, Sempol, Kampong Malang, Krepekan, dan Jampit.

Ketinggian perkebunan ini, antara 1100-1500 Mdl, sehingga iklimnya kering. Karena itu kualitas strawberry lebih bagus dibanding dengan Bandung Jawa Barat. Setiap tahunnya Bondowoso mampu menghasilkan 30 ton.

Perkebunan yang dapat ditempuh selama 20 menit dari Paltuding ini, juga terkenal penghasil salah satu kopi terbaik di dunia. Setiap tahunnya 1000 ton kopi yang di pasaran dikenal dengan merek Rollas. Konon, nama ini diambil dari nama PTPN 12 yang dalam bahasa jawanya berarti rollas.

Kopi dari perkebunan Kalisat Jampit juga terkenal dengan sebutan java coffe dengan salah satu produk andalannya berupa kopi luwak. Kopi luwak dinobatkan sebagai kopi paling enak di dunia. Proses fermentasinya yang terjadi di dalam perut luwak menyebabkan biji-biji kopi ini bercampur dengan enzim yang ada di dalamnya. Selain itu suhu dalam perut luwak yang stabil membantu proses fermentasi berjalan sempurna. Proses itulah yang menghasilkan cita rasa unik dengan perpaduan asam dan pahit sehingga tidak menimbulkan efek bagi orang yang bahkan tidak terbiasa minum kopi.

 

Macadamia

Wisatawan selain bisa membawa oleh-oleh strawberry, kopi maupun teh, di perkebunan ini juga disediakan buah langka macadamia. Buah dari Australia ini hanya bisa berbuah di daerah Sempol. Keistimewaan buah ini karena menghasilkan biji berkadar lemak tinggi sekitar 70 persen. Mempunyai rasa lezat dan gurih serta dapat dimakan mentah, disangrai maupun digoreng.

Setelah bermalam dan menikmati kopi rollas di penginapan Arabica Homstay, perjalanan saya lanjutkan ke Air Terjun Blawan di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol. Sekitar kurang lebih 74 km dari pusat Kota Bondowoso. Air terjun ini adalah hilir dari kali pahit yang merupakan rembesan dari kawah ijen yang penuh dengan kadar belerang tinggi. Di sekitar daerah ini juga terdapat  pemandian air panas. Wisatawan yang capek mendaki Kawah Ijen, dapat berendam untuk rilaksasi.

Pemandian ini dikenal sebagai pemandian Damar Wulan. Menurut masyarakat sekitar, lokasi ini pernah digunakan  Damar Wulan untuk mandi ketika perjalanan dari Majapahit menuju Blambangan (Banyuwangi) untuk menumpas pemberontakan Aidpati Blambangan, Prabu Urubesma, atau yang lebih dikenal dengan Prabu Menakjingga.

 

Desa Wisata

Dalam perjalanan pulang, saya berkunjung ke desa wisata di Tamanan. Menurut Kadisporabudhub Kab Bondowoso, Sigit, saat ini Pemkab Bondowoso telah mengembangkan 4 desa wisata. Program andalannya yaitu stay in village, menginap satu malam di rumah penduduk dan mengikuti aktivitas kerja masyarakat sehari hari. Seperti menanam padi, membajak sawah, membuat batu bata, sampai menggembala itik di sawah. Program ini cukup murah, hanya dengan mengeluarkan Rp 20.000, wisatawan dapat menjadi warga desa selama satu hari satu malam.

Menariknya, menurut penuturan Sigit, wisatawan juga ikut mengunjungi pesta pernikahan warga dengan membawa amplop berisi uang atau beras untuk sahibul hajat. Baru sekitar satu tahun dikembangkan, program ini sudah menarik minat turis. Kebanyakan mereka berasal dari Perancis, Belanda, dan Belgia. Seperti dikatakan Rudi, Koordinator desa wisata ini, satu hari rata-rata 20 turis yang menginap.

Sungguh ide yang cemerlang untuk mendongkrak kunjungan wisatawan. Meskipun biayanya cukup murah, tetapi mampu memberikan dampak berganda pada masyarakat. Dengan banyaknya wisatawan, perputaran uang dari turis di Bondowoso pun meningkat. (Ahmad Fadholi)  

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait