Rabu, 1 Mei 2024

[i] Caleg Perempuan[/i]Ujian Telah Berlalu

Diunggah pada : 11 April 2009 12:05:01 10
thumb

Pemilu calon anggota legislatif 2009 lalu merupakan ujian berat bagi caleg perempuan. Data KPU menunjukkan sebagian parpol telah memenuhi kuota 30% untuk perempuan, namun itu harus diperjuangkan dengan keras. Aktivis perempuan dari Pusat Kajian dan Pemberdayaan Perempuan Surabaya, Yuniarti MH mengatakan, lazimnya kompetisi, pemilu 2009 menuntut kecerdikan dalam mengoptimalkan kesempatan dan memanfaatkan peluang. Dengan kesempatan yang terbatas, para caleg perempuan harus memperbesar peluang. Karena meraih kursi legislatif terkait preferensi pemilih, hal paling strategis yang harus dilakukan adalah memanfaatkan momentum perubahan. Ada sejumlah momentum yang menguntungkan caleg perempuan. Pertama, perilaku memilih (voting behavior) masyarakat mengalami pergeseran orientasi. Secara umum, perilaku memilih memang masih konvensional tapi terdapat indikasi yang menunjukkan perubahan dari ideology oriented ke problem solving oriented. Pemilih tak lagi mendewa-dewakan parpol yang ideologinya segaris. Pemilih mulai mempertimbangkan yang telah dikerjakan dan diperjuangkan parpol. Program kerja mulai menjadi acuan dalam memilih. Kedua, perubahan penentuan keabsahan surat suara. Berbeda dari Pemilu 2004 yang harus mencoblos gambar parpol dan nama caleg, keabsahan pilihan terhadap caleg pada Pemilu 2009 cukup menandai (mencontreng) nama atau nomor caleg. Ikhtiar untuk memenuhi tuntutan keabsahan itu tentu lebih mudah. Kemudahan itu harus dimanfaatkan secara optimal. Ketiga, perubahan mekanisme penetapan caleg terpilih. Dalam Pemilu 2004, caleg terpilih ditentukan berdasarkan nomor urut daftar calon (list). Sedang pada Pemilu 2009, sesuai putusan MK, penentuan caleg terpilih berdasarkan suara terbesar. Tindakan Rasional Momentum tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh caleg perempuan dengan beberapa prakondisi. Pertama-tama, para caleg harus memiliki kesadaran terhadap posisi, bahwa kesempatan meraih kursi kecil atau dikecilkan. Kesadaran sangat penting agar perencanaan strategis dalam pendekatan pemilih dapat dilakukan optimal. Dengan kesadaran itu, bisa diukur apa, bagaimana, dan sejauh mana perjuangan meraih suara harus dilakukan. Kesadaran melandasi tindakan. Tindakan rasional selalu memperhitungkan hambatan, peluang, kesempatan dan tantangan. Hal kedua yang harus dimiliki adalah sikap optimistis. Optimisme dapat meraih suara signifikan secara otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta kontrol diri dan keadaan. Ketiga hal itu saling terkait dan sangat penting bagi perencanaan kampanye dan pendekatan kepada pemilih. Kesadaran terhadap posisi dan optimistisme merupakan modal utama para peraih BPP pada Pemilu 2004. Jika dibandingkan dengan zaman Orde Baru, seruan bagi penempatan caleg perempuan belum dilakukan secara terbuka dan sekencang pada Pemilu 2004 dan 2009. Wacana tentang keadilan dan kesetaraan gender belum mengisi wacana dan perdebatan publik media massa dan buku-buku. Budaya politik dominan yang berkembang pada periode itu membuat eksistensi, posisi, dan peran perempuan belum dibicarakan secara bebas. Merombak Peraturan Gejala ini menunjukkan pentingnya merombak peraturan Pemilu, sebab terbukti perempuan hanya dijadikan vote getter. Perempuan tidak seharusnya dijadikan alat atau obyek pemenangan dari sistem Pemilu yang masih sangat maskulin. Gambaran ini juga terjadi pada proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkadal). Sekali lagi perempuan dipakai sebagai alat untuk meraih suara bagi calon-calon yang akan bertarung menjadi penguasa daerah. Meskipun nantinya setelah terpilih hak-hak perempuan tidak diusung dalam program mereka selama satu periode. Fenomena politik dan pemerintahan seperti yang digambarkan di atas sangat maskulin dan dibangun dari pemikiran yang dipengaruhi oleh budaya patriarki. Selama ini parpol dan politisi hanya mencari jalan untuk memenangkan pertarungan untuk memperoleh kekuasaan. Tetapi saat mereka berkuasa kesejahteraan masyarakat terlupakan. Parpol pun masih harus melakukan konsolidasi politik, membangun deal politik dengan berbagai pihak serta mempersiapkan untuk merebut kekuasaan pada periode berikutnya.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait