Sabtu, 27 April 2024

Wagub : Pondok Pesantren Mampu Lahirkan Generasi Pemenang

Diunggah pada : 19 Januari 2017 21:35:28 9

Jatim Newsroom - Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, mengatakan saat ini pendidikan pondok pesantren dinilai mampu melahirkan generasi pemenang, yakni generasi muda yang cerdas, cakap, terampil, berakhlaq dan beriman. Karena itulah kini keberadaan pondok pesantren makin dibutuhkan dan dicari masyarakat.

Ini dikatakan Gus Ipul sapaan akrab Wagub ketika mendampigi Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menghadiri peringatan Haflah Kesyukuran 30 tahun PP Al-Ishlah dan Peresmian Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an & Sains Al-Ishlah (STIQSI), di PP Al-Ishlah Sendang Agung Paciran Lamongan, Kamis (19/1).

Menurut Gus Ipul, 10 tahun yang lalu hanya sekitar 10 persen lulusan SLTA sederajat yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun saat ini sudah mencapai 25 persen lulusan SLTA sederajat yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

Diresmikannya STIQSI ini diharapkan bisa menambah orang-orang terdidik, karena saat ini baru sekitar 8 persen orang yang terdidik lulusan sarjana diantara 250 juta penduduk Indonesia. Angka ini masih di bawah Malaysia dan Singapura. "Semoga STIQSI ini dapat melahirkan generasi muda yang sanggup meneruskan cita-cita bangsa terutama menghadai perkembangan dunia yang begitu pesat,” tuturnya.

Senada dengan Gus Ipul, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin, juga mengatakan bahwa urgensi dan relevansi ilmu al-Qur’an harus terus dikaji dalam merespon perkembangan dunia. Sebab Al Qur’an adalah acuan/ pedoman hidup. Apalagi dalam menghadapi perubahan kehidupan yang luar biasa, maka harus dilandasi dengan nilai-nilai agama yang dipahami dengan baik.

​Menurutnya, Al Qur’an memang telah menimbulkan makna beragam. Hal itu karena keterbatasan manusia yang tidak mungkin bisa memahami kitab suci ciptaan Allah Yang Maha Sempurna. Keterbatasan manusia ini agar bisa saling mengisi dan menyempurnakan satu dengan yang lain.

Luqman menjelaskan, keragaman dan kemajemukan adalah sunatullah/ takdir Allah. Saat ini ada sebagian masyarakat tertentu yang ingin menyeragaman tafsir Qur’an yang beragam. Dengan adanya STIQSI ini diharapkan akan memberikan kontribusi besar dalam memberikan pemahaman bahwa pembenaran tidak bisa dimonopoli seseorang.

"Kita harus lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi perubahan yang ada, baik globalisasi, reformasi, maupun kemajuan IT dan sosial media. Karena pengaruhnya bisa mengubah cara pandang seseorang. Oleh karena itu keseimbangan pemahaman Al Qur’an dan perkembangan sains diperlukan,” ujarnya.

Peresmian STIQSI ditandai dengan penyerahan SK pendirian STIQSI kepada Pendirinya, KH M Dawam Saleh, oleh Menteri Agama disaksikan oleh Ditjen Diktis Kemenag RI, Amsal Bakhtiar, Wakil Gubernur Jatim Gus Ipul, Wakil Bupati Lamongan, Ketua Kopertais IV, Rektor Gontor, Atase Duta Besar Arab Saudi di Jakarta.(sti)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait