Sabtu, 27 April 2024

Tahun 2016 PDRB Jatim Capai Rp 1.855 Triliun

Diunggah pada : 7 Maret 2017 19:12:32 22

Jatim Newsroom– tahun 2016 pekonomian Jawa Timur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, tercatat Rp 1.855 triliun atau 14,95 persen dari Produk Domistik Bruto (PDB) nasional.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo pada Ceramah Tematik dihadapan Peserta Diklat Kepemimpinan (Pim) Tingkat II dan Peserta Diklat Pim Tingkat III di Badan Diklat Prov Jawa Timur di Surabaya, Selasa (7/3) mengatakan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur tersebut jika dilihat dari lapangan usaha industri pengolahan mempunyai kontribusi 28,92 persen, perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil sepeda motor 18 persen dan pertanian, kehutanan dan perikanan 13,31 persen.

Struktur PDRB Jawa Timur sebesar Rp 1855 triliun tersebut  28,92 persennya adalah kontribusi dari industri. Hal ini merurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto beberapa waktu yang lalu di Mojokerto mengindikasikan bahwa Jawa Timur sudah masuk menjadi provinsi industri bersama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini juga sangat penting karena industri merupakan lokomotif pembangunan di Indonesia.

Menuju provinsi industri, Jawa Timur harus bisa mengubah langkah produk dari hulu atau on farm di agro menjadi of farm di hilir. Strategi tersebuit harus dilakukan oleh siapapun termasuk para pejabat eselon II dan pejabat eselon III.

Kemudian struktur PDRB yang mempunyai andil cukup besar setelah industri adalah perdagangan, reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribusinya 18 persen. Sementara sektor ketiga pertanian mempunyai kontribusi 13,31 persen. Sektor ini yang menjadi permasalahan, siapapun yang menjadi pemimpin di Jawa Timur, bahwa 36 persen tenaga kerja di Jawa Timur bekerja disektor pertanian. Sementara pertanian hanya mendapatkan 13,31 persen dari PDRB.

Ini permasalahan serius yang harus bisa dipecahkan oleh para kepala daerah dan DPRD serta para pejabat. Jika tenaga kerja sektor pertanian ingin sejahtera harus  ada proses industrilisasi di industri hulu. Sementara sektor industri yang mempunyai kontribusi 28,92 persen yang bekerja disektor tersebut hanya 14 persen sehingga tenaga kerja di industri lebih makmur dibandingkan dengan tenaga kerja disektor pertanian.

Gubernur menambahkan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diukur dari indikator pendapatan per kapita. Untuk Jawa Timur pendapatan per kapita tahun 2016 lebih tinggi dari sebelumnya. Secara berurutan Tahun 2014 sebesar Rp 39,83 juta, tahun 2015 sebesar Rp 43,58 juta, dan tahun 2016 sebesar Rp 47,49 juta atau 3.596 dollar AS diperkirakan akan naik menjadi 3.900 dollar AS pada pada 2017 dan diprediksi pada 2018 akan meningkat lagi menjadi 4.235 dollar AS.

Pertumbuhan perkapita Jawa Timur yang cukup baik tersebut menjadi perhatian daerah-daerah Indonesia Timur untuk terus menjalin kerjasama disektor industri dan perdagangan.

Menurut Gubernur tidak ada gunanya dengan pertumbuhan tinggi kalau Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) juga tinggi. Karena LPP menjadi bagian penting dalam strategi pembangunan. Pada 2016 Di Jawa Timur LPP sebesar 0,610 persen atau lebih rendah dibandingkan LPP nasional 1,59 persen.  Di Jawa Timur total pasangan usia subur rata-rata mempunyai 1,946 anak sementara pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan dua anak.

Hal ini ada korelasi pasangan usia subur bisa mengontrol sendiri agar mempunyai anak sedikit. Disamping itu ada indikasi positif terhadap pasangan usia subur di Jawa Timur banyak yang bekerja sehingga bisa menekan mempunyai sedikit anak. Berbeda dengan perempuan yang tidak bekerja biasanya cenderung anaknya banyak, karena reproduksi dan rekreasi menjadi satu dampaknya anaknya banyak.

Ceramah tematik tersebuit mengambil tema “Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Mempengaruhi Ketidakpastian Pembiayaan”.  Selain  diikuti oleh peserta Diklat Pim juga diikuti oleh para widyaiswara Badan Diklat juga para undangan dari SKPD Prov Jawa Timur. (ryo)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait