Sabtu, 27 April 2024

Rektor UINSA : Menuju World Class University, Komposisi Idealnya Idealnya 20 Persen Luar Negeri

Diunggah pada : 6 Desember 2018 20:45:07 83

Jatim Newsroom - Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) asing menjadi kebutuhan logis di tengah tujuan internasionalisasi kampus menuju mimpi World Class University. Dalam rangka itu, maka kerjasama dengan pihak internasional pun perlu diperkuat, khususnya untuk Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
 
Kegiatan ini dihadiri Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Masdar Hilmy, S.Ag., MA., Ph.D. menyampaikan dua hal peting yang perlu dipahami kaitannya dengan internasionalisasi kampus. Pertama,  peningkatan indeksitasi publikasi ilmiah, dimana semakin banyak karya ilmiah mahasiswa dan dosen yang diakui, maka semakin baik pula kredibilitas kampus di jajaran elit dunia. Kedua, International Outlook, kaitannya dengan komposisi mahasiswa dan dosen internasional.
 
“Kenyataan yang ada, mayoritas mahasiswa kita masih dalam negeri. Komposisi idealnya 20 persen Luar Negeri. Kondisi ini tentu berat untuk saat ini, tapi jika kita bisa meningkatkan prosentasenya satu persen saja pertahunnya itu sudah bagus,” ujar Prof. Masdar, dalam rilis UINSA,Kamis (6/12).
 
Hal ini tentu menjadi tugas besar ke depan bagi semua pihak khususnya Pusat IO yang menggawangi jejaring internasional. Berdasarkan data yang dimiliki Pusat IO, saat ini terdapat sekitar 159 Mahasiswa Asing di UINSA. Akan tetapi dari jumlah tersebut persebaran negara belum merata. Mahasiswa Asing UINSA umumnya hanya berasal dari empat negara, yaitu Malaysia, Thailad, Libya, dan Somalia.
 
“Jadi internasionalisasi bukan sekedar tingkat mobility tapi memperkuat, serta menambah daya saing internasional perguruan tinggi kita. Selama ini kita aktif keluar, tapi yang masuk minim. konteksnya tidak balance antara memberi dan menerima,” tegas Prof. Masdar.
 
Karenanya, Rektor mengusulkan, bahwa kedepan perlu adanya formula khusus untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa asing berkuliah di UINSA. Salah satunya dengan menyediakan beasiswa khusus bagi pelajar asing dengan menggandeng pihak ketiga untuk mengcover livingcost mahasiswa bersangkutan.
 
Sementara itu, Prof. juga menegaskan, bahwa Internasionalisasi sama sekali tidak berarti sama dengan Westernisasi. Sebagaimana yang dikhawatirkan banyak pihak. “Itu hanya cara agar kita bisa membuka jejaring dengan dunia luar tanpa sedikitpun mengganggu local wisdom yang kita miliki,” tegas Prof. Nyoman.
 
Lebih lanjut, disampaikan Maria dalam paparan mengenai Internationalization of University and its implementations menjelaskan, bahwa Internasionalisasi Perguruan Tinggi Indonesia bukanlah untuk tujuan finansial tapi demi masa depan anak bangsa. Terutama bagaimana manyiapkan generasi muda yang siap menghadapi era global.
 
“Menghadapi Era MEA misalnya, Indonesia layaknya gula. Sehingga kalau anak-anak kita tidak berkompeten, bagaimana mereka akan berdaya saing. Jangan kita berhenti disini. Bahasa adalah the tools of negoisation,” ucap Maria mengingatkan pentingnya mengikis kecenderungan Language Barrier (kendala bahasa) dalam mempersiapkan SDM yang siap menuju mimpi internasionalisasi kampus. (mad)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait