Jumat, 17 Mei 2024

Penanganan Limbah B3 di Jatim Harus Dilakukan Menyeluruh

Diunggah pada : 17 Mei 2017 20:16:22 42

Jatim Newsroom - Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, menyatakan bahwa penanganan limbah B3 di Jatim harus dilakukan secara menyeluruh dan konprehensif. Pasalnya saat ini berdasar data dari Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) tahun 2015 tercatat 811.273 unit usaha (perusahaan) di Jawa Timur menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Dari seluruh perusahaan itu, di tahun 2016 ada 100 perusahaan yang telah diverifikasi menghasilkan 170 juta ton limbah B3. Sebelumnya, tahun 2015 tercatat 800 menghasilkan limbah B3. Hal ini disampaikan oleh Wagub Jatim saat memberikan keterangan pers kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (17/5).

"Ini berarti kan Jawa Timur memang butuh penanganan limbah B3 secara serius. Belum semua unit usaha itu melaporkan manifes limbah B3-nya," kata Gus Ipul Sapaaan akrabnya Wagub.

Gus Ipul di sela-sela menerima audiensi warga Lakardowo Mojokerto, menjelaskan limbah B3 tersebut terbesar dihasilkan dari PLTU Paiton Probolonggo, yakni sebesar 153.265.137 ton. Limbah B3 dari Paiton ini berupa fly ash dan bottom ash, sebagian dikirim ke pabrik semen sebagai bahan subtitusi pembuatan semen. Sebagian kecil lainnya ditimbun pada land fill milik Paiton sendiri yang memang sudah berizin.

Kota lainnya penghasil limbah B3 adalah Surabaya, yakni sebanyak 11.826.764 ton, lalu disusul Gresik sebanyak 3.350.228 ton. Sedangkan kota-kota lain limbahnya masih di bawah sejuta ton, di antaranya Pasuruan 844.694 ton, Mojokerto 281.691 ton, serta Tuban 244.754 ton.

"Belum seluruh limbah B3 yang dihasilkan perusahaan-perusahaan itu dikelola. Totalnya mencapai 170 juta ton, tapi yang dikelola hanya 17 ribu ton (0,01%). Kami imbau pengusaha penghasil limbah B3 lapor agar bisa didata. Supaya B3 dibuang di tempat yang tepat," tutur Gus Ipul.

Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jatim saat ini baru 39% limbah B3 yang dibuang ke Cileungsi Bogor. Sedangkan 61% sisanya masih diteliti lewat manifestnya. Sedangkan, khusus terkait kasus Lakardowo yang diduga tercemar limbah B3 dari PT PRIA telah disiapkan program jangka pendek dan jangka panjang.

"Program jangka pendeknya itu menyediakan air bersih untuk warga Lakardowo. Juga pengecekan masal kesehatan warga yang banyak mengalami iritasi kulit," ungkap Gus Ipul.

Pengecekan kesehatan tersebut nantinya akan dilakukan langsung oleh tim Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. Untuk program jangka panjang, Gus Ipul menjelaskan, akan segera dilakukan penelitian ulang yang melibatkan tim independen misalnya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Ia menambahkan, penelitian dari tim independen merupakan langkah tepat karena bisa menjadi pembanding hasil penelitian sebelumnya. Dengan demikian diharapkan hasil yang diperoleh lebih objektif.

Sementara itu, Kepala BLH Provinsi Jatim, Bambang Sadono, menambahkan, pihaknya saat ini sedang menyiapkan pabrik pengolahan limbah B3. Pabrik milik Pemprov Jatim ini akan dibangun di kawasan Mojokerto. "Lahannya itu ada di Mojokerto, milik Perhutani. Lokasinya jauh dari pemukiman warga, namun belum bersedia menyebut nama lokasinya,"ujarnya.

Dokatakannya, perkembangan pembangunan pabrik tersebut saat ini proses tukar guling dengan tanah yang ada di Bondowoso. "Sekarang masih pembebasan lahan. Proses pengecekan kesesuaian tanah di Mojokerto dengan yang ada di Bondowos," ujar Bambang.

Ia menambahkan pembangunan pabrik pengolahan limbah B3 milik Pemrov Jatim ini, mendapat dukungan pemerintah pusat. Apalagi, pabrik itu tidak hanya sebagai pengolahan limbah, tetapi juga untuk tempat pembuangan akhir. (Pca)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait