Sabtu, 4 Mei 2024

Optimalisasi Lahan Sawah Tadah hujan dan Lahan Kering, Balitbangtan Rakit Bio Patenggang

Diunggah pada : 15 Maret 2019 19:59:38 147

Jatim Newsroom- Luas lahan sawah irigasi di Indonesia terus mengalami penurunan hingga 27.000 hektar per tahun. Untuk itu muncul strategi pengembangan lahan sub optimal (LSO) dari Kementerian Pertanian sebagai bagian dari pengamanan ketersediaan pangan pokok.

Diantara LSO yang diprioritaskan untuk tanaman padi adalah lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Untuk mendukung optimalisasi lahan tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) merakit padi amphibi bernama Bio Patenggang Agritan, dan baru dilepas pada akhir tahun 2018 lalu.

Padi bio patenggang ini merupakan varietas turunan esensial dari varietas Situ Patenggang yang telah diterima dengan baik oleh petani, khususnya di Jawa Barat. Bedanya dengan situ patenggang, bio patenggang memiliki kelebihan berupa ketahanannya terhadap penyakit blas.

“Varietas Bio Patenggang adalah varietas baru turunan esesnsial (VTE) Situ Patenggang yang dirakit menggunakan pendekatan molecular assisted back-crossing (MABC) dengan galur monogenik tahan blas sebagai donor. Varietas ini telah dinyatakan layak untuk dilepas sebagai varietas turunan esensial dengan tingkat kesaman karakter morfologi dan genetisnya mencapi 86,94% terhadap varietas situ patenggang,” jelas Peneliti BB Biogen, Dwinita Wikan Utami, Jumat (15/3).

Sebelum dilepas, bio patenggang telah diuji coba di beberapa daerah seperti Malang, Palembang, dan Bogor. Hasilnya, para petani mengaku puas dan siap mengembangkan varietas unggul baru bio patenggang. Hasan Sajili misalnya, petani dari Desa Cicadas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor ini menyukai bio patenggang karena ketahanannya terhadap hama penyakit. Ia menjelaskan, blas dan penggerek merupakan penyakit yang kerap menyerang tanaman padi miliknya. Namun selama menanam bio patenggang, hama tidak lagi menjadi masalah di sawahnya.

Selain hama, Hasan juga mengaku puas dengan produksi hasil gabah kotor yang mencapai 1.150 kg dari lahan seluas 1.250 meter persegi. Menurutnya, produksi tersebut telah menyerupai padi-padi unggul yang pernah ditanam sebelumnya. “Di lahan seluas ini, hasil produksi terbaik itu biasanya diatas satu ton. Saya cukup puas dengan hasil ini,” ungkap Hasan. (jal)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait