Sabtu, 27 April 2024

Gubernur Paparkan Perkembangan Ekonomi Jatim Pada Prof Robert Fry Engle III

Diunggah pada : 20 Februari 2017 10:47:51 1

Jatim Newsroom - Perkembangan ekonomi Jawa Timur yang berada di atas rata-rata nasional, menjadikan Jawa Timur memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal itu dipaparkan Gubernur Jatim, Soekarwo pada Prof Robert Fry Engle III, peraih nobel ekonomi 2003 dari Universitas California, San Diego, Amerika Serikat.

"Pertumbuhan ekonomi Jatim tumbuh di atas rata-rata nasional. Saat ini mencapai 5,5 persen dan pernah lebih tinggi  hingga di atas 6 persen," kata Soekarwo saat paparan di Gedung Negara Grahadi dalam forum The 6th ASEAN Series Brigdes Dialogue Towards a Culture of Peace, Senin (20/2).

Ia menjelaskan, dari sektor perlambatan ekonomi ada pada kendala penyaluran kredit. Yang terendah, kata dia, untuk sektor pertanian hanya 2,57 persen dari total landing kredit perbankan.

Kredit pada sektor pertanian yang masih rendah, kata dia, karena faktor sertifikat tanah yang belum selesai. "Setifikasi lahan pertanian Jatim baru berjalan 48 persen dari 17 juta hektare lahan yang akan disertifikasi. Ini bisa meningkatkan kredit perankan," jelasnya.

Pada sektor lain, saat ini tertinggi yakni dari sektor industri manufaktur atau pengolahan. Sementara sektor industri rokok menempati posisi tertinggi kedua. Kendati demikian, ia memastikan pertumbuhan ekonomi Jatim pada tahap inklusi dan didominasi perdagangan ekspor antar pulau.

Dari 10 besar provinsi di Indonesia, Jatim berada diposisi kedua setelah DKI Jakarta untuk provinsi dengan volutilitas (besarnya jarak antara fluktuasi naik turunnya harga saham) tertinggi. Sedangkan di posisi ketiga ditempati Provinsi Kalimantan Timur.

Situasi ekonomi Jatim yang mengalami perlambatan juga dialami oleh banyak negara berkembang. "China sebagai negara industri terbesar di Asia mengalami perlambatan. Hal itu berdampak pada penurunan ekspor bahan baku dari Indonesia, sehingga perlambatan di China berdampak ke Indonesia, khususnya Jawa Timur. Ini juga terjadi di negara Eropa yang mengalami stagnasi," tuturnya.

Prof Robert Fry Engle III mengatakan, pasar modal Indonesia saat ini cukup meningkat. Saat ini, kata dia, Indoensia juga dikelilingi masalah volutilitas yang cukup rendah. "Dana yang masuk untuk modal perbankan menunjang pertumbuhan ekonomi dari sektor kredit masih kurang," ujar pria yang juga mengajar di Universitas New York, Fakultas Bisnis Stern ini.

Ia juga memaparkan, sistem ranking perbankan tertinggi di Indonesia per 17 Februari 2017. Yang mengejutkan, kata dia, bank besar seperti BNI, Mandiri, BRI, dan BCA berada pada level terendah dalam hal penyaluran kredit. "Rendahnya atau perlambatan pertumbuhan ekonomi hingga berdampak pada stagnasi ini juga terjadi di negara Asia dan Eropa," pungkas pria peraih nobel ekonomi 2003 tersebut. (afr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait