Sabtu, 27 April 2024

Efisiensi Reproduksi pada Sapi, Pemerintah Lakukan Inovasi Deteksi Dini Kebuntingan Sapi

Diunggah pada : 21 Juni 2018 15:33:14 114

Jatim Newsroom – Agroinovasi Balitbangtan Kementan melakukan inovasi dengan menemukan teknologi pendeteksi kebuntingan dini yang bisa dilakukan oleh peternak secara umum. Selama ini deteksi kebuntingan pada ternak sapi yang ada saat ini dilakukan dengan pengecekan fisik secara langsung, seperti perogohan/palpasi rektal.

Kit E-Pregnancy BPS ImunoDB merupakan teknologi Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk mendiagnosis kebuntingan yang cepat dan akurat serta dapat dilakukan pada umur kebuntingan kurang dari satu bulan.

Kepala Loka Penelitian Sapi Potong, Dr. Dicky Pamungkas, Kamis (21/6) mengatakan, teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi induk dapat meningkatkan efisiensi reproduksi sehingga sapi induk yang diketahui belum bunting dapat segera dikawinkan kembali.

Kit Imunodotbloting Pregnancy ini merupakan teknologi diagnosis kebuntingan berbasis protein spesifik dengan kepekatan perubahan warna (gradient density) yang akan terjadi ikatan antara antigen dalam serum darah sapi bunting umur 1-3 bulan dengan antibody poliklonal.

Kit deteksi kebuntingan ini mempunyai tingkat akurasi mencapai 90% dan mempunyai keunggulan antara lain bisa memberi informasi keberhasilan perkawinan lebih awal, pengaplikasian yang mudah dan akurat, serta tidak menimbulkan trauma pada ternak dan hanya membutuhkan waktu 60 menit dalam pelaksanaannya.

Kepala Loka Penelitian Kambing Potong, Dr. Simon Elieser melakukan rencana pelepasan kambing Boerka Galaksi yang merupakan kambing pedaging unggul hasil persilangan kambing boer dengan kambing kacang.

Penelitian kambing ini dilakukan mengingat kontribusi kambing terhadap suplai daging nasional yang relatif masih rendah (6,86 ton/tahun dibanding produksi daging nasional 3.175 ton/tahun).

Kambing ini merupakan kambing pedaging unggul yang mempunyai produktivitas tinggi sesuai permintaan konsumen. Saat ini berubahnya preferensi konsumen untuk mendapatkan daging yang empuk dengan perlemakan yang rendah menuntut peternak harus menghasilkan produk yang sesuai.

Kambing ini juga diproyeksikan untuk menghasilkan ternak bakalan yang memenuhi standar berat badan untuk ekspor yaitu 35 kg.

Direncanakan akan dibangun pusat perbenihan kambing Boerka Galaksi di beberapa wilayah Indonesia seperti di NTB, Bali, Sulawesi, Jawa, Papua dan Kepulauan Riau. Selain itu juga dikembangkan di daerah perkebunan sawit, karet, hortikultura dan tanaman pangan. (jal)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait