Kamis, 9 Mei 2024

JATIM TARGETKAN PRODUKSI RUMPUT LAUT UNGGULI SULAWESI

Diunggah pada : 19 November 2012 14:39:34 203
thumb

Melimpahnya potensi rumput laut di Jatim serta masih minimnya sentra pengolahan, membuat Pemprov Jatim terus memacu produksi pada sejumlah kabupaten yang menjadi sentra produksi. Pemprov juga berkomitmen akan mengungguli dua provinsi, yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah yang selama ini menduduki posisi dua besar sebagai produsen rumput laut kemudian Jawa Timur.
            Hal itu disampaikan Asisten Bidang Perekonomian, Setdaprov Jatim, Hadi Prasetyo, Senin (19/11) saat membuka pameran perikanan di Jatim Expo yang ikuti 50 UKM dibidang perikanan.
            Dikatakannya, kualitas rumput laut di Jatim sebenarnya terbaik di Indonesia, misalnya di Kabupaten Sumenep. Sumenep memiliki sejumlah spesies rumput laut cokelat yang belum dibudidayakan dan dikembangkan secara optimal. Rumput laut cokelat yang telah teridentifi kasi adalah genus Sargassum.  Fukosantin merupakan karotenoid utama yang terdapat dalam rumput laut cokelat dan diperkirakan lebih dari 10% dari total produksi karotenoid alami         .
Fukosantin memiliki ikatan alenik yang khas dan 5,6-monoepoksida dalam molekulnya
berperan terhadap kekhasan struktur fukosantin. Fukosantin memiliki berbagai macam pengaruh yang menguntungkan dalam kesehatan manusia, antara lain yaitu: anti karsinogenik, mekanisme kematian sel pada sel kanker, anti peradangan, antioksidan, antiobesitas dan sebagainya.
            Sesuai data di DKP Sumenep, produksi rumput laut basah tahun 2010 lalu sebanyak 500.775,10 ton, dan tahun 2011 sebanyak 533.706,37 ton. Sedangkan tahun 2012 sampai bulan Juni produksi rumput laut di Sumenep baru mencapai 265.092,95 ton.
            Untuk diketahui, tahun ini harga rumput laut di Sumenep merosot tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini harga rata-rata rumput laut basah Rp 750 per kg. Sedangkan tahun 2011 masih mencapai Rp 1.200 per kg, dan tahun 2010 merupakan harga terbaik rumput lautn yakni Rp 1500 per kg.
            Dikatakannya, agar nilai jual produk-produk perikanan tidak jatuh, pemerintah saat ini tengah menjalin kerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap konsumsi. “Nelayan tidak hanya mampu memproduksi barang mentah, namun mereka juga bisa mengolahnya menjadi bahan pangan yang akan memberikan nilai tambah lebih,”ujarnya.
            Adanya pameran yang saat ini diikuti oleh sejumlah UKM dan pegiat teknologi tepat guna, adalah sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas produksi perikanan di Jatim.”Kegiatan ini juga sebagai kampanye Gemarikan yang sebelumnya telah dikampanyekan oleh Tim Penggerak PKK,” katanya.  
            Untuk diketahui, tahun ini luas lahan rumput laut di Jatim mencapai 166 ribu hektare dari sebelumnya 158 ribu hektare. Permintaan pasar ekspor yang tinggi terhadap rumput laut juga memacu pelaku usaha di sentra produksi rumput laut. Lahan budidaya rumput laut tersebar di sejumlah daerah. Untuk jenis Cottoni dijumpai di Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Pacitan. Kemudian, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Banyuwangi. Sementara jenis Gracillaria ditemui di daerah Sidoarjo, Kabupaten dan Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo.
            Meskipun permintaan terus meningkat, budidaya rumput laut juga kerap mengalami kendala utamanya karena faktor iklim. Misalnya saja gelombang yang membuat rumput laut rentan patah. Data Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim menyebutkan, tren produksi rumput laut mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir. Pada 2010 lalu produksi Cottoni sebesar 513.471 ton dan Gracillaria 3.848 ton. Kemudian tahun berikutnya naik masing-masing 546.084 ton dan 6.843. Serta sampai triwulan pertama tahun ini untuk Cottoni sudah mencapai 266.462 ton dan Gracillaria 4.885 ton. (jal)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait