Sabtu, 27 April 2024

TAKSASI PRODUKSI GULA JATIM CAPAI 1.225.000 TON

Diunggah pada : 12 Mei 2011 13:50:23 8
thumb

Dari hasil proses taksasi (prediksi produksi panen tiap tahun) untuk produksi gula Jatim pada musim giling tahun ini bisa mencapai 1.225.000 ton.Taksasi itu lebih tinggi dari hasil produksi yang dicapai di 2009 yang mencapai 1.014.000 ton dan pada 2010 sebesar 1.079.000 ton.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Samsul Arifin MMA saat ditemui di kantormya, Kamis (12/5) menjelaskan, besarnya jumlah produksi itu diperkirakan dari taksasi yang dilakukan Maret lalu. Diperkirakan pula, produksi tebu tahun ini juga bisa mencapai 16.445.000 ton atau lebih tinggi dari tahun 2009 sebanyak 15 juta ton dan hampir setara dengan produksi 2010 16,5 juta ton.
Sedangkan untuk rata-rata rendemen (kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen) diperkirakan 7,18 persen. Taksasi rendemen itu lebih tinggi dari tahun 2010 yang hanya 6 persen, namunlebih rendah dari rendemen 2009 sebesar 7,4 persen. Dari luas areal tebu, tahun ini diprediksi naik menjadi 197.302 hektar. Luas itu meningkat dari 2010 yang hanya 193.000 hektar.
“Luas areal tebu naik sekitar 4000 hektar dan ini akan meningkatkan hasil produksi tebu. Namun, dengan jumlah yang meningkat, belum tentu rendemennya bisa naik, karena saat ini yang harusnya kemarau, masih terjadi hujan,” katanya.
Menurut dia, pada saat taksasi Maret lalu, Jatim mengalami kemarau dan curah hujan yang sangat minim atau bisa dikatakan hampir jarang sekali terjadi. Sehingga, prediksi dengan panas saat Maret lalu, tebu bisa lebih cepat masak dan rendemen pun bisa lebih tinggi. Dengan kondisi cuaca tak menentu ini, maka taksasi rendemen 7,18 persen jadi prediksi yang cukup mendekati.
Dari hasil taksasi, untuk target rendemen tiap PTPN atau PT Gula di Jatim pun berbeda. Lebih rinci, untuk PTPN X rendemen ditargetkan mencapai 8,1 persen dengan produksi tebu 6,1 juta ton. PTPN XI mencapai 7,1 persen dengan hasil produksi tebu 5,7 juta ton. PT RNI ditargetkan 6,58 persen dengan hasil produksi tebu 2,7 juta ton. PT Candi Baru sebesar 6,6 persen dengan hasil produksi tebu 450 ribu ton dan PT Kebon Agung sebesar 7,6 persen dengan hasil produksi tebu 1,3 juta ton.
Menurut dia, rendahnya rendemen tebu petani beberapa saat lalu tidak hanya terjadi di Jawa Timur, namun di seluruh daerah baik di Jawa atau luar Jawa. "Rendahnya rendemen tebu petani memengaruhi kualitas gula yang diproduksi, yang juga akan berpengaruh pada harga beli tebu petani oleh pabrik. Sehingga itu berdampak pula pada keuntungan petani," tuturnya.
Selama ini, rendahnya rendemen ini juga terjadi dari proses panen tebu oleh petani. Ia mencontohkan, saat panen, petani kerap mengepras/memotong batang tebu tidak pokma (ngepok lemah) tapi kepras 10-15 cm dari akar. “Padahal, kandungan gula tertinggi tebu ada di bagian batang bawah dekat akar, jika tak dikepras pokma, maka petani sendiri rugi dan rendemen bisa rendah,” ujarnya.
Selain itu, dengan sistem kepras yang tidak pokma ini, kecenderungan tumbuhnya batang baru lebih kecil atau berupa tunas gogolan, karena tak tumbuh dari akar, melainkan tumbuh dari tunas batang. Sehingga, usai panen, petani pun masih harus kembali mengepras batang hingga pokma agar tebu bisa tumbuh bagus. Selain itu, dengan kondisi intensitas hujan sering, lahan tebu juga menjadi banjir dan becek. Sehingga, truk tak bisa masuk lahan dan perlu cost lebih untuk biaya tebang dari proses kepras hingga menaikkan ke truk yang posisinya lebih jauh dari lahan tebu. (afr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait