Jumat, 26 April 2024

KOMUNITAS KAMERA LUBANG JARUM INDONESIA PEMERAN DI CCCL

Diunggah pada : 5 April 2010 13:19:16 45
thumb

Komunitas Kamera Lubang Jarum Indonesia (KLJI) di Malang menggelar pameran bertajuk  “Dari Sejarah, untuk Sejarah “ di Culturelef de Corporatalon Linguistigue (CCCL) atau Pusat Kebudayaan Prancis Surabaya Jl Darmokali 10 Surabaya, 8-17 April 2010. 
    Atase Press CCCL, Pramenda Khrisna di kantornya, Senin (5/4) mengatakan, pameran akan diawali pembukaan dan diskusi oleh Ray Bahtiar pelopor kamera lubang jarum di Indonesia dan pendiri komunitas Kamera Lubang Jarum Indonesia pada tahun 2002.
Dalam pameran ini, publik berkesempatan untuk mengikuti workshop pada 9 dan 10 April. Dalam workshop, peserta akan diberi materi cara membuat kamera lubang jarum dan praktik pengambilan gambar, hingga mencetaknya. “Hasil karya peserta workshop ini nantinya turut dipamerkan,”ujarnya.
    Pada pameran kali ini KLJI foto peninggalan sejarah berupa candi-candi di Malang dan sekitarnya seperti Badut, Kidal, Singosari, Jawi, Jago dan Sumber Awan. ”Pameran kali ini akan mengangkat keunikan situs sejarah yang diabadikan oleh sekelompok anak muda pecinta kamera lubang jarum,” kata Khrisna.
Para seniman gambar ini, mengandalkan cahaya alami dalam berkarya, sehingga terekamlah kekuatan gambar hitam putih di dalam kamera sederhana nan unik. “CCCL  memberikan kesempatan bagi publik Surabaya dan sekitarnya untuk menyaksikan karya menarik ini,” tuturnya.
Pameran ini diikuti 12 peserta, yakni Yolanda Ayu M, Syarifuddin Siswanto (Wawan), Prima Satya N, Rahmat Basuki, Fiarfan, Dwi Noor (Dimas), Agata Pritasari, Fitra Ardiansyah, Didik “Jefri” Hermanto, Mokhammad Rifay, Arif Yudhi S, dan Nur Hasan.
Sementara itu, Pendiri KLJI, Ray Bahtiar mengatakan, tujuan diadakannya pameran ini adalah upaya mengabadikan peninggalan sejarah oleh generasi muda, agar diminati dan menular kepada mereka yang berada di kota-kota lainnya.
 Harapannya, agar terkumpul dukungan berbagai kalangan hingga kegiatan ini berkembang, baik dari sisi pelestarian peralatan kamera yang tidak menggunakan teknologi digital dan tentunya dari sisi pelestarian budaya, agar masyarakat Indonesia semakin mengetahui dan mencintai peninggalan budayanya.
Dia menambahkan, karya  “Dari Sejarah untuk Sejarah” sebelumnya telah dipamerkan di Galeri Ken Arok – Perpustakaan Pusat Kota Malang pada 8 – 12 Januari 2010 lalu. Malang merupakan kota ke-4 setelah Jakarta, Bandung, Jogjakarta yang merupakan bagian dari roadshow Ray Bahtiar memperkenalkan fotografi kamera lubang jarum di Indonesia.
“Workshop pertama ini sekaligus merupakan tonggak berdirinya komunitas Kamera Lubang jarum Indonesia, di  Malang,” terangnya.
Kamera lubang jarum (KLJ) diperkenalkan di berbagai kalangan, seperti pada  Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dasar foto di UKM Focus – UMM, sebagai materi dasar fotografi di UKM fotografi di kampus ITN Malang, UIN malang dsb. Materi KLJ juga diperkenalkan di komunitas foto luar kampus juga di sejumah SMA dan SMP, juga kepada masyarakat pada pelatihan oleh mahasiswa KKN di Malang.

Kamera Lubang Jarum
Di mancanegara, terdapat banyak komunitas pecinta kamera lubang jarum yang lebih dikenal dengan pinholic camera. Kamera ini bukanlah alat yang sempurna dengan teknik yang terukur, namun mampu mengajak orang ke dimensi lain, ruang yang lebih luas pada olah pikir yang menguji kepekaan pengguna, dengan mengandalkan kemampuan fisik. Kamera ini membawa pengguna pada pendidikan seni. Kamera lubang jarum saat ini tak dapat dipisahkan dari sejarah fotografi di Indonesia, yang mana alat ini menjadi dasar pengajaran di Institut Seni Indonesia di Jogjakarta, yang melahirkan instruktur-instruktur tangguh dan banyak pengikut. (hjr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait