Sabtu, 27 April 2024

ACFTA AKIBATKAN PERUBAHAN FUNDAMENTAL DUNIA USAHA

Diunggah pada : 25 Februari 2010 14:13:13 15
thumb

Dalam regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan munculnya perdagangan bebas Asean-Cina (ACFTA) mengakibatkan perubahan fundamental pada dunia usaha. Antara lain, kompetisi ekonomi dan berorientasi pada deregulasi serta liberalisasi.
Hal ini dikatakan Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo dalam sambutanya yang dibacakan Kepala Dinas Kominfo Jatim, Drs Sudjono MM pada Diskusi publik Tantangan dan Peluang Perdagangan Bebas ACFTA di Hotel Garden Palace Surabaya, Kamis (25/2).                
Selain perubahan fundamental, hal ini terjadi akibat revolusi informasi yang meningkat secara luar biasa dalam transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar negara.
Adanya perdagangan bebas itu, seluruh anggota Asean akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antar negara secara bertahap yang diletakan dalam skema Common Effective Prefential Tarif (CEPT) di Vietnam. “Untuk itu Indonesia harus meningkatkan daya saing dengan peningkatan kualitas SDM dan kualitas produk dalam menghadapi ACFTA tahun ini,” kata gubernur.
Kepala Badan Informasi Publik Depkominfo, Freddy H Tulung mengatakan, ada tiga tantangan yang dihadapi  dalam ACFTA, yakni globalisasi, demokratisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Freddy pun menyampaikan sejarah dimulainya ACFTA. Menurutnya telah dipersiapkan sejak  tahun 1992 silam, dan dimulai  pada tahun 2002 yang mengikat sebelas negara yakni Negara Cina dan 10 Negara Asean. ACFTA sendiri baru efektif pada Januari 2010 lalu, dan perdagangan Asean-Cina ini berada pada urutan ke tiga terbesar di dunia. Melalui ACFTA, market yang ditawarkan cukup besar meskipun ketentuannya belum rampung 100 persen.
 “Untuk itu kita perlu menyiapkan langkah-langkah. Ada rencana untuk merenegosiasi 288 komponen produk karena yang sudah siap dipasarkan baru 153 produk,” jelasnya
Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan aneka, Kementrian Perindustrian Ir Anshari Bukhari MBA mengatakan, komitmen Indonesia dalam pelaksanaan konsesi tarif sesuai kerangka ACFTA, yakni jumlah produk yang dijadwalkan menjadi 0% pada tahun 2010 sebanyak 1.597 tarif, sehingga total jumlah tarif yang sudah menjadi 0% adalah 7.306 pos tarif.
Skema penurunan tarif bea masuk untuk normal track 1 (NT-1) akan menjadi 0% mulai  1 Jan 2010. Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT-1 adalah 6.064 pos tarif. Sedangkan untuk NT-2 tarif bea masuknya menjadi 0% pada ahun 2012, untuk kategori Sensitive List (SL) menjadi 0%-5% pada tahun 2018.
Berdasarkan masukan dunia usaha dan kajian pemerintah, diketahui terdapat 228 pos produk dalm kerangka ACFTA yang daya saingnya melemah, sehingga pamarintah Indonesa melakukan negoisasi untuk menunda pelaksanaannya.
   Untuk diketahui, kegiatan diskusi ini diselenggarakan oleh Badan Informasi Publik Kementrian Kominfo bekerjasama dengan Dinas Kominfo Provinsi Jatim. Diskusi mengadirkan nara sumber antara lain, Dirjen kerja sama Asean Kementrian Luar Negeri, Djauhari Oratmangun,  Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan aneka Kementrian Perindustrian, Ir Anshari Bukhari MBA  dan Febrizal Rahmana dari HIPMI pusat.
Peserta yang diundang untuk mengikuti dialog ini tidak hanya dari kalangan pengusaha, melainkan juga dari pelaku usaha kecil menengah, industry, jasa dan organisasi pemuda yang ada di Jatim.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait