Jumat, 26 April 2024

ANGGARAN PENDIDIKAN JATIM 2010 PRIORITASKAN TIGA PROGRAM

Diunggah pada : 21 Oktober 2009 14:09:52 5
thumb

Tahun 2010, anggaran pendidikan di Jatim diprioritaskan pada tiga program, yakni program pemberantasan buta aksara, memasukkan pendidikan diniyah menjadi bagian kebijakan politik, serta memprioritaskan pendidikan SMK menjadi 60% dan SMU 40%.Demikian dikatakan Gubernur Jatim, Dr Soekarwoo Puncak Peringatan Hari Aksara Internasional ke-44 di Stadion Anjuk Ladang, Nganjuk, Rabu (21/10).Menurutnya, untuk program pemberantasan buta aksara, sejak 2008 hingga sekarang Pemprov Jatim telah mampu menekan jumlah buta aksara usia 45-65 tahun hingga 3,94%. Yakni pada 2008 dari sebesar 247 ribu menjadi 159.430 ribu. Sedangkan untuk jumlah buta aksara 65 tahun ke atas kini masih ada sekitar 2 juta orang. Terkait dengan kenyataan ini, Pemprov Jatim membuat program pendidikan berupa Kejar paket A dan C maupun pendidikan non formal lainnya dengan melibatkan tenaga non teknis di lapangan atau yang disebut Tutor.Untuk program Pendidikan Diniyah, pemprov akan menyubsidi dana pada siswa Diniyah Ula (SD) sebesar Rp 15 ribu/bulan. Sedangkan Diniyah Wushto (SMP) sebesar Rp 25 ribu/bulan. Tidak hanya itu, pengajar madrasah diniyah (ustadz) akan diberi tunjangan Rp.300 ribu/bulan.Sampai saat ini, jumlah siswa yang mengikuti pendidikan agama non formal di Jatim sekitar 960 ribu. Jatim merupakan provinsi pertama yang menjadikan sekolah diniyah sebagai bagian dari kebijakan politik. Ini karena Jatim merupakan provinsi yang memiliki jumlah pondok pesantren (ponpes) terbanyak, sekitar 6.237 ponpes.Dengan adanya kebijakan tersebut sambil pelaksanannya berjalan, pemerintah juga akan membenahi bidang studi yang ada pada pendidikan tersebut sehingga lulusan Madrasah Diniyah ke depan tidak harus mengikuti kejar paket A atau C untuk mendapat ijazah setara dengan pendidikan umum. Hal tersebut kini masih dilaksanakan pemerintah sehingga ada kseimbangan kualitas pendidikan madrasah diniyah maupun umum. Hanya yang membedakan adalah spesifikasi keahlian atau ilmu.Lebih lanjut Soekarwo mengatakan, berdasarkan syarat dari Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), agar sekolah khusus (madrasah diniyah, red) diakui di dunia internasional, yakni harus menyetarakan studi bidang pendidikan non formal dengan pendidikan formal. Misalnya, jika selama ini pendidikan diniyah bahasa pengantarnya mayoritas menggunakan bahasa arab atau jawa, maka harus diubah menggunakan Bahasa Indonesia meski masih tetap ada bahasa lain. Selain itu, diajarkan pula bidang studi umum, seperti IPA, IPS, dan Matematika.Untuk program SMK pada 2010, pemprov akan membangun lima sekolah SMK bertaraf internasional. Lima SMK tersebut dibangun dengan biaya Rp.15 miliar per SMK. Selain itu, juga akan dibantu peralatan penunjang pendidikan untuk SMK yang kini sudah ada dengan dana Rp100 juta per SMK di Jatim.Ini dilakukan, untuk memenuhi permintaan lapangan pekerjaan. Sebab lulusan SMK lebih cepat diterima karena memiliki skill dan siap kerja. Saat ini, umumnya pendidikan SMK di Jatim, masih mengandalkan sistem pendidikan bersifat budaya. Artinya, terlalu banyak materi pelajaran berupa teori dibanding praktek, karena keterbatasan fasilitas penunjang. Namun, ke depan akan diseimbangkan antara teori dan praktek.Pelopor PendidikanSementara itu, Sekjen Pendidikan Formal dan Informal, Departemen Pendidikan Nasional RI, Dr Gautama mengatakan, sejak dilaunching pemberantasan buta aksara oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004, Indonesia menjadi negara tercepat dalam pemberantasan buta aksara, yakni enam tahun lebih cepat dari target. Sementara Unesco menyatakan bahwa Indonesia menjadi pelopor pendidikan di Asia Pasifik. Selain itu, PBB juga mempercayakan Indonesia dalam hal ini pada Ibu Negara, Ani Yudhoyono sebagai Duta Aksara Internasional. “Sampai saat ini total penyandang buta aksara di Indonesia, yang difokuskan 2010 sebesar 7,4 juta jiwa,” tutur Gautama. Sementara itu, duta aksara Indonesia yang juga anggota DPR RI dari Partai Demokrat, H Qomar menuturkan, tutor atau penilik pendidikan buta aksara merupakan pekerja yang memiliki tugas mulia. Karena kemuliaannya seperti Malaikat Jibril. Para tutor tersebut mengubah mereka yang semula tidak bisa menulis, membaca dan berhitung menjadi bisa. “Ini sama seperti ketika malaikat jibril mengajari nabi muhammad saat menyampaikan wahyu pertama yakni surat Iqra’ artinya bacalah,” ujarnya.Oleh karena itu, menurut dia, sebagai tutor yang berhasil sudah sewajarnya diperhatikan. Sebab hingga kini para tutor tersebut kesejahteraannya perlu diperhatikan dan pemrintah di harapkan bisa memfasilitasi.Dalam peringatan hari aksara internasional di Jatim ini juga digelar pameran hasil Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang diikuti 42 stan dari kabupaten/kota di Jatim. Dalam pameran tersebut juga ditampilkan beberapa perkumpulan. Ini untuk memotivasi pada masyarakat tentang pentingnya program kesejahteraan yang berdampak pada pengentasan kemiskinan.Bupati Nganjuk, Taufiqurrahman mengatakan, adanya pembelajaran fungsional tersebut secara tidak langsung dapat memberikan tambahan pengetahuan dasar bagi warga belajar termasuk mengenai potensi, keterampilan yang dimiliki hingga akhirnya menghasilkan komoditi yang bermanfaat bagi orang lain. Ini juga tidak luput dari peran serta gerakan PKK baik di tingkat kabupaten maupun kota.Pemerintah telah bertekad meningkatkan pemerataan penyelenggaraan program pendidikan dalam rangka menyejahterakan masyarakat. Potensi-potensi inilah yang saat ini dipamerkan kabupaten/kota yang menjadikan produk PKBM keunggulan dari masing-masing daerah.Selain itu, puncak peringatan Hari Keaksaraan kali ini, Gubernur Jatim juga meninjau beberapa tempat, salah satunya Puskesmas Sukomoro untuk menyaksikan program Getagibu (gerakan pengentasan gizi buruk). Program tersebut merupakan sinergi pemerintah kabupaten dan PKK. Selain itu, juga mengunjungi Waduk Sumber Soko di Desa Ngumpul, Kecamatan Bagor. Disini dia menyemai benih ikan nila dan lele jenis tombro di lahan milik Perum Perhutani. Juga melakukan Pamswakarsa dengan petani, dimana sejak dua tahun terakhir lokasi tersebut menjadi pusat gerakan Ijo Royo-Royo oleh Bupati Nganjuk yang kini berubah menjadi lokasi wisata pemancingan.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait