Jumat, 26 April 2024

AREAL PANEN TINGGAL 15%, HARGA TEMBAKAU DI MADURA RELATIF STABIL

Diunggah pada : 28 September 2009 12:36:28 65
thumb

Kualitas tembakau di Pulau Madura yang kini proyeksi areal panennya tinggal 10-15%, harga jualnya relatif stabil. Tembakau Pamekasan yang merupakan ikon tembakau di Madura, harga jualnya hingga saat ini berkisar Rp 15.000-26.000 per kg. Harga tersebut dianggap relatif tinggi jika saat ini sebagian besar gudang rokok mulai tutup dan target panen yang tinggal 10-15%. Kepala Bidang Tanaman Produksi Dinas Perkebunan Jatim, Ir Samsul Arifin di kantornya, Senin (28/9) mengatakan, adanya pemberitaan di beberapa media cetak di Jatim yang menyatakan bahwa tembakau Madura tahun ini jatuh, hal itu tidak benar. Adanya tembakau yang ditolak oleh gudang rokok sebenarnya itu adalah jenis tembakau sawah yang bukan menjadi proyeksi pembelian oleh pabrik rokok (PR). Jenis tembakau sawah ditolak karena banyak mengandung mineral karena ditanam pada lahan yang memiliki curah air cukup tinggi seperti ditanam di pinggir laut. Tembakau yang menjadi target dan proyeksi pembelian oleh PR adalah jenis tembakau yang ditanam pada lahan tegal. Tembakau yang ditanam di sawah bukan menjadi proyeksi dan dari dulu harganya memang cukup rendah yakni di bawah Rp 10.000/kg. Biasanya, tembakau sawah dijual petani dalam bentuk eceran dan umumnya dibeli oleh PR kecil dan tidak pernah dibeli oleh PR besar seperti Gudang Garam, Djarum, Bentoel atau yang lainnya. Ditambahkannya, musim panen di tembakau di Madura kemungkinan tinggal 20 hari. Jika saat ini harga jualnya berkisar Rp 15.000-26.000/kg padahal telah memasuki akhir musim panen, berarti tahun ini harga jual tembakau Madura cukup tinggi dan membaik. Tahun 2009, permintaan atau kebutuhan tembakau oleh pabrik rokok (PR) besar di Jatim turun hingga 30% dibandingkan 2008. Tahun 2009, berdasarkan data kebutuhan tembakau oleh beberapa PR besar jumlah permintaannya hanya 51.005 ton atau 61.470 ha. Dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 76.045 ton atau 92.060 ha, jumlah tersebut relatif padahal pertahun rata-rata hasil produksinya berkisar 85.000-100.000 ton. Dibandingkan tahun 2008, total permintaan tembakau oleh gudang dan pabrik rokok (PR) 76.045 ton. Dari total kebutuhan itu, lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan tanamannya hanya 92.061 ha. Tembakau-tembakau itu berjenis Voor Oogst atau yang tumbuh dan panen saat musim kemarau, sedangkan yang Naoogst atau yang panen saat musim penghujan total kebutuhannya sekitar 8.000 ton. Tembakau Naoogst hanya tumbuh di Kabupaten Jember. Permintaan tembakau ini adalah memenuhi kebutuhan luas negeri, seperti Brazil, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa sebagai bahan rokok cerutu. Secara umum, realisasi areal tembakau di Jatim selalu melebihi dari kebutuhan PR. Akibat menurunnya jumlah kebutuhan tersebut, pemerintah bersama APTI Jatim menyosialisasikan pada petani agar ledakan penanaman tembakau yang selalu terjadi dalam tiap tahunnya tidak kembali terjadi. Meski permintaan PR besar turun, namun pemerintah dan petani masih memiliki harapan agar harga jual tidak jatuh, yakni mengandalkan PR kecil yang hingga kini di Jatim jumlahnya mencapai 1.000 pabrik. Dari rata-rata produksi mencapai 85.000-100.000 ton, 25-30% nya biasanya terserap oleh PR kecil. ”Meski kadang-kadang terjadi ledakan produksi, namun keberadaan tembakau pada akhir musim panen selalu habis,” ujarnya. Rincian kebutuhan tembakau oleh PR besar, meliputi jenis Virginia 5.800 ton dengan proyeksi lahan 7.250 ha, Jawa 10.285 ton pada lahan 11.317 ha, Kasturi 4.700 pada lahan 3.917 ha, Madura 17.800 ton pada lahan 29.667 ha, Paiton 9.000 ton pada lahan 6.923 ha, White Burley 3.370 ton pada lahan 2.247 ha, Lumajang Voor Oogst 150 ton pada lahan 150 ha. Data APTI Jatim menyebutkan, kontribusi areal tembakau di Jatim terhadap nasional rata-rata 53% dari tahun 2001-2007. Nilai investasi petani tembakau di Jatim mencapai Rp 682 miliar dengan menyerap tenaga kerja sekitar 27.703.250 orang dengan kontribusi cukai rokok terhadap nasional sebesar 78%. Tahun 2007, jumlah pabrik rokok di Jatim sebanyak 1.367 unit dengan produksi 169 miliar batang per tahun.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait