Sabtu, 27 April 2024

UNESA TERAPKAN PROGRAM LESSON STUDY

Diunggah pada : 9 Januari 2009 13:29:40 57
thumb

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) akan menerapkan program Lesson Study (LS) atau jugyokenkyuu. Program yang diadopsi dari Jepang ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas dosen dalam melakukan proses belajar mengajar di Unesa.Dosen Matematika Fakultas MIPA Unesa, Manuharawati di Kampus Unesa Ketintang, Jumat (9/1) menjelaskan, LS merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan. Serta berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas untuk membangun komunitas belajar. ”Dalam meningkatkan mutu dan kualitas dosen di Unesa, kami bersama rekan-rekan berkomitmen menyukseskan program LS dan menjadikannya sebagai salah satu acara yang menarik untuk diikuti,” katanya.Dalam melaksanakan programnya, ada tiga tahapan yang dilalui, yakni merencanakan (plan), melaksanakan (do) dan merefleksikan (see). Tahap pertama plan, yakni setiap dosen diwajibkan membuat suatu persiapan. Persiapan ini, menganjurkan setiap dosen harus mengidentifikasi masalah pembelajaran seperti membuat materi ajar yang sesuai kurikulum, serta teaching material (hands on) dan dosen wajib menggunakan strategi pembelajaran seperti pendahuluan, kegiatan inti, serta penutupan atau kegiatan akhir.Tahap berikutnya, adalah perencanaan. Tahap ini, setiap dosen dapat menentukan siapa yang menjadi model pengajar pada saat implementasi pembelajaran. Sedangkan hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap ini, membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan mahasiswa. Selain itu, yang perlu diperhatikan juga bagaimana membuat catatan tentang situasi mahasiswa dalam melakukan kerjasama dan mencari contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan. Serta membuat catatan tentang variasi metode penyelesaian masalah secara individu atau kelompok. Tahap terakhir, adalah tahap refleksi yang dilakukan setelah proses belajar mengajar sudah selesai dilakukan. Tahapan ini membutuhkan paling tidak tiga orang untuk duduk di depan, seperti pemandu diskusi, dosen, dan tenaga ahli dalam berdiskusi. ”Secara garis besar, keseluruhan program ini dikemas dengan nuansa pelatihan,” katanya.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait