Jumat, 26 April 2024

Gula, Paling Bandel Selama OP

Diunggah pada : 23 Juni 2016 10:22:55 21

Selama 15 hari pelaksanaan operasi pasar (OP)27 Mei hingga 10 Juni, sejumlah kebutuhan bahan pokok sudah menurun. Namun gula dianggap paling bandel.OP digelar Perum Bulog bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim.

“Selama OP, gula satu-satunya komoditi yang paling bandel. Walaupun sudah digelontor gula milik PTPN X, Kebon Agung, dan RNI, harganya tetap tinggi. Penurunannyatercatat 1,11 persen,” kata Kepala Perum Bulog Divre Jawa Timur, Witono.

Selama OP dua minggu, Bulog telah menjual 672 ton. Ia menyebut, harga gula sejak Mei lalu memang melonjak cukup tinggi di atas Rp 16 ribu per kilogram (kg). Setelah OP harga masih dikisaran Rp 15.500 per kg.

Kenyataan itu juga membuat heran Wakil Gubernur Saifullah Yusuf. “Padahal stok Jawa Timur melimpah. Kami menduga ada permainan, dan Pemprov Jatim tengah melakukan pemetaan untuk mencari akar masalahnya. Kita minta kerjasamanya pedagang lah.Kita punya stok banyak, tapi kok mahal, ini kan aneh, ini di luar teori,” ujarnya.

Gus Ipul juga mengatakan, ia memang mendengar adanya indikasi permainan kartel. Namun ia tidak bisa mengambil kesimpulan karena masih menunggu penyelidikan yang sedang dilakukan. “Suara-suara itu ada ya, makanya itu kita ingin memastikan dimana persoalan utamanya. Dulu kita temukan distribusinya yang lama, sekarang mungkin ada lagi stok. Ini ada yang main kita gak tau,” urainya.

Kepala Disperindag Jatim, M Ardi Prasetyo mengatakan, OP untuk stabilisasi harga gula memang belum berdampak signifikan. Ia menduga hal itu terjadi akibat stok gula di tingkat agen dan pedagang yang masih cukup tinggi. “Pedagang itu beli gula sudah di atas Rp 14 ribu per kg. Jadi harga di pasar masih sulit ditekan hingga mencapai Rp 12 ribu per kg,” jelasnya.

Ia menjelaskan, sesuai arahan Gubernur Soekarwo saat rapat dengan pedagang besar dan produsen gula 25 Mei lalu,disepakati harga gula di Jatim ditargetkan bisa mencapai Rp 11.750 per kg. Namun harga jual maksimal diharapkan sebesar Rp 12.000 per kg.

Kendati belum bisa memenuhi target, ia beranggapan harga akan dapat berangsur turun jika stok di pedagang dan agen mulai habis. “Kalau stok pedagang habis dan pabrik gula mulai giling tebu, akan ada stok baru dengan harga lebih murah. Gula baru ini yang akan membanjiri pasar-pasar dan bisa menurunkan harga kembali normal,” ungkapnya.

Menurutnya, jumlah gula di agen dan pedagang itu tidak bisa dihitung, sehingga ia tidak bisa memprediksi kapan stok pedagang habis dan harga bisa mulai normal. “Kita cek digudang memang kosong, tapi saat mereka jual gulanya langsung ada dalam jumlah cukup besar,” ujarnya.

Selain ituadanyakebijakan Permendag No 74 Tahun 2015 terkait perdagangan gula yang tidak diatur tata niaganya,juga menjadi persoalan baru. “Dulu kalau mau jual gula ke daerah lain seperti ke Jawa Tengah,harus ada rekomendasi dari kami (Disperindag Jatim) jadi kami bisa mengontrol distribusi gula. Tapi sekarang tidak lagi, sehingga kami tidak punya data valid berapa stok tersisa dari hasil giling 2015,” katanya.

Pihaknya telah menyurati produsen dan distributor gula untuk melaporkan tata niaga gulanya. Namun, kurang direspon produsen dan distributor. Ia berharap stok pedagang segera habis dan gula hasil giling Mei dan Juni bisa segera dipasarkan untuk menormalkan kembali harga gula.

 

Gelontor

Sebelumnya, Gubernur Soekarwo cukup yakin OP bisa menstabilkan harga. “Kami akan melakukan operasi pasar (OP) besar-besaran untuk menekan harga gula yang terus naik. Maksimal Rp 12.000 per kg sesuai arahan Presiden Jokowi. Tapi kalau kita bisa tekan harga di bawah itu ya lebih baik, kita bisa jadi juaranya,” kata Soekarwo saat di Grahadi usai menggelar rapat tertutup dengan produsen dan distributor gula, Rabu (26/5) malam.

Ia menjelaskan,  OP dilakukan di 78 titik strategis di seluruh Jatim. OP dengan harga sekitar Rp 11.750 per kg merupakan keinginan dan kesepakatan bersama antara pemerintah, produsen dan pedagang gula.

“Semua pihak telah sepakat untuk menahan diri dalam mencari keuntungan. Masih cari untung tapi tidak cari keuntungan terlalu besar. Ini telah disepakati dan direalisasikan dengan melakukan operasi pasar,” jelasnya.

Direktur Utama PTPN X Subiyono menjelaskan pihaknya memiliki stok gula sekitar 21 ribu ton untuk OP. Juga ada penambahan stok dari beberapa pabrik gula seperti Gempolkerep, PG Ngadirejo yang sudah memasuki musim giling. “PTPN X pada pertengahan Juni bisa memproduksi 40 ribu ton. Belum termasuk tambahan dari PTPN lainnya,” katanya.

Ia menjelaskan, Jawa Timur hingga kini masih menjadi barometer kekuatan gula secara nasional. “Sementara ini kita selesaikan di Jawa Timur dengan bersama-sama antara pemerintah daerah, PTPN dan pengusaha,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula Indonesia,Piko Nyoto Setiadi mendukung upaya menstabilkanharga gula di Jatim. Piko menegaskan, untuk menekan harga agar cepat normal di angka Rp 12.000 per kg, stok akan didistribusikan secara langsung ke titik-titik konsumen. (afr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait