Jumat, 26 April 2024

Budidaya Bunga Krisan Kian Menjanjikan

Diunggah pada : 3 September 2015 10:49:35 359

Siang itu, udara di Desa Gendro, KecamatanTutur, KabupatenPasuruan yang lokasinya dekat dengan Gunung Bromo masih terasa dingin. Sepasang suami istri, Ignatius Supardiyanto dan Romana masih sibuk memanen bunga krisan yang mulai mekar. Tak seperti biasanya, kegiatan memanen bunga hanya dilakukan berdua lantaran seluruh pegawai di kebun bunganya sedang libur Lebaran.

Sejak terik hingga berganti malam, mereka tetap kerja lembur memanen dan mengepak bunga yang jumlahnya mencapai ribuan batang. Sebagai penerangan di malam hari, mereka menggunakan lampu darurat. Ketika lampu mati Romana baru ingat anak-anak mereka yang masih kecil di dalam rumah ketakutan. Lantas bergegaslah masuk rumah menenangkan anak-anak yang panik.

Kesibukan dalam berkebun bunga krisan saat itu menjadi momen paling membekas baginya. Sejak merintis usaha budidaya awal tahun 2005 lalu, mereka tak selalu mendapat kemudahan dalam menjalankan usaha. Berbagai kendala menjadi tantangan yang terus mereka cari jalan keluarnya.

Setelah 10 tahun berjalan, kini kebun bunga krisan milik pasangan tersebut kian berkembang pesat. Permintaan dari berbagai daerah pun terus meningkat. “Kami sekarang mendapat pesanan dari banyak daerah. Ada dari Surabaya, Bali, Palangkaraya, hingga Manado,” ujar Ignasius.

Bahkan, lanjut dia, proses budidaya yang dilakukan dulu dan sekarang juga sudah mulai berbeda. Jika dulu menanam bunga dulu dan setelah panen baru cari pasar untuk menjual bunga. Namun sekarang ia menanam bunga krisan dengan bebrbagai jenis varietas sesuai permintaan pembeli.

“Kebutuhan bunga krisan sangat besar tapi kami belum ada modal untuk itu. Tapi kami sudah punya jaringan kemitraan dengan florist (toko bunga) di berbagai daerah seperti Surabaya. Untuk Bali permintaan terus berkelanjutan dan tidak ada bulan yang sepi untuk mengirim kesana,” katanya.

Di Bali permintaan bunga krisan diperuntukkan bagi hotel dan villa milik warga negara asing. Selain itu, juga digunakan untuk kegiatan upacara adat bagi masyarakat  pulau Dewata. Namun, momen dua minggu setelah Hari Valentine 14 Februari, permintaan dari Bali berkurang drastis dan kembali normal setelah memasuki bulan Maret.

Ia menuturkan, varietas bunga krisan cukup banyak. Bahkan jenisnya mencapai lebih dari 100 macam. Namun permintaan bunga asli dari daerah sub tropis itu masih bervariasi. Rata-rata yang paling diminati varietas introduksi asal Belanda. Sedangkan verietas yang diperkenalkan oleh Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Bogor hingga kini masih kurang diminati pasar.

Adapun permintaan bunga introduksi Belanda yang banyak diminati yakni varietas White Fiji jenis Standar Putih sebanyak 17 persen. Lalu jenis Aster Putih sekitar 12 persen, Aster Kuning 8 persen, Aster Pink varietas Reagent Pink 7 persen dan Aster Orange varietas Grand Orange 6 persen. Sedangkan varietas Rivet jenis Standar Hijau sekitar 10 persen, Pompon Hijau varietas Yoko Ono sekitar 9 persen dan Standar Pink varietas Fiji Pink 6 persen.

 

Proses Budidaya

Pada awal tahun 2000-an budidaya bunga krisan sudah ada di wilayah yang dikenal dengan nama Nongkojajar tersebut. Saat itu petani menanam dalam jumlah kecil di lahan yang belum terlalu luas dengan skala rumahan.

Saat itu, proses penanaman masih mengandalkan bibit bunga dari wilayah Jawa Barat. Melihat potensi pembibitan bunga krisan yang tidak terlalu sulit, Ignasius pun mencobanya. Tak hanya menanam bunga tapi mulai dari proses pembibitan sudah dimulai sejak usahanya berjalan awal 2005.

Ia pun bercerita mengenai proses pembibitan bunga krisan. Dimulai dari fase vegetatif dengan pengambilan batang melalui cara stek dari induk tanaman (mother plant). Setelah itu, batang yang dipoting dirapikan ukurannya agar sama panjang dengan menggunakan silet. Lantas batas tadi dicelupkan pada cairan yang disebut root up.

Cairan root up digunakan untuk membantu proses penumbuhan akar pada batang yang distek. Kurang dari 24 jam, batang yang terdapat daun dan tunas muda itu lalu ditanam didalam sekam bakar. Dalam tempo sekitar dua minggu atau maksimal 15 hari, bibit yang sudah keluar akar bisa ditanam di lahan tanah yang luas.

Sebelum ditanam, kondisi tanah juga harus bagus dengan diberikan pupuk kandang dan diolah. Pada fase generatif, bibit bunga krisan yang berakar ditancapkan ke tanah. Proses bibit hingga mencapai tinggi 1-1,25 meter dan bisa berbunga membutuhkan waktu sekitar tiga bulan atau 85-90 hari.

Dikarenakan bunga tersebut berasal dari iklim sub tropis yang memiliki pencahayaan matahari lebih dari 12 jam, maka perlakuan perawatan pun berbeda. “Kalau disini matahari hanya 12 jam. Tapi bunga krisan ini butuh cahaya sekitar 16 jam. Jadi empat jam tambahannya diberikan melalui penerangan cahaya lampu TL kuning selama empat jam di malam hari,” ungkapnya.

Proses penambahan sinar dari lampu berukuran 18 watt tersebut dilakukan sejak fase vegetatif pada prosers penumbuhan akar hingga penanaman di lahan tanah selama satu bulan. Setelah tumbuh lebih besar, penyinaran tambahan tidak lagi diperlukan, khususnya di tahap dua bulan saat pembungaan hingga panen.

Di saat bunga sudah mulai tinggi, karena batangnya tidak begitu kuat, maka dibuatkan tali jarring kotak dengan diikatkan pada pagar bambu. Tiap kotak tali diisi satu batang bunga. Proses memanen pun dilakukan dengan cara mencabut langsung batang hingga akarnya lepas dari tanah.

Untuk harga jual bibit bunga krisan yang telah berakar per batangnya sekitar Rp 200. Namun jika sudah berbunga dijual dengan harga Rp 1.000 per batang. Keuntungan budidaya bunga krisan juga cukup menjanjikan. Bahkan kentungan bisa lebih dari 100 persen.

Misalnya dengan modal sebesar Rp 10 juta dengan masa tanam sekitar tiga bulan setelah panen bisa mendapatkan Rp 25 juta. Kendati profitnya cukup tinggi, perawatan bagi bunga krisan tidaklah mudah. Dibutuhkan perlakuan khusus sejak proses pembibitan hingga panen.

Persoalan hama juga menjadi kendala bagi petani bunga krisan. Ada hama yang nama lokalnya dikenalmasyarakat dengan istilah cabuk putih berupa serangga kecil yang bisa terbang. Selain itu ada pula cabuk  hitam, leaf manner, karat daun hingga ulat yang memakan dan merusak daun.

Untuk mengatasinya, petani masih bisa melakukan penyemprotan pestisida pada bunga. “Kalau pakai pestisida masih aman, karena bunga krisan ini kan bukan komoditi konsumsi jadi tidak masalah,” kata Sekretaris Gapoktan Duta Flora, Sentot Sunaryo Hadi.

Wilayah Nongkojajar kini memang dikenal dengan komoditi bunga krisan. Selain lokasi strategis untuk pemasaran, kondisi agroklimatnya juga cukup bagus. Namun untuk bisa mendapatkan keuntungan yang besar, maka petani disarankan menggunakan 16 pola tanam.

Artinya, setiap satu pola dengan pola lainnya diberikan jeda waktu tanam. Sehingga, saat tanam di pola terakhir ke-16, maka pola tanam yang pertama sudah bisa panen. Berselang beberapa hari selanjutnya bisa dipanen pola kedua dan seterusnya.

Namun yang perlu diperhatikan, kondisi cuaca kemarau atau hujan juga berpengaruh pada cepat atau lambatnya proses pemekaran bunga. Dengan tingkat keuntungan yang menggiurkan dan proses yang sedikit butuh ketelatenan, apakah anda berminat budidaya bunga krisan? Jika ingin belajar, anda bisa datang langsung ke Nongkojajar. (afr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait