Jumat, 20 September 2024

PKKP-BI ITS Gelar Focus Group Discussion Pembangunan Desa

Diunggah pada : 4 Januari 2024 15:09:26 36
Kepala PKKP-BI ITS, Arman Hakim Nasution (paling kanan) saat menerangkan konsep ABMAS Produk dan BUM Desa Award kepada Dewan Pakar Capres, pada kegiatan FGD bertajuk Pembangunan Desa, di Surabaya, Kamis (4/1/2024). Foto : Vivin

Jatim Newsroom – Guna menciptakan ruang diskusi untuk menghasilkan rumusan kebijakan yang berlaku pada pemerintahan ke depannya, sebagai lembaga pendidikan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis dan Industri (PKKP-BI) ITS Surabaya, menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Membangun Ekonomi dan Teknologi Desa Berbasis Sociopreneur Aktivis Kampus’. 

Kegiatan FGD yang berlangsung pada Kamis (4/1/20234) di Surabaya ini, berbentuk dialog interaktif antar Tim Ahli Bacapres masing-masing perwakilan, dan dihadiri oleh para akademisi pusat kajian lima Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Dewan Pakar Bacapres, mahasiswa pasca serta alumni. Turut hadir dalam FGD, para panelis yang berasal dari ITS, UNAIR, UI, UB, dan perwakilan Mahasiswa Millenial.

Ketua PKKP-BI ITS, Arman Hakim Nasution, menyampaikan, PKKP-BI itu terbiasa untuk melakukan diskusi supaya bisa merumuskan suatu kebijakan terbaik dan bisa mewakili semua pemikiran-pemikiran. 

“Tema kegiatan ini memakai tag-line ‘adu gagasan’, meskipun terkesan seram ini kan hanya untuk memicu semangat, bukan saling menyerang. Kalau kita bicara dalam hal ini adu gagasan antara dewan pakar dari pada tiga bakal calon presiden, maka tentunya ini adalah gabungan pemikiran-pemikiran yang harus diakomodasi dan bisa disebar luaskan ke seluruh masyarakat,” jelas Arman. 

Mengingat tema kegiatan ini adalah ‘Membangun Ekonomi dan Teknologi Desa Berbasis Sociopreneur Aktivis Kampus’ Arman menuturkan, desa itu merupakan penopang perekonomian yang potensinya cukup besar. 

“Kami dari Pusat Kajian Kebijakan Publik ITS itu adalah salah satu lembaga ABMAS di ITS. Kita sudah terbiasa mengembangkan desa sejak tahun awal Covid 2020 awal, sehingga kita tahu potensi desa itu tinggi untuk mendukung kota, maupun sebagai bagian dari bisnis milenial,” terang Arman. 

Arman menjelaskan, sejak tahun 2020 sampai 2023, yang mana pada tahun 2020 itu dimulainya pandemi Covid, ITS memulai program bernama ABMAS Produk, yang merupakan pengabdian masyarakat berbasis produk tidak parsial-parsial. 

“Ketika berbicara ABMAS produk yang diinisiasi oleh ITS, maka kita melihat untuk bisa menggerakkan desa secara bersama-sama akan sulit dan tidak efisien apabila hanya ITS saja yang bergerak. Maka kami menginovasi asosiasi yang dinamakan dengan ADIDES atau singkatan dari Asosiasi Dosen Integrator Desa,” jelasnya. 

“ADIDES ini fungsinya melakukan sharing knowledge atau berbagi ilmu pengetahuan dan koordinasi program, sehingga dana-dana yang ada di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menjadi bagian dari anggota ADIDES ini bisa dioptimalkan dalam membangun suatu desa,” sambung Arman. 

Supaya bisa menggerakkan ADIDES, Arman mengatakan, maka diciptakan program leadership and mentoring aktivis kampus yang merupakan sociopreneur aktivis kampus. “Konsep-konsep pengembangan programnya, berasal dari para dosen. Sedangkan pemain lapangan atau penggerak masyarakatnya adalah para aktivis kampus, yang sudah kita latih selama delapan minggu untuk mampu menggerakkan ekonomi dan bisnis yang ada di desa,” ungkap Arman. 

Meski kegiatan ini mengundang para dewan pakar capres, Arman menegaskan bahwa kegiatan ini tidak mengandung unsur politik. “Yang kita maksud tidak ada unsur politik, bahwa kita kan tidak memihak pada salah satu calon, sehingga semua dewan pakar calon itu kita undang. Kita memang fokus ke dewan pakar capres, karena kita adalah akademisi, sehingga kita ingin tahu apa latar belakang dari pola pikir program calon presiden, karena kita harus tahu risetnya apa,” ujar Arman. 

Arman berharap, melalui kegiatan ini semoga bisa menghasilkan suatu formula yang bisa ditawarkan kepada siapapun bakal calon presiden yang akan menang. “Karena pada prinsipnya kita tidak berbicara dari unsur politis. Sudah saatnya perguruan tinggi ini memahami aspek-aspek politis, kita tidak akan bisa membangun negara ini melalui kebijakan publik kalau kita tidak memahami aspek-aspek politis,”  tukasnya. 

Sementara itu, Dewan Pembina ADIDES, Ady Setiawan mengatakan, kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi agar ada feedback atau umpan-umpan utamanya dari para akademisi terhadap program yang ditawarkan para calon. Sehingga siapapun nanti yang dipilih oleh masyarakat, itu mendapatkan suatu rekomendasi kebijakan yang konkret dari ADIDES maupun Pusat Kajian Kebijakan Bisnis ITS.

“Jadi, kita tidak masuk pada political yang pragmatis, tapi kita mengedukasi kepada semua komponen bangsa ini untuk bisa mendapatkan masukan kepada seluruh pasangan calon siapapun nanti pasangan yang dipilih masyarakat kita juga sodorkan rekomendasi itu. Dari kegiatan ini, kita akan rumuskan bahwa hasil dari beberapa visi misi pasangan calon kemudian feedback dari akademisi maupun panelis nanti akan kita rumuskan dan itu berlaku umum untuk bangsa ini,” pungkas Ady. (vin/s)

#ADIDES #PKKPBI ITS