Jumat, 20 September 2024

Gronjong Wariti Jadi Pioner Wisata Desa di Kabupaten Kediri

Diunggah pada : 21 Juni 2023 11:29:13 6012
Tim Pendamping Desa Kabupaten Kediri dan pengelola wisata saat menerima kunjungan Tenaga Ahli Provinsi Jatim di Gronjong Wariti, Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Selasa (20/6/2023). Foto: PD Kabupaten Kediri.

Jatim Newsroom- Tidak pernah menduga sebelumnya, aliran sungai yang melintasi Desa  Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, kini menjadi keberkahan bagi masyarakat disekitarnya. Setelah dikelola dengan baik dibawah nauangan BUMDes Hapsari, kawasan wisata yang dinamai Gronjong Wariti kini dalam sebulannya omsetnya tembus hingga Rp 300 juta meskipun tanpa memungut tiket masuk.

“Omzet tersebut adalah berasal dari sirkulasi uang yang beredar di Gronjong Wariti dengan 39 wahana dan beragam UMKM yang menjajakan beragam makanan dan minuman,” terang Heru Ismanto, Ketua BUMDes Hapsari, Desa  Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Rabu (21/6/2023).

Heru Ismanto menceritakan, dengan capaian yang diperoleh BUMDes Hapsari, kini Gronjong Wariti menjadi pioner BUMDes se Kabupaten Kediri yang tengah mengembangkan wisata desa. “Berkahnya, kami sering kedatangan tamu dari berbagai desa baik di Kabupaten Kediri maupun wilayah lainnya, untuk sama-sama tukar informasi dan belajar bersama,” katanya.

Heru menerangkan, sebelum 2016, sungai yang kini menjadi objek wisata kondisinya masih sangat kotor. Meski sudah dinormalisasi, pendangkalan tetap sering terjadi. Bahkan, tuas besi pemutar pintu air saluran irigasinya sempat hilang. Jika turun hujan deras dan air meluap, lahan di kanan-kirinya menjadi langganan tergenang.

Bersama warga, ia membersihkan sungai bernama Gronjong tersebut. Mengeruk sedimennya. Membersihkan sampah-sampahnya. Lalu, merapikan dan membersihkan lahan-lahan di sekitarnya. Tepat tanggal 11 April 2016, gerakan bersih-bersih sungai itu pertama kali dilakukan. Semula tak banyak warga yang ikut. Tapi, itu tidak membuat menyerah. Pihaknya punya keyakinan dan visi besar. Sungai yang bersih bisa dijadikan wisata. Dan, wisata bisa menggerakkan perekonomian warga.

Setelah terlihat bersih, orang mulai mau untuk datang. Pelan-pelan area itu pun ditata. Lalu, pada 2018, pemerintah desa mulai mengucurkan anggaran Rp 35 juta dari dana desa (DD) untuk membangun jalan paving dan sarana prasarana lain.

Kini, saat pengunjung pertama kali menginjakkan kaki, terdengar suara gemericik air yang jatuh dari bendungan berundak. Bendungan kecil itu seolah menyambut siapa pun yang datang karena berada tepat di samping pintu masuk wisata.

Suasana terasa sejuk karena rindangnya rumpun bambu. Keberadaan tanaman yang dalam Bahasa Jawa disebut pring itu memang mendominasi. Beberapa perahu berpenumpang wisatawan tampak hilir mudik menyusuri sungai sepanjang sekitar 1 kilometer.

Selain wahana perahu, masih ada puluhan wahana permainan lainnya. Total ada 39 wahana. Mulai dari flying fox, bianglala, hingga kereta kuda. Di berbagai titik, puluhan warung-warung sederhana yang menjajakan aneka makanan siap menyambut pengunjung yang lapar. Bahkan ada pula lokasi khusus untuk berkaraoke.

Tak hanya itu, sejumlah fasilitas penunjang juga tersedia, seperti kamar kecil, layanan informasi, tanah lapang untuk kegiatan kelompok, hingga balai untuk tempat pertemuan. Wahana permainan yang lengkap tetap tidak menghilangkan nuansa pedesaan di lokasi tersebut. Bahkan permukaan tanahnya dipertahankan sebagaimana aslinya, berupa tanah abu letusan Gunung Kelud.

Awal mula berdirinya Gronjong Wariti Keberadaan lokasi yang kini menjadi tempat wisata unggulan tersebut tidak lepas dari peranan dua warga, yaitu Basuki Widodo yang akrab disapa Awik dan Riadi atau dikenal dengan nama Ndarik.

Direktur Gronjong Wariti, Riadi Ndarik menerangkan, tiga tahun berjalan sejak pertama kali dibersihkan 2016 lalu, tingkat kunjungan di Gronjong Wariti kini bisa menembus lebih dari seribu orang per minggu. “Pengunjung tidak dikenakan tiket masuk. Hanya bayar saat menggunakan wahana,” ungkap Riadi. Harga makanan di sana juga dijamin murah. Semua terkontrol.

Pengunjung tersebut selain dari Kediri, mereka datang dari kabupaten/kota lain. Seperti Mojokerto, Jombang, dan Nganjuk. “Pernah juga ada wisatawan Jepang,” lanjut Riadi pernah tinggal di Denpasar, Bali.

Adanya peningkatan jumlah pengunjung, Pemdes Mejono selanjutnya kembali mengucurkan Rp 100 juta dari DD untuk penambahan sarana prasarana. Salah satunya kolam renang. “Untuk pendapatan asli desa, sejak Desember 2018 sampai kini, kami sudah setor Rp 14 juta,” terengnya.

Ketua Asosiasi Pegiat Desa Indonesia (APDI) Kabupaten Kediri, Supri mengatakan, pengembangan desa wisata diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk percepatan pembangunan desa terpadu untuk mendorong kesejahteraan masyarakat di dalamnya. Desa wisata yang telah maju nantinya akan memberikan efek domino berupa peningkatan kualitas lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian budaya.

Menurutnya, peran strategis desa saat ini berkontribusi besar dalam pembangunan nasional. Selain menyuplai kebutuhan pangan dan kebutuhan tenaga kerja, desa juga berkontribusi terhadap perkembangan pariwisata nasional. Tren desa wisata semakin populer pascapandemi COVID-19, dimana tren wisata cenderung menjadi personalize, customize, localize, dan smaller in size.  Kondisi ini membuat jumlah desa wisata terus berkembang setiap tahunnya. Saat ini, sudah terdapat 3.613 desa wisata yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan berbagai klasifikasi mulai dari desa wisata rintisan hingga desa wisata mandiri. (jal)

#desa wisata #bumdes