Kamis, 18 April 2024

Pantai Gemah Tulungagung, Kini Magnet Baru Jalur Lintas Selatan

Diunggah pada : 20 Oktober 2017 11:46:12 2575

Mengunjungi Tulungagung rasanya kurang sah jika belum membasuh kaki dengan air laut di pantainya. Tulungagung memang punya sejumlah pantai cantik yang eksotis, satu di antaranya Pantai Gemah.

Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km arah barat daya Kota Surabaya ini, selain penghasil marmer terbesar di Indonesia, kabupaten ini juga memiliki Pantai Kedung Tumpang, Pantai Molang, Pantai Popoh, Pantai Coro, Pantai Pathok Gebang, Pantai Lumbung, Pantai Sanggar, Pantai Ngalur, Pantai Klatak, dan Pantai Sidem.

Jika bosan dengan suasana pantai berpasir putih, ada baiknya menjajal pantai yang biasa disebut warga sekitar Pantai Gemah. Sebelum Jalur Lintas Selatan (JLS) dibangun, pantai ini jarang disinggahi wisatawan karena letaknya yang tersembunyi di kawasan Teluk Popoh.

Untuk menuju lokasi, wisatawan bisa mengarahkan kemudinya ke Desa Keboireng Kecamatan Besuki, sekitar 1,5 jam perjalanan dari terminal Tulungagung. Mendekati kawasan pantai, wisatawan mulai melintasi JLS Pacitan – Trenggalek –Tulungagung. Perjalanan yang menyenangkan karena sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi pemandangan sangat indah. Sejak di perjalanan, dari ketinggian sudah terlihat pantai berpasir kecoklatan nan eksotis lengkap dengan pohon cemara yang berjajar di sepanjangan garis pantai.

Memasuki lokasi, wisatawan disambut deretan motor All Terrain Vehicle (ATV) dan motor trail untuk menjelajah bibir Pantai Gemah. Untuk menikmati fasilitas ini, pengelola memasang tarif antara 50-100 ribu rupiah per jam, bergantung jenis dan ukuran centimeter cubic (CC) kendaraan.

Rio Efringgo, salah seorang pemilik jasa penyewaan ATV menyatakan senang bisa ikut meramaikan tempat wisata di daerahnya. Dengan modal Rp 27 juta ia membeli satu unit motor ATV. Di tempat ini, lanjut Rio, ada lebih dari 20 unit ATV dan motor trail. “Untuk mendapat jatah penyewaan, kami gantian,” ujarnya seraya menambahkan, jika ramai pengunjung, sehari bisa mengantongi Rp 300 ribu.

Warga asli Keboireng ini berencana bersama teman-temannya akan membuka persewaan kursi dan payung untuk berjemur, serta papan serfing."Tapi kita lihat dulu bagaimana respon pengunjung khususnya wisatawan asing. Kalau banyak yang datang, kita siap berinvestasi lagi," kata Rio.

Sejak 2015
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Keboireng, Jumarli saat menerima kunjungan sejumlah wartawan bidang pariwisata mengatakan, pengelolaan pantai ini dirintis sejak Mei 2015. Resmi dinyatakan sebagai objek wisata andalan Kabupaten Tulungagung Juni 2017. Sejak itulah pengunjung dikenai retribusi masuk. Untuk parkir sepeda motor Rp 2.000, mobil dan bus Rp 5.000 dan Rp 10.000.

Karcis masuk khusus Sabtu dan Minggu serta hari libur per orang Rp 7.500. Untuk Senin-Jumat Rp 5.000. “Di usia bawah 7 tahun tidak bayar,” kata Jumarli.

Pemasukan itu kemudian dibagi untuk pengelola, Pemkab, Perhutani, Desa, dan untuk dana asuransi. Juli hingga September 2017, pengunjung Pantai Gemah mencapai 225.395 orang. Terbanyak pada bulan Juli saat libur panjang Hari Raya Idul Fitri. Waktu itu jumlah wisatawan mencapai 145.335 orang. Bulan Agustus 33.720 orang, dan September 46.340 orang.

Berkah JLS
Jumarli tidak memungkiri bahwa keberadaan Jalur Lintas Selatan (JLS) yang digagas pemerintah pusat untuk membuka akses di bagian Selatan Jawa, menjadi titik efektif untuk memperkenalkan pesona kawasan pesisir Tulungagung.

Lewat JLS, Tulungagung semakin dikenal bukan hanya oleh masyarakat Jawa Timur saja tetapi juga orang-orang dari Kalimantan, Sumatera, Jakarta, Bandung, dan Bali. “Dulu kawasan ini berupa hutan. Adanya JLS mengubah segalanya,” tuturnya dengan mata berbinar.

Ia bercerita, orang yang melintas lewat JLS membantu mempromosikan Tulungagung dengan obyek wisata pantainya. Mereka kerap menyempatkan diri berswafoto atau selfi baik sendiri atau rombongan, kemudian mengunggah foto jalur JLS dan pantainya ke media sosial. “Itu jadi promosi gratis,” kata Jumarli sambil tersenyum.

Promosi itulah yang kemudian mengundang rasa penasaran orang. Inilah salah satu hasilnya. Mohammad Ridwan, warga Kabupaten Trenggalek, bersama keluarganya datang untuk melihat keindahan Pantai Gemah.

“Saya sebelumnya hanya melihat pantai Gemah dari Youtube dan Facebook. Ternyata memang sangat bagus. Ombaknya tidak terlalu tinggi, jadi masih aman untuk berenang,” kata bapak dua anak ini.

Pantai Gemah yang bisa dijangkau oleh hampir semua alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, bahkan bus-bus pariwisata sangat memudahkan pengunjung sampai ke lokasi.“Jalannya sangat mulus. Beberapa kali saya berhenti untuk megambil gambar karena memang sangat indah,” ujarnya.

Pantai berpasir kecoklatan sepanjang hampir 2 Km itu memanjakan setiap pengunjung yang ingin mengeksplorasinya, belum lagi ombaknya yang tidak terlalu tinggi membuat sejumlah keluarga berani berenang dan bermain bola plastik. “Sayang saya lupa bawa bola, jadi ya cukup berenang saja, itupun sudah sangat menyenangkan,” tambah Ridwan sembari merapikan bekal yang dibawanya.

Pengunjung yang tidak ingin berenang atau takut bermain motor, tidak perlu khawatir, karena di lokasi ini terdapat beberapa spot yang bisa dipakai untuk bersantai ria menikmati sejuknya hembusan angin laut di bawah rimbunnya pohon cemara.

Untuk bisa menikmatinya cukup dengan menggelar tikar dan memilih lokasi yang pas.“Luasnya samudera serta dataran tinggi pegunungan akan menghipnotis siapa saja. Mereka bisa lupa waktu,” tutur Ketua Pokdarwis Jumarli seraya tersenyum.

Yang tidak kalah eksotik terjadi menjelang terbenamnya matahari, kilauan cahaya sang surya yang terpantul di permukaan air laut, seakan menarik tangan setiap penikmatnya untuk mengabadikan momen indah ini. “Jika hari libur banyak pengunjung yang menunggu hingga matahari terbenam, karena memang sangat indah dan sayang untuk dilewatkan,” tambah Jumarli.

Tambah Fasilitas
Melihat semakin banyaknya pengunjung, Jumarli ingin ke depan objek wisata yang dikelolanya menambah fasilitas. Seperti perluasan lahan parkir dan wahana flaying fox sepanjang 150 meter.“Saat ini sedang dikerjakan, Desember wahana flaying fox sudah bisa digunakan,” kata Jumarli

Selain itu, pengelola dibantu Pemkab dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berencana membuat homestay atau hunian murah di sekitar Desa Keboireng untuk wisatawan. Pengelola sedang mendata warga yang siap rumahnya dijadikan rumah inap wisatawan.“Lokasi desa kami dengan pantai memang agak jauh, tapi kami tetap optimistis diminati pengunjung,” tambahnya.

Dengan berkembangnya sektor wisata, Jumarli berharap, warga desa tidak lagi mengandalkan usaha buruh tambang atau petani. Namun juga mengembangkan kerajinan untuk oleh-oleh pengunjung, atau souvenir seperti kaos, topi dan payung.

Agar pengunjung betah berlama-lama di Pantai Gemah, pengelola menyiapkan beberapa fasilitas seperti WC umum, Mushola, dan warung yang menyediakan makanan serta minuman yang terletak tidak jauh dari pintu masuk. Harga yang dipatok para pedagang dijamin tidak akan menguras kantong. Untuk es kelapa muda segar dipatok Rp 10.000 per butirnya, sedangkan satu porsi makanan seperti soto, bakso, pecel, serta rawon di patok Rp10-15 ribu saja.

Kepala Desa Keboireng, Suprio Bandowo menambahkan, hingga saat ini jumlah pedagang di pantai Gemah ada 15 stan, mereka adalah warga lokal yang mencari nafkah dan membantu pengelolah menjaga kebersihan pantai.

Suprio berharap, kedepan Pemkab Probolinggo menemukan investor yang berminat menanamkan modalnya, untuk mengembangkan lokasi wisata ini, sehingga Gemah bisa menjelma menjadi salah satu objek wisata pantai yang diperhitungkan. “Jika tempat ini bisa berkembang dan maju, masyarakat atau warga sekitarnya pasti akan ikut merasakannya sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian,” harapnya. (Ach Muhadjir)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait