Kamis, 28 Maret 2024

Ekspor ke Amerika Serikat, BBKP Surabaya Periksa 510 Kg Vanili

Diunggah pada : 18 April 2018 11:05:02 2434

Jatim Newsroom-  Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya wilayah kerja Bandara Juanda – Sidoarjo melakukan pemeriksaan 510 kg  atau 10 kotak vanili (Vanilla planifolia) yang akan diekspor ke Amerika Serikat. Pemeriksaan dilakukan pada 13 April 2018 di Gudang Pengemasan CV KN di Dampit, Kabupaten Malang. 
 
Petugas pemeriksa BBKP Surabaya wilayah kerja Bandara Juanda – Sidoarjo, Mukti Asdy, Rabu (18/4) mengatakan, pemeriksaan dilaksanakan untuk memastikan bahwa vanili tersebut bebas dan aman dari kutu gudang seperti Necrobia rufipes.Berdasarkan hasil pemeriksaan, vanili tersebut dipastikan bebas dan aman dari kutu gudang, sehingga komoditas pertanian senilai kurang lebih Rp 1 miliar tersebut siap untuk dikirim ke Amerika Serikat. 
 
Vanili dikenal sebagai bahan pengharum pada bahan makanan dan minuman, bahkan untuk kosmetik dan parfum. Aroma yang khas dari hasil ekstrak buah vanili disebabkan oleh substansi vanilin (C8H8O3). Selain sebagai pengharum, vanili juga bermanfaat untuk mengurangi nafsu makan, pengusir serangga, dan melembutkan kulit. 
 
Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar vanili di dunia, dengan areal pertanaman tersebar di Garut, Temanggung, Malang, Banyuwangi dan Papua. Vanili Indonesia banyak digemari konsumen luar negeri karena kualitas vanili Indonesia yang lebih unggul dibandingkan negara lain. 
 
Rudi Ginting, Ketua Perkumpulan Petani Vanili Indonesia menambahkan, dalam lima tahun terakhir ini vanili sudah menjadi tanaman primadona. Hal ini lantaran harga vanili diatas Rp 2 juta per kilogram (kg). Pada tahun 2001 Indonesia pernah menjadi eksportir vanili terbesar dunia. 
 
Saat ini harga vanili sudah mencapai Rp 5 juta per kg. Bahkan, sempat menyentuh Rp 6,2 juta per kg pada akhir tahun 2017. Pada saat itu Negara Meksiko, Ghana dan Madagaskar belum mengalami panen puncak. 
 
Dia menerangkan, dalam satu hektar bisa ditanami 2.500-3.000 pohon vanili. Satu pohon dapat menghasilkan 0,3 sampai 0,4 kg vanili kering. “Produksi ini tergantung perawatan dan cara mengolah vanili dengan baik. Tanaman ini panen dua kali dalam setahun,” katanya. 
 
Rudi menjelaskan, vanili pernah menjadi idola dan meredup lantaran harga jatuh di tingkat petani. Harga jatuh karena adanya permainan eksportir.“Untuk itu, ke depan kualitas vanili harus ditingkatkan. Salah satu faktor harga vanili turun dan ditolak ekpor lantaran rendahnya kualitas vanili petani,” kata Rudi yang juga petani vanili. 
 
Selain itu, katanya, pasca panen vanili terutama dalam proses pengiringan disamakan dengan tanaman padi dan jagung. Tidak bisa dijemur langsung di bawah sinar matahari, namun harus melalui proses fermentasi. “Dan yang diterima di pasar luar negeri vanili kering dari hasil fermentasi, dengan kadar air minimal 12%-15%,” tambahnya. 
 
Tanaman vanili dapat tumbuh pada ketinggian minimal 400 dibawah permukaan laut. “Sehingga tidak semua daerah Indonesia dapat ditanami tanaman asal Meksiko ini,” ujar Rudi. 
 
Menurutnya, tantangan sekarang dalam pengembangan vanili, minimnya ketersediaan benih unggul. Meskipun sudah diproduksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), namun harganya cukup mahal sekitar Rp 30.000 per pohon. “Harga segitu terlalu mahal bagi petani,” tandasnya. 
 
Dia menuturkan, pasar ekpor vanili cukup besar utamanya ke Negara Eropa dan Amerika Serikat (AS). “Pesanan vanili kering ke AS bisa mencapai 8 ton per bulan,” ungkapnya. 
 
Sementara itu, negara pesaing penghasil vanili Indonesia yakni Papua Nugini dan Timor Leste. “Kedua Negara tersebut sudah memiliki ratusan hektar tanaman vanili dan sepanjang tahun panen karena pola tanam sudah tertata dengan baik,” bebernya. 
 
Untuk itu, pada peringatan Hari Perkebunan ke-26 ini para petani mendirikan perkumpulan petani vanili Indonesia. “Saat ini kami sedang menyusun sruktur kepengurusan organisasinya besarta program kerja,” jelas Rudi. (jal/s)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait