Sabtu, 20 April 2024

Antisipasi OPT dan Perubahan Iklim, EWS Bawang Putih Diperkuat

Diunggah pada : 24 Juli 2020 9:31:23 136

 

Jatim Newsroom- Guna mengantisipasi ketersediaan komoditas bawang putih dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta keadaan iklim yang tidak kondusif. Kementerian Pertanian perkuat pengawasan early warning system (EWS).

Bawang putih merupakan komoditas hortikultura strategis yang sedang dikembangkan secara intensif untuk memangkas volume impor yang masih tinggi. Namun demikian, praktek di lapangan sering terjadi berbagai masalah yang dapat menurunkan jumlah produksi.

Salah satunya adalah perubahan ekosistem pertanian dan pola budidaya, termasuk perubahan iklim (kekeringan/banjir). Kondisi ini ikut berdampak terhadap perkembangan populasi, jenis dan status OPT serta keadaan keseimbangan musuh alami.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menjelaskan, data EWS Perlindungan Hortikultura telah dilakukan pada wilayah sentra utama pengembangan hortikultura. Untuk komoditas bawang putih, wilayah EWS dipantau sebanyak 30 kabupaten/kota sebagai daerah sentra utama penyangga produksi nasional, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.

“Kami harapkan dengan terpantau dan terkawalnya lokasi ini, 75-80 persen luas tanam dan produksi bawang putih nasional aman. Data ini kami kawal dengan ketat dan dilaporkan oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura secara periodik per 2 minggu,” ujar Prihasto, Jumat (14/7).

Data OPT tersebut lanjut Prihasto, meliputi Luas Tambah Serangan (LTS), Luas Keadaan Serangan (LKS) dan Luas Pengendalian (LP) OPT. Pantauan ini dilaporkan secara rutin sebelum tanggal 5 dan tanggal 20 bulan berjalan oleh Koordinator POPT Kabupaten (Kortikab). Berikutnya, dilaporkan ke sekretariat Satgas Perlindungan Kementerian Pertanian.

Saat ini OPT yang dominan pada tanaman bawang putih yaitu bercak ungu/trotol, layu fusarium dan ulat daun (Spodoptera exigua), namun demikian masih terkendali. OPT yang diwaspadai pada musim kemarau adalah ulat daun karena serangannya lebih banyak terjadi di musim kemarau.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf menjelaskan, dalam mengawal lokasi EWS bawang putih tersebut, pihaknya secara intensif berkoordinasi dengan kepala UPTD BPTPH Provinsi dan Kortikab POPT di Kabupaten/Kota sentra.

Caranya dengan langkah konkret di lapangan yaitu mendorong penerapan budidaya tanaman sehat, pemilihan benih varietas tahan yang sehat dan bebas OPT, pencelupan benih sebelum tanam dengan mikroba perakaran/Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).

Selain itu juga penggunaan perangkap likat kuning, perangkap feromon seks, lampu perangkap, shading net serta pengendalian dengan menggunakan agens hayati (Trichoderma spp). Khususnya, untuk mengendalikan penyakit tular tanah seperti layu fusarium. “Bahan pengendali yang ramah lingkungan ini juga dapat petani peroleh melalui klinik PHT atau LPHP wilayah setempat,” ujarnya.

Yanti menambahkan, Kementan terus mendorong sosialisasi dan penerapan pengendalian OPT sesuai sistim Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pembinaan dan pendampingan pengendalian OPT. Baik oleh pusat (Direktorat Perlindungan Hortikultura) maupun daerah (Dinas Pertanian dan UPTD BPTPH Provinsi).

Secara nasional, data EWS disesuaikan hitungannya berdasarkan produksi rogol kering askip. Prediksi Ditjen Hortikultura pada Bulan Juni  - Oktober 2020 terdapat produksi sebanyak 28.910 ton. Seluruh produksi bawang putih yang dihasilkan diasumsikan seluruhnya dijadikan benih untuk pertanaman selanjutnya.

Angka produksi ini harus terus dilakukan pengawalan oleh petugas POPT di tingkat lapang dengan cara menurunkan tingkat serangan OPT untuk mengamankan produksi komoditas bawang putih nasional. (jal)

 

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait