Kamis, 28 Maret 2024

JATIM MILIKI 15 DAERAH YANG PUNYA SEKOLAH INKLUSIF

Diunggah pada : 16 Juni 2011 14:14:02 765
thumb

Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, 15 daerah telah membuka program pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau sekolah inklusif mulai tingkat SD/SMP/SMA hingga SMK.
“Sekarang baru 15 kabupaten/kota yang merespon dan melengkapi pendidikan inklusifnya, di antaranya Surabaya, Bayuwangi, dan Malang," kata Kepala Bidang TK/SD dan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur, Nuryanto di Surabaya, Kamis (16/6).
          Pembinaan pendidikan luar biasa dan pendidikan khusus, diakui Nuryanto, masih terpisah-pisah. Kondisi Ini menyebabkan pengembangannya belum optimal. Karena itu,  Pemprov tengah menyiapkan pusat pendidikan khusus, sebagai rujukan pembinaan dan pengembangan.
”Cara ini kami harapkan dapat meningkatkan perhatian daerah. Selain itu, kami akan melakukan spesifikasi bagi pendidikan khusus dan luar biasa di masing-masing daerah yang dapat jadi tempat rujukan,” katanya.
Di Jawa Timur dari rekapitulasi terakhir diketahui, terdapat  388 lembaga pendidikan luar biasa dan khusus. Jumlah itu terdiri dari berbagai jenjang pendidikan mulai TK LB, SD LB, SMP LB, SMA LB sampai dengan tingkatan pendidikan SMK LB, dengan jumlah siswa mencapai 13.159 orang. Selain itu, terdapat sekitar 93 lembaga pendidikan inklusif.
“Kita ingin mendorong daerah agar  pendidikan ini mendapat perhatian bersama dengan cara ini maka sekolah inklusif bisa merata di seluruh kabupaten/kota dan anak-anak berkebutuhan khusus dapat mendapatkan pendidikan,” tuturnya.
Pendidikan khusus dan layanan khusus di Jawa Timur telah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No 6 Tahun 2011 yang mewajibkan setiap kabupaten/kota memiliki lembaga pendidikan inklusif di seluruh jenjang pendidikan, mulai tingkat yang paling rendah di kecamatan, sampai kabupaten.
Kepala Sub Bagian Kerjasama Biro Administrasi Kerjasama Setdaprov Jatim, Aji Arnowo menyatakan siap membantu penyelenggaran sekolah inklusif melalui kerjasama dengan lembaga internasional. Dia mengaku sudah bekerjasama dengan sebuah universitas di Australia untuk memberi pelatihan bagi para guru.
Hingga saat ini Jawa Timur, telah mengirim 12 orang untuk belajar tata cara pengelolaan inklusi di Australia. "Mereka yang akan membuat modul pembelajaran anak inklusi," ujarnya.
Kerjasama Jatim-Australia ini akan membantu pemenuhan fasilitas di sekolah inklusi. Tetapi, tanggung jawab penyelenggaraan diserahkan ke pemerintah kabupaten/kota masing-masing. "Semua tergantung kabupaten/kota karena mereka yang menyiapkan sekolah inklusi, tuturnya. (hjr)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait