Kamis, 25 April 2024

MUI: KELOMPOK NII PEMBERONTAK

Diunggah pada : 29 April 2011 12:00:59 634
thumb

Kelompok orang yang mengatas namakan sebagai kelompok Negara Islam Indonesia (NII) adalah pemberontak (bughot). Karena pemberontak, maka pemerintah wajib untuk menumpasnya.
Demikian dikatakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Abdussomad Bukhori dikonfirmasi, Jumat (29/4). Menurutnya, pemikiran NII merupakan paham yang menyesatkan. Ini karena, mendirikan negara diatas negara adalah perbuatan orang pemberontak. Dan Islam tidak membenarkan adanya pemberontakan, jika keberadaan suatu negara masih diakui oleh penduduknya. “Kalau legalitas (sah secara hokum, red) negara masih diakui oleh rakyatnya, kelompok yang ingin mendirikan negara sendiri disebut pemberontak, dan negara harus tegas untuk menumpasnya,” katanya.
Dia mengatakan, NII merupakan kelompok orang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan label Islam tetapi perilakunya tidak mencerminkan orang Islam. Karena itu, pihaknya berharap, pemerintah supaya cepat turun tangan untuk menumpas paham-paham pembentukan negara Islam ini. “Indonesia adalah negara yang berdasar Pancasila, bukan negara Islam seperti di Arab Saudi, jadi tidak bisa paham NII dimasukkan di Indonesia,” katanya.
Bentuk Pemerintahan Indonesia  dengan menganut Pancasila sudah final. Tidak ada satupun kelompok yang berhak untuk mengubah ideologi negara. Sebagai ulama, kata Abdusshomad, Pancasila merupakan dasar pemikiran dan sumbangsih para ulama tempo dulu.
Pancasila merupakan dasar pembentukan Negara Indonesia yang terdiri dari bermacam suku, ras dan agama. Sehingga tidak benar, ada salah satu agama yang berhak untuk memonopoli dasar pemerintahan.
Lebih lanjut dikatakan, sebenarnya paham NII di Indonesia sudah lama, dan keberadaannya sudah bisa diatasi oleh pemerintah. Karena itu, pihaknya berharap supaya masyarakat tidak panik dan tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang bisa menyebabkan kekerasan.
Ketua Bidang Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Jatim KH Fauzi Afandi dihubungi terpisah mengatakan, maraknya penyebaran paham yang menyesatkan menjadi indikator bahwa saat ini, banyak sekali orang yang mempelajari agama hanya separo, Artinya, tidak mempelajari bagaimana agama itu mengajarkan tentang nilai-nilai toleransi dan saling menghargai.
Kondisi ini, kata Fauzi, akibat dari mempelajari agama tanpa berguru pada ulama dan kyai. Maka terjadi penafsiran ajaran agama berdasarkan sudut pandangnya sendiri. “Karena belajar sendiri, dan tidak berguru pada guru yang benar, maka mereka (NII) menganggap dirinya benar dan orang lain yang tidak sealiran atau sepaham dengannya salah. Maka tidak heran, jika mereka ingin mendirikan negara sendiri,” katanya.
Dia mengatakan, melalui rapat kerja tahunan ini, pihaknya akan memformulasikan cara berdakwah yang lebih inovatif. Dengan metode dakwah yang inovatif ini, harapannya, kaum muda yang mudah dimasuki paham-paham sesat dapat diminimalisasi. (fad)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait