Jumat, 20 September 2024

Sebanyak 34 Mahasiswa Malaysia Belajar Tentang Pendidikan Inklusif

Diunggah pada : 7 Maret 2024 19:55:04 21

Jatim Newsroom - Sebanyak 34 mahasiswa dari Universitas Putra Malaysia (UMP) belajar tentang pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya. Subdirektorat Layanan Disabilitas (SLD UB) ditunjuk langsung untuk mengawal kegiatan kunjungan.

Mahasiswa-mahasiswa UPM yang belajar tentang pendidikan inklusif tersebut juga  tergabung dalam program International Student Inbound Mobility: Jelajah Tani Brawijaya 2024. Meskipun program tersebut tidak hanya berfokus kepada isu disabilitas, namun salah satu rangkaian kegiatan dari program Student Inbound tersebut ialah belajar tentang penerapan pendidikan inklusif di perguruan tinggi terutama penerapan pendidikan inklusif di UB.

Kepala SLD UB Zubaidah Ningsih, Kamis (7/3/2024) mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas antusiasme dari teman-teman mahasiswa UPM yang berkenan datang untuk belajar tentang penerapan pendidikan inklusif di UB.

Dalam kegiatan tersebut Lutfi Amiruddin selaku Kabid Layanan Eksternal memaparkan penjelasan terkait peran SLD di kampus dan juga menjelaskan layanan-layanan yang diberikan UB kepada mahasiswa disabilitas selama menjalani pendidikan. 

Tidak hanya itu saja, Lutfi juga menjelaskan peran SLD UB dalam mewujudkan lingkungan kampus yang ramah terhadap mahasiswa-mahasiswa disabilitas melalui program-programnya.

Setelah proses pemaparan, salah satu mahasiswa dari UPM menanyakan terkait proses pendampingan mahasiswa disabilitas yang merupakan salah satu layanan yang diberikan UB kepada mahasiswa disabilitas. ”

Satu perkara yang menarik bagi saya ialah layanan pendampingan, jadi bagaimana proses layanan pendampingan yang dijalankan di UB?,” tanya mahasiswa tersebut.

Khairun Nasta’in selaku staf bagian layanan menjelaskan bahwa proses pendampingan dilakukan oleh volunteer yang direkrut dari mahasiswa UB sendiri yang diatur dan dikelola menggunakan aplikasi berbasis website yang bernama Enablink.

“Jadi untuk sistem pendampingan kita menggunakan volunteer dari mahasiswa UB lalu untuk proses penjadwalannya memakai aplikasi Enablink,” jelasnya.

Seperti diketahui bahwa aplikasi Enablink merupakan aplikasi yang dirancang untuk membantu dalam proses penjadwalan pendampingan mulai dari pengaturan jadwal perkuliahan sampai proses pencocokan jadwal kuliah mahasiswa disabilitas dengan jadwal luang volunteer. Sehingga akan muncul jadwal pendampingan yang tidak akan bentrok satu sama lain.

Dalam kesempatan tersebut, SLD juga menghadirkan beberapa mahasiswa disabilitas antaralain Fathurrahman Rijal yang merupakan mahasiswa dari fakultas Vokasi, Fasya Hariyuda Pratama dari Fakultas Ilmu Komputer dan Indah Sukma Kartika Sari dari Fakultas Teknologi Pertanian. Kehadiran mereka tentunya untuk berbagi pengalaman selama menjalani perkuliahan di kampus UB.

Pada kesempatan tersebut Faiz, Fathur dan Indah menceritakan pengalaman mereka sejak pertama masuk di UB sampai bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial. “Saya sebelum masuk UB memang sudah terbiasa mandiri, jadi meskipun saya difabel daksa, saya sudah terbiasa mandiri jadi selama di UB tidak terlalu ada kendala,” ucap Indah.

Namun hal itu berbeda dengan Faiz dan Fathur yang merupakan mahasiswa disabilitas tuli yang masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya karena memiliki hambatan komunikasi. Kendati demikian Faiz dan Fathur menjelaskan bahwa peran SLD sangatlah penting dalam proses transisi di awal-awal kuliah di UB.

“Jadi peran SLD UB sangat penting bagi saya karena disediakan pendamping selama kuliah jadi ada orang yang menjembatani saya ketika ada yang ingin berkomunikasi dengan saya,” tegasnya.

Dari sharing-sharing pengalaman tersebut akhirnya banyak hal yang bisa diambil ilmunya, termasuk diantaranya adalah bagaimana menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah terhadap mahasiswa disabilitas. Jadi tidak hanya fokus untuk membenahi fasilitas umum yang ramah terhadap mahasiswa disabilitas namun juga menyebarkan disability awareness kepada civitas akademika secara menyeluruh untuk menciptakan lingkungan inklusif agar bisa menunjang tercapainya pendidikan inklusif di kampus UB. (jal/hjr)

 

 

#Universitas Brawijaya Malang